TIGA PULUH DELAPAN

117 9 0
                                    

Kehidupan Sea berjalan normal seperti biasanya. Sudah hampir 2 minggu sejak ia terakhir kali bertemu dengan Duke of Roxeburghe.
Dan pria itu tak pernah mengirim kabar.

Sea sementara sibuk mengurus administrasi untuk maju ujian akhir. Bersama Meghan dan Damian serta Rose. Rencananya malam nanti mereka akan menginap di mansion Damian.

Saat berjalan menuju parkiran tiba-tiba ponsel Sea berbunyi. Ia segera mengangkatnya.

"Cepatlah pulang ke Edin , Earl Rosebery sakit" itu dari ibunya Margareth.
"Baiklah mom" jawab Sea singkat.

Ia menyimpan kembali ponselnya dan menatap teman-temannya.

"Ada apa Sea? " tanya Meghan melihat wajah Sea yang sedih.
"Aku harus pulang ke Edinburgh  sekarang. Earl sakit".

" Ya sudah. Hati-hati di jalan. Semoga ayahmu baik-baik saja"kata Damian.

***

Tiba di gerbang asrama Sea melihat mobil Audi hitam berlambang E di pintunya sudah terparkir.

"Selamat siang Nona Muda. Kita harus berangkat sekarang. Kondisi Yang Mulia kritis".

Tanpa mengatakan apapun Sea langsung masuk ke dalam mobil. Ia tak berniat sama sekali untuk mengganti pakaiannya. Toh, di Holyrood ia punya pakaian.

Sepanjang perjalanan Sea lebih banyak diam dan merenung. Ia sangat penasaran dan juga ketakutan. Ia sama sekali tak mengerti kenapa Earl bisa sakit dan itu kritis.

Mereka tiba sore harinya di Holyrood. Saat Sea memasuki pintu utama suasana terasa berbeda. Ia tak melihat seorang pelayan pun.

Ia berniat ke kamarnya untuk meletakkan tasnya namun suara Countess Marry membatalkan niatnya.

" Letakkan tas itu di sofa. Pergilah ke kamar utama sayang".
Sea menoleh dan mendapati wajah Countess Marry yang sedikit pucat dan lesu. Seperti kurang tidur.

"Baiklah aunty. Tapi... ".

"Kita akan bicara lagi nanti. Sapalah uncle mu terlebih dahulu. Ia menunggumu sejak pagi tadi" potong Countess Marry dengan nada getir. Sea semakin gelisah. Ada apa ini?

Kemudian  ia mengangguk cepat dan berjalan ke kamar utama. Perlahan ia mendorong pintu kayu berukiran seni tinggi yang menjulang di hadapannya dan masuk.

Matanya terpaku pada ranjang besar dimana Earl terbaring dengan tiang infus berdiri tegak tepat disamping ranjang. Louis ada disana.

"Kakak... " panggil Sea pelan. Louis hanya melambai dan memberi isyarat agar Sea mendekat.

"Putriku, apa itu kau? " Suara  lemah Earl saat Sea mencapai tepi ranjang.

"Ya uncle" balas Sea dengan airmata yang lolos begitu saja. Ia tak ingin menerima kenyataan kalau sosok pria tampan dan penyayang itu kini terbaring lemah. Ia menggenggam tangan Earl dan meletakannya di pipinya.

"Lui, aku ingin bersandar" pinta Earl.

"Tapi ayah, dokter melarang... ".

"Aku ingin memeluk putriku".

Akhirnya Louis mengalah saat Sea melotot padanya. Louis segera membantu Earl duduk dengan bersandara pada tumpukan bantal.

" Kemarilah putriku"Earl membuka kedua tangannya untuk memeluk Sea.

Sea membenamkan wajahnya di dada Earl sambil terisak. Ia tak membayangkan tubuh tegap Earl begitu lemah sekarang.

"Jangan menangis. Aku baik-baik saja sayang. Louis tolong panggil ibumu" ucap Earl pada Louis. Ia menyeka airmata Sea lalu menegakkan tubuhnya.

"Raih masa depanmu sebaik mungkin dan tetaplah menjadi Lady Edinburgh" suara Earl terdengar berat dan rendah. Napasnya sedikit tersengal.

"Bicaralah nanti. Berbaringlah supaya tubuhmu lebih nyaman. Aku sangat cemas uncle" Sea mengelus punggung tangan Earl lembut. Ada begitu banyak kesesakan di hatinya.

Countess Marry dan Louis masuk. Countess Marry menyerahkan sebuah kotak berlapis beludru merah dengan ukiran emas di setiap sisinya. Ada lambang kerajaan di tengah tutup kotak itu.

"Dengarkan ini dengan baik putriku... Aku hanya akan bicara satu kali" kata Earl sambil memberi isyarat agar Louis dan ibunya mendekat.

Sea merasa hawa di sekitarnya mencekam. Ada ketakutan dalam hatinya. Segalanya terlihat suram.

Earl mengangkat kedua tangan Sea dan menggenggamnya.

"Putriku... Seana. Berjanjilah padaku bahwa apapun yang terjadi, dirimu dan Sky tak akan dipisahkan. Jaga matamu dari pandangan laki-laki lain. Raih impianmu tapi berlakulah sebagai Lady Edinburgh selamanya. Aku mungkin tak bisa menyampaikan pada Sky, tapi kau tahu aku begitu mengharapkan hubungan kalian dan Sky harus menikah denganmu".

Ia membuka segel kotak itu dan terlihat 2 cincin bermata ruby di sana. Ia mengambil salah satu cincin yang lebih kecil dan menyematkan pada jari kelingking Sea.

"Mulai sekarang, jangan lepaskan cincin ini. Pada hari pernikahanmu cincin ini harus di sematkan di jari manismu. Berikan yang satunya untuk Sky. Aku sudah lama menyiapkan ini. Berjanjilah padaku bahwa semua akan baik-baik saja".

Sea mengangguk berulang kali dengan air mata yang sudah membanjiri wajahnya. Marry dan Louis pun sama.

Kegelapan itu semakin dekat.

" Jangan menginap di sini. Kau harus pulang ke St. Andrews. Selesaikan ujianmu dengan cepat dan buat aku bangga. Louis aku ingin berbaring"lanjut Earl dengan mata berbinar.

Louis mendekat dan menahan tubuh ayahnya sedangkan Sea mengatur bantal kepala untuk Earl.

"Makanlah sebelum berangkat. Kau bisa tidur di mobil" kata Earl menatap Sea sambil berusaha tersenyum. Ada pun hari telah petang.

Sea mendekat dan mencium pipi Earl.
"Aku akan kembali akhir pekan. Tolong sembuh uncle, kami sangat menyayangimu".

Tak lupa Earl mengingatkan Sea untuk membawa kotak tadi. Sea keluar diikuti oleh Louis.

Mereka berdua duduk di ruang tengah seperti biasanya ketika Sea pulang. Louis menatapnya dalam, ada gurat lelah di wajahnya.

" Jangan pikirkan apapun. Jikapun ada hal yang buruk, siapkan dirimu"Louis memeluk Sea yang kembali menangis sambil menggeleng kuat.

Ada suasana kelam kali ini. Seluruh istana diliputi kesuraman.

***

BLUE ( Sky & Sea ) /COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang