TUJUH PULUH LIMA

158 15 0
                                    

Setelah makan malam sederhana di kamar, Sea membersihkan diri dengan air hangat. Ia merasa sedikit gerah dan juga pakaian yang digunakan dari siang sedikit tak nyaman untuk bisa dibawa tidur.

Duke sedang menelpon Patrick dan mengatakan jika mereka tidak dapat kembali ke Grand Floor.

Setelah rapi Sea kembali duduk di sofa tadi. Ia sedikit gelisah karena tak menemukan ponselnya. Ia hanya ingin menghubungi orang tuanya.

Namun ada satu hal yang mengganggu pikirannya sedari tadi. Apakah ia akan tidur seranjang dengan Duke?

Memikirkannya saja membuat merinding. Tapi ia harus siap apapun yang terjadi. Ia takut melakukan kesalahan kecil yang akan merusak segala yang telah berubah baik hari ini.

Jujur, meski telah bertemu Duke lama, namun ia belum mengenal kepribadian Duke. Apa yang disukainya, dan bagaimana ia harus bersikap.

"Apa kau baik-baik saja? ".

Tanya Duke yang masuk tiba-tiba. Sea langsung menegakkan punggungnya.

" Aku tidak menemukan ponselku. Apakah aku boleh menghubungi orang tuaku? Maksudku di Highland".

Duke mengangguk. Dan menyodorkan ponselnya.

" Setelah ini kita bicara".

Sea menerima dengan ragu , kemudian mengangguk. Tapi ia berusaha menjaga sikapnya.

Duke pergi ke kamar mandi. Sea pergi ke balkon dan menghubungi ponsel ayahnya.

"Apa kabar putriku? ".

Sapa William begitu tahu Sea yang menghubunginya.

" Maafkan aku ayah, ibu. Aku tidak bisa menjadi anak yang baik untuk kalian".

"Apa yang kau katakan? Selamanya kau tetap Seana Gladstone, putri ayah dari Highland".

" Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi aunty Marry telah memanfaatkan kebaikan kalian. Maafkan aku ayah".

"Tidak sayangku. Ayah tahu kau mencintai pria itu. Kalaupun ini tidak benar, ayah anggap kita melakukannya untuk Earl bukan untuk siapapun".

" Hiduplah dengan baik sekarang. Jika kalian membutuhkan sesuatu, aku memiliki tabungan yang cukup. Kartunya ada di laci meja belajarku".

"Ayah hanya ingin kau bahagia dan tidak digunjingkan orang. Menurut lah pada suamimu. Jadilah pendamping yang baik seperti ibumu. Ingatlah janji pernikahan yang telah kau ucapkan. Tak mudah memang jalan ini, tapi kau harus selalu tersenyum di hadapan suamimu bahkan dalam luka sekali pun".

Air mata Sea mengalir. Ia begitu merasa bersalah membayangkan ayah dan ibunya yang tak melihat prosesi pernikahannya. Terlalu sakit untuknya.

" Apa kau baik-baik saja? ".

" Ya ayah. Aku akan menghubungi kalian nanti. Tolong sampaikan rinduku untuk ibu. Aku tutup telpon".

Sea buru-buru menekan tombol merah. Ia membekap mulutnya untuk tidak berteriak. Sakit di hatinya membayangkan perasaan yang di bawa ayah dan ibunya saat pulang.

"Apa kau sudah selesai? ".

Tanya Duke yang sudah berdiri dari tadi dan mendengar percakapan Sea.

Dengan terburu-buru Sea menyeka air matanya dan berbalik.

" Terima kasih Walter".

Sea mengembalikan ponsel Duke lalu berjalan masuk ke dalam. Duke menutup pintu dan menarik tirai. Mereka duduk di dekat perapian.

BLUE ( Sky & Sea ) /COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang