TUJUH PULUH SEMBILAN

149 13 0
                                    

Usia kehamilan Seana memasuki bulan yang ketiga. Seperti kebiasaan Duke, ia selalu menghujani Sea dengan banyak hadiah. Mulai dari pakaian mahal, perlengkapan wanita bahkan berbagai jenis perhiasan terbaik.

Seakan ia ingin menegaskan pada Seana bahwa pangeran yang bersemayam di rahimnya adalah separuh dari dirinya.

Namun karena Sea adalah tipe orang yang sederhana, ia hanya menyimpan semuanya di lemari. Bahkan ia jarang memakai perhiasan. Kecuali Duke memaksanya saat menghadiri pesta kerabat atau kolega bisnis.

Hal itu membuat Duke semakin mencintainya. Apalagi Sea sangat cerdas dalam pekerjaan baru sebagai pengawas dan analisis keuangan perusahaan Duke. Ia selalu memberikan ide dan inovasi sehingga perusahaan semakin berkembang.

"Dari awal aku tahu bahwa kau wanita yang tepat untukku. Aku sungguh beruntung memiliki dirimu".

Puji Duke setelah memeriksa berkas keuangan yang baru saja di evaluasi oleh Seana.

" Kau berlebihan Walter. Aku melakukan apa yang aku bisa. Dan juga itu karena aku pernah belajar".

Duke mengambil kedua tangan Sea dan menggenggamnya hangat.

"Akhir pekan kita akan ke London. Ada pertemuan para bangsawan untuk membahas iklim dunia terutama kenaikan suhu bumi".

" Aku akan merepotkan dirimu Walter".

Sea menatap mata Duke dalam- dalam kemudian pandangannya jatuh pada perutnya.

Duke paham maksud istrinya. Karena itu sebelah tangannya dilepaskan lalu menyentuh perut Sea yang sedikit berisi dan keras.

"My prince will be okay. Jangan khawatir. Lagi pula sejak menikah denganku aku belum pernah mengajakmu jalan- jalan. Aku juga cemas jika meninggalkanmu bersama pelayan".

Hati Sea menghangat. Perasaannya berbunga- bunga. Tak ada yang bisa melukiskan kebahagiaannya saat ini.

Ia pun mengangguk pelan. Duke tersenyum dan mengecup singkat bibirnya.

"Ayo pulang. Aku lebih suka berada di rumah".

Suara Duke sedikit serak. Sea tahu apa maksudnya. Ia hanya tersenyum kecil lalu melangkah keluar. Dengan tangan yang bergelayut di lengan kekar Duke.

Dalam perjalanan pulang keduanya terdiam. Sibuk dengan pikiran masing - masing. Sea menyandarkan kepalanya di kursi.

Aku  lelah tapi aku tak bisa menolak...

Sejak mengetahui kehamilan dirinya, Duke lebih sering meminta Sea melayaninya. Dan Sea tak pernah menolak. Kecuali jika sakit.

Namun kadang kala, dalam keadaan sakit, justru Sea yang menginginkan sentuhan Duke padanya. Itu seperti obat baginya. Dan entah betul atau hanya kebetulan, biasanya ia langsung sembuh...

"Apa yang membuatmu tersenyum Seana? ".

Tanya Duke tiba- tiba membuat Sea terkejut dan tersipu malu. Wajahnya memerah. Ia menggeleng kecil.

" Aku tak sabar menanti kelahiran anakku. Ah!!! Akan  seperti siapa wajahnya? ".

" Kita lihat saja nanti, yang penting aku dapat melewati semuanya dengan baik. Aku berharap ia lebih mirip dirimu, jadi aku memiliki dua pangeran dalam hidupku".

Ucap Sea dengan binar bahagia. Sambil mengelus perutnya.

Sesuai permintaan Sea, Duke membeli beberapa makanan pedas dan membawanya pulang.

Begitu tiba di kastil keduanya langsung masuk ke kamar. Sea meminta Lucia menyiapkan makanan karena ia akan mandi terlebih dahulu.

Baru saja ia melepas seluruh pakaiannya, Duke sudah muncul dari walk-in closet dengan hanya memakai handuk di setengah badannya. Sea menelan ludahnya cepat dan pura- pura tidak melihatnya. Ia menggelung rambutnya ke atas.

BLUE ( Sky & Sea ) /COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang