DUA PULUH DELAPAN

112 5 0
                                    

Saat Sea kembali ke kamarnya tak sengaja ia melihat Countess Marry yang berjalan membelakanginya. Sea berpikir mungkin Marry berbicara  dengan Louis di kamarnya karena tadi sewaktu ia dan Earl James di ruang kerja terlihat ibu dan anak itu meninggalkan taman mawar.

Dengan refleks Sea berlari kecil dan memeluk Marry dari belakang. Ia membenamkan seluruh wajahnya di punggung Marry.

"Maafkan aku... Maafkan aku aunty" ucap Sea pelan.

Marry menghentikan langkahnya sejenak karena kaget dan kemudian melepaskan lingkaran tangan Sea di perutnya dan berbalik.

Sea menunduk tak berani menatap perempuan yang telah dianggapnya sebagai ibu kedua.

"Sayangku... Apa yang kau katakan? Hei, semua baik-baik saja" balas Marry lembut seperti biasanya.

"Tapi, aku mengacaukan sarapan kita tadi pagi". Sea masih tak berani mengangkat kepalanya.

Marry menarik napas dan tersenyum sambil menjulurkan tangan dan merapikan anak rambut di telinga Sea.

" Dengarkan aku sayang... Kau  akan mengerti suatu saat nanti jika kau ada di posisiku. Tadi pagi hanyalah sebagian kecil dari caraku mendidik anak-anakku. Jadi, bersikaplah biasa saja. Tak ada hal serius yang terjadi".

"Tapi tetap saja ini karena aku terlalu banyak bicara. Aku akan menemui Louis".

" Tidak sayang. Jangan bahas itu lagi. Sekarang, rapikan dirimu. Hari sudah siang, kita akan ke pusat kota untuk beberapa urusan"ucap Marry sambil menengok jam kecil yang melingkar di tangannya.

Sebuah arloji gelang emas berukir khusus tersemat indah di pergelangan putih mulusnya.

Hanya dengan melihat secara jeli barulah orang bisa tahu itu adalah arloji. Jika sepintas, itu terlihat seperti gelang emas pada umumnya.

"Tapi aunty aku ingin bertemu Louis sebentar saja" rengek Sea.

"Kau akan punya waktu seharian untuk bersama Louis jadi cepat siapkan dirimu. Jangan membantahku lagi Seana" suara Marry terdengar sedikit lebih tegas.

"Baiklah... ".

Entah di dengar atau tidak jawaban Sea barusan karena Countess Marry sudah menghilang di ujung lorong.

Sea menghentakkan kakinya tanda protes lalu kembali ke kamarnya untuk bersiap sesuai dengan permintaan Countess Marry.

Ketika menuruni tangga Sea melihat Louis sudah berjalan ke ruang depan. Dengan refleks ia berlari kecil untuk mengejar Louis. Ia tak sabar untuk mengeluarkan semua umpatan dan protes yang sedari tadi di simpannya.

"Perhatikan langkahmu Nona" suara kepala pelayan dari samping mengagetkan Sea.
Seperti adegan lambat di film, langkah Sea melambat dan akhirnya berhenti dan menoleh.

Pipinya terasa panas karena malu. Ia baru saja mengikuti sesi pelajaran tentang etika seorang Lady di tempat umum dan sekarang ia tertangkap basah oleh kepala pelayan karena tidak mempraktekan apa yang sudah di pelajarinya.

Louis yang berada tak jauh dari mereka pun berhenti dan menoleh sambil merapikan lipatan  lengan kemejanya.

"Ada apa? " tanya Louis pada kepala pelayan.

"Maaf Tuan Muda... ".

"Hanya sesuatu yang sepele" potong Sea cepat.
"Kau boleh pergi" lanjutnya.

Kepala pelayan itu tampak ragu tapi melihat mata Sea yang melotot padanya akhirnya ia membungkuk hormat lalu berlalu dari hadapan Sea dan Louis.

Kesempatan itu tak disia-siakan oleh Sea, tangannya terulur dan meraih ujung kemeja Louis dan menariknya.

Louis yang kaget dengan sikap Sea berteriak protes.

"Hei anak kecil, apa kau ingin merobek bajuku? Aku tidak menyangka kau punya kekuatan super".

" Kita harus bicara Lui"balas Sea datar.

Louis mengangkat kedua bahunya tanda tak mengerti dengan ucapan Sea.

"Kenapa saat sarapan tadi... ".

"Permisi Nona, Tuan... My Lady sudah menunggu di mobil" suara Joana memutus ucapan Sea.

Wajah Sea begitu kesal saat bertatapan dengan Joana. Kau mengacaukan kesempatanku bibi... Protes Sea dalam hati.

"Ayolah Sea".
Louis menarik tangan Sea dan menyeretnya menuju pintu utama. Langkah Sea terasa berat dan Louis bisa merasakan protes keras Sea lewat genggaman tanganya.

" Setelah ini kau punya banyak waktu. Aku akan mendengarkan apa yang ingin kau katakan"bisik Louis saat mereka hampir mencapai pintu.

Tanpa menjawab perkataan Louis , Sea melepaskan tangannya dan berjalan mendahului Louis keluar ke halaman.

Mobil yang akan membawa mereka bertiga ke pusat kota Edinburgh  sudah siap. Bahkan Countess Marry sudah duduk dengan anggun di salah satu mobil.

Seorang pria berjas membuka pintu pada sisi yang lain dan Sea segera masuk dan duduk di samping Marry. Sedangkan Louis terlihat mengendarai sendiri mobil yang lain.

"Kita akan berbelanja beberapa kebutuhan pernikahan Louis sayang. Jadi kuharap kau tak akan bosan nanti. Lagi pula Louis akan memperkenalkan calon istrinya padamu setelah itu" ucap Marry panjang lebar saat mobil sudah bergerak dan melaju di jalan umum.

Sea berusaha tersenyum walau hatinya masih merasa dongkol pada Louis.

"Aku  sudah tak sabar ingin bertemu dengan calon istri kakakku. Aku penasaran, wanita seperti apa yang sudah berhasil mencuri hati kakakku".

Wajah Sea terlihat berbinar dan bahagia saat mengucapkan kata-kata itu. Marry bisa merasakan kejujuran dan ketulusan dari ucapan Sea. Ia pun tersenyum.

" Pastilah ia tak jauh berbeda denganmu sayang. Itulah sebabnya Louis jatuh cinta padanya"sahut Marry.

"Aku tak mengerti apa maksudmu aunty".

" Louis dan Sky menyayangimu dengan cara yang berbeda. Tapi percayalah calon istri Louis pasti tak jauh berbeda denganmu Sea. Itu yang Louis katakan padaku dulu".

"Kenapa harus seperti aku? " tanya Sea penasaran.

"Kau bisa tanyakan itu langsung pada Louis sayang. Oh ya, Sky juga tak akan menghadiri pernikahan Louis. Katanya ia tak bisa menemukan waktu lowong. Jadi kau belum bisa bertemu dengannya".

" Aku mengerti aunty. Aku tak apa"jawab Sea singkat.

Entah kenapa pikiran buruk itu terlintas begitu saja. Tapi ia mencoba mengusirnya dan meyakinkan perasaannya bahwa memang benar Sky sedang sibuk.

***

BLUE ( Sky & Sea ) /COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang