ENAM PULUH EMPAT

135 14 0
                                    

Acara pertunjukan musik telah selesai. Sebagian tamu undangan sudah meninggalkan kastil Blair sedangkan yang datang dari jauh menginap di penginapan yang telah dipersiapkan oleh Duke Murray.

Sea dan Duke David masih berada di ruang kerja Duke Murray.

"Berikan padaku nomor ponselmu yang baru. Berjanjilah untuk tidak menghilang lagi".

Kata Duke tanpa melepas genggaman tangannya.

" Baiklah. Maafkan aku Walter. Kau tahu itu bukan disengaja".

"Aku akan mengantarmu pulang".
Tambah Duke lagi.

Sea melepaskan tangannya cepat dan menggeleng.

" Tidak Walter! Utusan Duke Murray akan mengantarku".

"Berikan aku alasan yang tepat Lady Edinburgh".

Blusshhh!!!
Pipi Sea memerah. Ia benci panggilan itu.

" Ini yang terakhir kalinya kau memanggilku dengan kata-kata itu!".

Duke menatapnya tak berkedip. Ia terkejut mendengar permintaan Sea.

" Kenapa? Apa karena ayahmu telah meninggal? Atau karena kini kau tak tinggal lagi di Holyrood? Atau kau memang ingin bersembunyi? ".

Sea mulai emosi mendengar pertanyaan maraton Duke yang terdengar konyol.

" Kau tak tahu apapun soal diriku jadi jaga ucapanmu Walter! Aku tak serendah itu!".

Ucap Sea berusaha menahan diri. Suaranya sedikit bergetar.

Duke berjalan mendekat. Sangat dekat, dengan kilatan amarah di matanya karena suara kasar Sea.

"Apakah itu termasuk mengganti nama belakangmu dengan si Gladstone sialan itu? ".

Tubuh Sea sangat tegang saat Duke mengucapkan kalimat terakhir itu. Matanya berkaca-kaca saking meluapnya amarah karena Duke tak menghormati ayahnya.

Dia mengepalkan tangan dan mendesis untuk menahan diri tidak menampar pria yang baru saja berciuman dengannya.

Tawa Duke pecah saat melihat perubahan wajah Sea dan sikap diamnya.

" Rupanya aku benar. Aku tak menyangka wanita yang ... Maksudku sahabatku bisa membesarkan seorang gadis berhati batu. Ah!!! Aku baru mengerti sekarang mengapa kau tak pernah datang mengunjungi makam ayahmu. Dan bahkan kemarin kau tak datang untuk merayakan peringatan tahunan kematiannya".

Sea benar-benar tak tahan lagi. Ia segera mendorong tubuh tinggi  Duke dan berlari ke pintu keluar.

Rasa marah, benci dan sakit datang bersamaan menghantamnya.

Ia kira, putus hubungan dari Sky akan membuat segalanya kembali baik. Namun, meski 4  tahun telah berlalu segala hinaan dan kesakitan masih menerpanya.

Tanpa menghiraukan kepala pelayan yang berdiri di luar, Sea segera bergegas menuruni anak tangga. Napasnya naik turun menahan gejolak di hatinya.

Beberapa pengawal yang berjaga di depan gerbang menahannya untuk keluar karena malam sudah larut. Tapi Sea bersikeras jika rumahnya tak jauh dari sini. Jadi ia diijinkan untuk melewati gerbang utama.

Setelah keluar dari gerbang Sea melepas sepatu heels-nya dan mulai berjalan kaki. Ia betul-betul nekat. Kemarahan menutupi akal sehatnya.

Malam yang dingin dan gelap sama sekali tidak membuatnya takut. Seluruh pikirannya masih terpusat pada perkataan Duke yang sangat menyakiti hatinya.

Mereka baru saja berciuman dan melepas kerinduan. Tapi itu hanya seperti selaput tipis di atas es batu.

Sea terus berjalan dengan air mata yang mengalir tak henti. Rasa bencinya pada Sky semakin besar. Ia mengutuk pria masa kecilnya sekaligus mantan tunangan yang pernah membuat hidupnya seperti Lady sesungguhnya. Tapi juga yang meninggalkan luka dan kepahitan hingga kini.

BLUE ( Sky & Sea ) /COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang