EMPAT PULUH TUJUH

151 11 0
                                    

Sea memutuskan untuk pulang ke apartemennya. Ia batal untuk menonton film di bioskop. Entah kenapa hatinya begitu merindukan sosok Earl Rosebery. Rasanya ia ingin menangis dan berteriak agar pria itu dikembalikan oleh Tuhan padanya.

Hampir seluruh pertumbuhan hidupnya berada dalam pengaruh dan didikan Earl. Apalagi tahun-tahun kuliahnya yang penuh dengan pesta bangsawan, acara amal dan pesta mewah lainnya.

Semua hal yang indah selalu terukir bersama Earl dan istrinya. Ah!! Mengingat Countess Marry hati Sea kembali diliputi kesedihan.

Bagaimana bisa seseorang dapat berubah secepat itu. Bahkan mereka kini bagai orang asing. Entah apa yang terjadi. Sungguh ini sangat berat bagi Sea. Berat untuk menghapus kenangan manis yang sudah tertulis begitu saja.

Taksi yang membawa Sea berhenti tepat di apartemen sederhananya. Hari hampir gelap. Suasana begitu sepi karena memang kawasan apartemen ini berada di sudut kota St. Andrews.

Setelah membayar argo Sea berjalan menaiki tangga namun pandangannya tertuju pada sosok pria yang familiar berdiri tak jauh darinya.

Pria itu sedang bersandar di kap mobil Audi hitam yang juga tak asing di mata Sea.

"Walter? " Panggil Sea pelan. Ia takut jika ia salah mengenali orang. Namun pria  itu menatapnya lekat dan tetap berdiri di mobilnya.

"Apa kau baik-baik saja Seana? " balas Duke dengan suara rendah.

Tanpa menjawab Sea berlari menuruni tangga dan langsung menghambur dalam pelukan pria itu. Sea memeluknya erat dan membenamkan wajahnya di dada pria itu.

Duke yang kaget dengan tindakan Sea hanya bisa menepuk punggung gadis itu untuk membuat perasaannya lebih baik.

"Aku tidak baik-baik saja...". Ucap Sea di sela isaknya. Ia tak mengerti dirinya serapuh ini hanya dengan kata-kata tak masuk akal dari Laura.

"Ayo masuk ke dalam. Tak baik berdiri di sini" kata Duke.

Sea mengangguk dan melepas  pelukannya. Kini ia benar-benar malu. Dalam hati ia mengutuk kelakuannya barusan.

Tanpa memandang wajah Duke , Sea kembali berjalan menaiki tangga. Duke mengikutinya dari belakang.

Sea sangat kesal pada dirinya yang bertindak sembrono. Lihatlah sekarang pria itu akan masuk ke apartemennya yang sederhana. Ini benar-benar memalukan untuk ukuran seorang Lady. Argh!! Persetan dengan Lady.

Tanpa mempersilahkan Duke masuk, pria itu sudah lebih dahulu masuk dan mengambil tempat di dekat jendela. Ia berdiri disana dan memandang Sea lama.

"Maaf, tempat tinggalku hanya seperti ini" kata Sea sambil berusaha tidak menatap Duke. Ia begitu malu.

"Apa yang terjadi padamu? " tanya Duke.

"Oh... Itu... Tidak ada. Maksudku lupakan apapun yang kau dengar tadi" Sea menjawab dengan gugup.

Duke mengangguk lalu menarik napas panjang. Sedangkan Sea berbalik dan menuju dapur kecilnya untuk membuat secangkir kopi. Ia  kembali dengan secangkir kopi dan toples camilan di nampan. Duke  tersenyum melihat toples itu. Ia tahu apa isinya.

"Duduklah dan minum. Maaf aku hanya punya ini. Maksudku aku... ".

"Berhentilah meminta maaf Seana. Kau membuatku merasa canggung". Duke mendekat dan duduk di hadapan Sea. Ia mengamati wajah Sea yang menunduk dan memainkan ujung kaosnya.

"Apa yang terjadi padamu? " tanya Duke lagi. Ia langsung mengambil cangkir dan menyeruput kopi panasnya. Ini enak. Aku tak yakin seorang Lady bisa meracik kopi seenak ini.

"Maaf aku hanya punya camilan ini. Aku hanya menyukai camilan ini" Ucap Sea malu-malu sambil membuka toples kue.

Ia ingin menertawakan kebodohannya tapi ia hanya bisa melakukannya dalam hati. Bagaimana bisa ia menawarkan kue itu pada Duke, sedangkan kue itu adalah pemberian Lucia, pelayan yang ada di istana Duke. Yang berarti kue itu dikirim oleh Duke setiap bulan. Dari toplesnya saja sudah menjelaskan itu berasal dari mana.

Sea menggigit bibirnya. Ia merasa bodoh dan tolol di hadapan pria ini.

"Aku beri kau 5 menit untuk berkemas".

Sea mengangkat kepalanya dan memandang Duke untuk pertama kalinya.

" Tapi Walter... ".

"Jangan membantahku Seana, atau aku akan menggendongmu keluar dari sini". Ucap Duke tegas tanpa memperdulikan wajah Sea yang berkerut.

Dengan langkah enggan Sea masuk kamarnya dan membuka lemari pakaiannya. Ia mematung di sana tak tahu apa yang harus dilakukannya.

Hingga Duke berdehem di pintu kamarnya.

Tanpa pikir panjang Sea segera menarik mantel lalu berjalan keluar. Ia pikir Duke hanya mengajaknya jalan-jalan sebentar.

Ia menyambar sling bag yang terletak di kursi lalu berjalan mengikuti Duke yang sudah keluar lebih dahulu. Ia mengunci pintunya.

Dengan langkah lebar ia menghampiri Duke yang sudah duduk di jok belakang. Sea mengangguk hormat pada sopir Duke lalu melirik Duke dengan tatapan aneh.

"Simpan semua kerutan tak jelasmu. Kau bisa bertanya saat kita sampai. Aku ingin istirahat". Kata Duke lagi tanpa menoleh pada Sea disampingnya. Ia malah sudah menyetel kursinya dan memejamkan matanya. Tak peduli dengan raut wajah Sea yang melotot padanya.

Mobil mulai bergerak di jalan raya. Sea hanya bisa memainkan ponselnya karena hari mulai gelap dan ia malas menebak mereka akan kemana.

Bosan mengutak-atik ponselnya, Sea memilih untuk  melakukan hal yang sama dengan Duke. Istirahat.

Kesunyian di dalam mobil ditambah suasana perjalanan yang gelap membuat Sea yang tak mengantuk mulai merasa mengantuk. Tepatnya kantuk yang dipaksakan.

Mulutnya ingin mengajak Duke untuk mengobrol, tapi melihat pria itu benar-benar tidur pulas Sea mengurungkan niatnya. Dan pada akhirnya ia tertidur dengan sendirinya.

Tanpa sadar mereka sudah berpindah ke jet pribadi Duke yang akan membawa mereka ke Roxeburghe.

Hingga mendarat pun Sea masih tertidur. Duke hanya menggeleng tak percaya melihat gadis yang akhir-akhir ini mengusik pikirannya tertidur tanpa terusik sekalipun.

Kau tahu Sea, kau begitu polos dan cantik saat mata terpejam. Entah darimana sikap ketusmu itu. Atau jangan-jangan kau hanya bersikap seperti itu padaku... Mungkin saja. Tapi apa alasannya,.. Dan aku masih penasaran apa yang terjadi padamu hari ini.

Tiba di Roxeburghe hampir pagi. Udara begitu dingin jadi Duke menggendong Sea menuju kamar yang telah disiapkan Lucia. Kamar lama Sea. Kamar yang pernah ditempati Sea saat pertama kali datang ke pesta ulang tahun Duke. Dan berada di samping ruang kerja Duke.

Para pelayan yang menyaksikan tindakan Duke keheranan. Ini pertama kalinya Duke kembali dari perjalanan bisnisnya dengan membawa seorang perempuan. Mereka bahkan tidak tahu siapa wanita beruntung itu.

Setelah membaringkan Sea di ranjang, ia menyuruh kepala pelayan untuk memanggil Lucia ke ruang kerjanya.

"Layani semua keperluan Lady Edinburgh dengan baik. Tak ada kesalahan apapun".

Lucia melotot tak percaya. Matanya tampak berbinar saat tahu gadis yang dibawa Duke adalah Seana.

" Oh ya, jangan katakan padanya apapun yang kau lihat tadi. Anggap saja kau tak melihat kedatangan kami. Maksudku kedatangan Lady Edinburgh"tambah Duke sebelum Lucia meninggalkan ruang kerjanya.

Setelah Lucia keluar, Duke menekan salah satu tombol di belakang rak bukunya dan ia masuk ke sana. Ia hanya berdiri di balik pintu kaca dan memandang Lucia yang sedang menyiapkan segala keperluan Sea.

Selamat datang kembali Lady Edinburgh...

Ia tersenyum puas lalu berbalik pergi menuju kamarnya. Ia juga butuh istirahat. Karena besok segudang rencana yang telah tertulis rapi di otaknya... Siap untuk dilaksanakan.

***

BLUE ( Sky & Sea ) /COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang