TIGA BELAS

143 10 0
                                    

Selesai membasuh dirinya Sea mengganti pakaiannya dengan dress selutut. Sebenarnya ia ingin tidur saja. Tapi ini masih terlalu dini, lagi pula ia merasa lapar. Ia ingin mencari makan tapi ia tak tahu dimana letak dapur di kastil mewah ini. Dan juga sebagian besar pelayan pasti sedang melayani tamu di jamuan makan istana.

Sea merasa kesal pada dirinya sendiri. Ia hanya berharap keajaiban akan membawa Lucia padanya. Ia memegang perutnya yang melilit karena lapar. Ia benar-benar tidak tahan  lagi.

Perlahan ia menuju pintu dan membukanya sedikit. Kepalanya saja yang menyembul keluar. Ia sangat berharap akan menemukan seseorang. Tapi sejauh mata memandang ia tak melihat satu sosok pun.

Akhirnya ia tak tahan lagi. Ia segera keluar dari kamarnya. Entahlah, ia tak perduli lagi pada sikap bangsawan yang harus ditunjukannya. Ia hanya punya satu keinginan sekarang yaitu mengisi perutnya dengan makanan atau ia akan jatuh sakit dan membuat kehebohan di sini.

Ia menuruni tangga menuju lantai dasar. Ia yakin dapurnya ada di bawah walaupun ia tak tahu dimana ruang makannya.

Begitu tiba di lantai bawah, ia melangkah ke sisi kanan ruangan. Ia melihat sebuah pintu lebar yang berbeda dari pintu yang lainnya. Ia mendorong daun pintu dan tampaklah sebuah lorong panjang. Ia menyusuri lorong itu menuju kanan. Ia berdoa agar menemukan seseorang atau ia akan tersesat.

Ketika akan mencapai ujung lorong ia melihat sebuah ruangan kaca terbuka dan tampak benderang. Perlahan senyumnya mengembang.
Ya. Ini adalah dapur yang luas. Bahkan dapur ini menghadap ke halaman luas dengan berbagai tanaman hias. Benar-benar membuat nyaman siapapun yang melakukan aktivitas memasak disini.

"Permisi.... " Suara seorang pria mengagetkannya. Sea berbalik untuk melihat siapa itu.
"Maaf, aku... "Jawab Sea gugup.
" Apa yang Anda lakukan disini Nona?".
"Aku lapar"ucap Sea menunduk.
" Lapar?"tanya pria itu bingung. "Bukankah ada jamuan malam di aula?".

" Ya. Tapi aku malu di sana aku seperti orang asing".
Jawaban Sea membuat pria paruh baya itu semakin bingung.
"Tapi semua koki sedang berada di aula"kata pria itu.
" Maaf, tapi jika Anda mengijinkan aku akan menggunakan dapur ini sebentar saja. Aku benar-benar sangat lapar".

Pria itu berpikir sebentar dan menatap Sea.
"Baiklah. Tapi aku akan mengawasimu".
"Terima kasih" Sea membungkuk hormat. Pria paruh baya itu terkejut. Bagaimana mungkin seorang Lady melakukan itu. Ia segera mendorong pintu kaca itu dan mempersilahkan Sea masuk.

Mata Sea berbinar melihat kulkas besar di hadapannya. Setelah mendapat anggukan dari pria paruh baya itu Sea membuka kulkas dan mengambil beberapa bahan makanan.

Tanpa menghiraukan pria tua yang mengawasinya Sea memasak untuk dirinya. Ia memanggang sepotong daging dan kentang. Sambil menunggu matang ia membuat salad dari sayuran segar yang ada di meja. Ia melakukannya dengan mahir.

Pria tua itu hanya tersenyum dan menggeleng tak percaya. Bagaimana mungkin seorang Lady bisa melakukan pekerjaan dapur.

Setelah membersihkan dapur seperti keadaan semula Sea tersenyum puas.
"Terima kasih. Maaf aku harus menyita waktumu. Aku akan makan di kamarku saja".
" Tidak apa-apa Nona. Anda melakukan hal yang benar".

Sea menaruh makanannya  dan segelas jus ke dalam nampan. Pria tua itu menawarkan untuk membawakan nampan itu tapi Sea menggeleng. Ia melangkah keluar diikuti pria itu.

Saat akan menaiki tangga Sea berbalik dan menatap pria itu.
"Oh ya... Jika bertemu dengan Lucia tolong katakan padanya agar datang ke kamarku".
" Baiklah Nona. Tentu saja".

Tepat setelah Sea berbalik dan melanjutkan langkahnya. Duke Walter masuk. Ia melihat punggung Sea yang berbelok ke sisi kiri lorong. Pria tua itu membungkuk hormat.

"Jelaskan padaku Eugine"kata Duke sambil menaiki tangga menuju ruang kerja yang bersisian dengan kamarnya. Di lorong kiri.....

" Katakan Eugine... "Ujar Duke begitu duduk di kursi.
" Aku tak sengaja bertemu dengannya di lorong dekat  dapur.... "Eugine mulai menceritakan secara detail apa yang dilakukan Sea beberapa saat yang lalu.

Duke Walter hanya menyimak dan sesekali mengulum senyum. Ia merasa konyol dengan sikap Sea.
" Dan dia memintaku agar menyuruh Lucia menemuinya di kamar".

"Jadi Lucia yang melayaninya disini? Bawa pelayan itu padaku sebelum ia ke kamarnya. Oh ya, apa kau mengenalnya?".
Eugine menggeleng.
" Jujur aku sangat penasaran Eugine. Semua tamu yang datang disini adalah orang-orang yang aku kenal. Tapi gadis ini benar-benar asing untukku. Aku berusaha mengingat tapi dia sama sekali asing bagiku. Ini pertama kalinya aku melihatnya".

"Anda benar My Lord".
" Baiklah, kau boleh pergi sekarang. Bawa Lucia dan kepala pelayan".
Eugine mengangguk lalu membungkuk hormat sebelum meninggalkan ruang kerja Duke.

Sementara itu di kamarnya Sea tengah menikmati makan malam di balkon. Meski sendiri ditemani cahaya bulan, ia merasa ini makan malam spesial untuk dirinya. Untuk pertama kalinya ia sejenak melupakan Sky. Ya. Begitu tiba di kastil ini, ia tidak memikirkan Sky sama sekali.

Ia tersenyum dan menghabiskan jus dalam gelas. Ia berdiri dan memejamkan matanya, membiarkan angin menerpa wajahnya dan merasakan perasaan lapang di hatinya. Ia begitu tentram...

Di seberang kamarnya Duke sedang menginterogasi Lucia dan kepala pelayan. Ia ingin tahu siapa sebenarnya gadis cantik berambut pirang yang "berkunjung" ke kastilnya. Lebih tepatnya gadis yang mengganggu pikirannya sedari tadi bahkan ia harus meninggalkan jamuan malam untuk sekedar melihat keberadaannya di kastil utama...
******

BLUE ( Sky & Sea ) /COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang