TIGA PULUH TUJUH

96 7 0
                                    

Sea baru saja terbangun ketika hari sudah gelap. Ia melirik jam di dinding, hampir jam 07 malam.

Dengan setengah sadar ia segera berlari ke kamar mandi. Ia harus membersihkan diri sebelum terlambat makan malam di aula asrama.

Baru saja ia keluar dari kamar mandi sebuah ketukan di pintu di susul suara cempreng yang familiar di telinga.

"Masuklah" teriak Sea.
Kepala Mrs. Graham tersembul di balik daun pintu.

"Ada tamu untukmu. Pakailah pakaian yang sopan Sea" katanya.

"Tamu? Siapa? ".

"Cepatlah. Jangan membuat orang itu menunggu Sea" tambah Mrs. Graham lalu menutup pintu dan pergi.

Sea segera mengenakan kaos oblong yang agak longgar, ditambah sebuah hot pants jeans dan sendal rumahan. Rambutnya dibiarkan tergerai karena masih basah. Ia menyemprot sedikit parfum di seluruh tubuhnya lalu berjalan menuju ruangan Mrs. Graham.

Tak ada siapapun. Hanya petugas kebersihan yang sedang mengepel lantai.

"Oh nona, Madam menunggumu di halaman depan" kata pria itu.

Walau merasa aneh tapi Sea tak ingin bertanya. Karena ia tahu petugas itu hanya menyampaikan pesan dari Mrs. Graham.

Lalu ia segera berjalan ke halaman asrama.

Benar saja, dari kejauhan terlihat Mrs. Graham sedang bicara dengan seseorang di ujung tangga bawah.

Cahaya lampu yang remang membuat Sea kesulitan menebak siapa pria itu.

Lalu ia segera berjalan mendekat. Dan...

Deg!!!!!
Jantung Sea hampir melompat keluar begitu melihat siapa yang bersama Mrs. Graham.

Ya. Duke of Roxeburghe. Pria itu lagi. Tapi ada yang berbeda dengan penampilannya.

Seperti pria-pria dewasa pada umumnya, Duke mengenakan pakaian kasual dengan celana jeans biru dan sneaker putih. Ditambah dengan topi yang tersemat rapi di kepalanya.

Sangat seksi. Gumam Sea.

Lalu cepat-cepat ia membuang pikiran nakal itu dari otaknya. Ia pun berdehem kecil untuk menyampaikan kehadirannya di situ.

"Oh, Sea... Aku akan meninggalkan kalian berdua. Ada sedikit urusan di dalam" kata Mrs. Graham pura-pura lalu kabur dari situ.

Perasaan Sea sungguh tak karuan.

"Apa aku mengganggu waktumu? " tanya Duke dengan suara ramah. Entah kenapa tapi terdengar di telinga Sea sebagai kalimat basa basi.

"Oh... Tentu saja tidak Walter. Ada apa? " balas Sea sedikit sopan. Ia hanya berusaha menepati janjinya pada Duke untuk bersikap sopan. Apalagi suasana hatinya sedang baik.

Tak ada gunanya bersikap ketus. Toh, pria ini sudah kebal dengan sikap Sea yang tak bersahabat.

"Aku sudah minta izin pada Mrs. Graham. Hanya sebentar Sea. Tapi jika kau tidak mau tak apa-apa" kata Duke lagi.

Tanpa bertanya Sea segera berjalan ke mobil Duke dan membuka pintu bagian kiri dan masuk.

Melihat hal itu Duke terseyum simpul lalu berjalan  menyusul Sea. Ia duduk di belakang kemudi.

"Aku janji ini tak akan lama". Duke melirik pada Sea sekilas lalu mobil mulai bergerak meninggalkan halaman asrama.

Sea merasa tak nyaman dengan celana yang dipakainya. Itu terlalu pendek. Sengaja ia meletakan kedua tangannya untuk menutupi paha putihnya yang tentu saja sangat menggoda mata pria manapun.

Duke segera mengulurkan tangan ke jok belakang dan mengambil sesuatu dari sana.

"Pakailah jika kau merasa tak nyaman. Walaupun menurutku itu masih hal yang normal" ucap Duke sambil menyodorkan mantel abu miliknya.

Sea segera mengambilnya lalu meletakan di atas pahanya. Aroma maskulin dari mantel itu membawa efek lain pada Sea. Ia menggigit bibirnya.

Mereka berhenti di sebuah truk makanan cepat saji yang parkir dekat taman kota.

Duke turun untuk membeli roti isi, kentang goreng dan segelas coklat hangat juga segelas espresso untuk dirinya. Kemudian ia kembali ke mobil.

"Berikan paperbag itu padaku. Kau harus menyetir Walter".

Duke kaget dengan ucapan Sea tapi ia segera menyodorkan paperbag itu. Ia tak ingin berdebat sekarang, atau momen langka ini akan berantakan.

Mobil kembali bergerak di jalan umum, berbaur dengan kendaraan lainnya.

" Apa kau punya rekomendasi tempat untuk kita menghabiskan isi paperbag itu? "tanya Duke.

Sea menoleh padanya dan menggeleng. Tatapan keduanya bertemu. Sea segera membuang mukanya lurus ke depan. Sementara Duke terlihat salah tingkah.

Menurutnya, lebih mudah bicara dengan Sea yang ketus daripada Sea yang sekarang duduk disampingnya. Ia harus berpikir keras untuk menyusun kalimat agar momen ini tak hancur berantakan.

" Kalau begitu kita pulang sekarang"kata Duke.

"Tidak... Tidak. Maksudku kita bisa makan di ... di... Maksudku tidak di tempat umum. Aku khawatir ada orang yang mengenali kita dan bisa saja gosip dan skandal menyebar dengan cepat" balas Sea.

"Kukira  kau tak peduli dengan hal-hal seperti itu Seana".

" Aku memang tidak peduli. Tapi ini untuk kebaikanmu. Aku tidak ingin hal buruk menimpamu karena diriku"balas Sea. Yang langsung menutup mulutnya. Seakan ia baru sadar apa yang dikatakannya.

Duke tertawa kecil. Dalam hati ia merasa senang, setidaknya Sea menaruh sedikit perhatian pada dirinya.

"Lalu? " tanya Duke.

"Kita akan mencari tempat duduk di area yang agak sepi. Agar tak ada orang yang melihat kita" usul Sea. Ia teringat salah satu sudut di dekat museum yang jarang dilalui orang.

Cahaya lampu jalan disitu terang dan itu berada tepat di samping sebuah kafe kecil. Jadi orang yang lalu lalang tidak akan menaruh perhatian pada mereka.

"Baiklah. Aku setuju denganmu" balas Duke semangat.

Setidaknya kita akan memulai sesuatu dengan benar kali ini Seana.

Aku jatuh cinta padamu Lady of Edinburgh.

Duke meminta Sea memandu mereka untuk sampai di tempat itu.

Syukurlah ada beberapa bangku kosong. Sea memilih posisi bangku di tengah agar tidak menarik perhatian orang yang berjalan kaki atau mobil yang lewat di area itu.

Mereka duduk bersisian. Sea berusaha mengendalikan gejolak lain dari dirinya yang menggebu saat menghirup aroma citrus dari tubuh Duke.

Mereka mulai makan.

"Aku ingin, setiap pertemuan kita seperti ini Sea. Tanpa perdebatan dan tanpa paksaan. Jujur aku lelah harus berdebat denganmu. Itu buruk bagi kesehatanku" kata Duke di sela-sela kunyahannya.

Sea memukul lengannya tanpa sadar.

"Kau benar. Itu juga buruk untuk kesehatanku".

Keduanya tertawa.

" Aku dengar kau akan selesai tahun ini"tambah Duke.

"Ya. Di penghujung tahun. Sebelum Natal tiba" jawab Sea.

"Aku  akan mendukungmu. Jangan lupa kabari aku hari bahagia itu" Kata Duke.

"Apa kau akan memberiku hadiah?".

"Kita lihat saja nanti".

Keduanya masih bertukar cerita hingga waktu menunjukan pukul 9.00 malam.

Sesuai janjinya, Duke segera mengantar Sea kembali ke asrama. Sekaligus pamit, karena ia akan kembali ke Roxeburghe.

***

BLUE ( Sky & Sea ) /COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang