DELAPAN PULUH EMPAT

157 12 0
                                    

Sea terbangun dengan rasa kaget luar biasa. Cepat- cepat ia turun dari tempat tidur dan membasuh wajahnya. Ia takut akan ketinggalan kereta ke Kelso.

Sebenarnya dengan memilih taksi pun bisa namun akan memakan waktu lebih lama. Lagi pula ia akan sendirian, ada ketakutan sebagai perempuan hamil.

Bergegas ia turun dan melihat ke kiri kanan untuk mencari pelayan tadi, namun ia malah bertemu dengan pria asing itu lagi.

"Bagaimana tidurmu? ".

" Jam berapa sekarang? Aku akan ketinggalan kereta".

Ujar Sea cemas. Pria itu tersenyum.

"Tenang saja, kau masih punya waktu. Duduklah dan minum sesuatu. Aku akan mengantarmu ke stasiun".

" Benarkah? Apa kau serius? Tolonglah aku, aku harus tiba di Kelso secepatnya".

Pria itu mengangguk kecil seakan meyakinkan Sea bahwa segalanya akan baik- baik saja. Ia pun meminta Sea mengikutinya ke atap. Di situ ada balkon kecil yang di buat menyerupai taman santai.

"Ini tempat favoritku jika sedang jenuh atau ingin menyendiri".

Sea tak menyahut. Ia langsung duduk di bangku lalu menarik mantelnya untuk menutup perutnya.

Seorang pelayan datang membawa segelas susu hangat dan segelas kopi hitam yang harum di penciuman Sea. Dalam hati ia benar- benar menginginkan kopi ini menyentuh lidahnya.

Tapi ia malu untuk memintanya.

" Ini sangat baik untuk kesehatanmu. Makanlah banyak- banyak jika kau menyukainya".

Pria asing itu menyodorkan toples kecil berisi kue kering dengan toping almond yang melimpah.

Sea mengulurkan tangan dan mengambil satu. Ia langsung memasukkan ke dalam mulut dan ia menyukainya.

"Ini sangat enak. Aku suka aroma kayu manis di dalamnya. Juga almond yang gurih".

Pria itu tersenyum lebar.

" Habiskan saja. Kami masih punya banyak stok".

Sea menelan kuenya dengan cepat, matanya terus menatap cangkir kopi itu. Akhirnya ia tak bisa menahan keinginan itu lagi.

"Bisakah aku mencoba kopi itu? Maksudku... Aromanya membuatku... Aku ... Aku mencium aroma yang sangat enak".

Kata Sea gugup. Ia malu mengungkapkan keinginannya. Liurnya benar- benar memaksanya.

Pria asing itu menatapnya sejenak.

" Aku akan membuat secangkir kopi untukmu. Ini takarannya tak cocok untukmu".

Ia berdiri dan meninggalkan Sea tanpa menunggu jawaban.

Setelah pria itu pergi, Sea membungkuk dan menghirup asap kopi yang masih mengepul. Ia memejamkan mata untuk menahan keinginan hatinya agar tak minum kopi.

Ia tak tahu bahwa pria itu telah kembali dan sedang menatapnya dari belakang sambil tersenyum geli.

"Ini sangat enak little W".

Gumam Sea sambil mengelus perutnya.

Pria asing itu berdehem yang membuat wajah Sea memerah malu. Ia lalu meletakkan secangkir latte di hadapan Sea.

" Ini lebih sehat dari kopi itu".

Sea mengangguk lalu segera meraih cangkir dan menyeruputnya. Ia menyukai rasanya yang enak dan tidak terlalu manis. Ia meneguknya sampai habis. Lalu meletakkan cangkirnya.

"Aku akan sering mampir di sini untuk minum latte".

Ujar Sea sebagai rasa terima kasih pada pria itu. Pria itu tak menjawab, ia malah membuang pandangannya jauh ke bawah sana. Lalu lalang kendaraan menjelang malam begitu ramai.

BLUE ( Sky & Sea ) /COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang