EMPAT PULUH TIGA

145 11 0
                                    

Waktu berlalu dengan cepat. Kini hari-hari Sea lebih berwarna. Ia telah menutup segalanya tentang keluarga Earl. Bahkan ia tak pernah menginjakan kakinya lagi di Edinburgh. Beberapa kali ada undangan yang dikirim Louis padanya tapi ia selalu memberikan alasan logis untuk tidak datang.

Ia benar-benar ingin memutus segalanya. Bahkan ia merasa bersyukur ayah dan ibunya tak sekalipun bertanya tentang hubungannya dengan Sky. Jadi ia tak perlu tinggal lama dalam  kubangan itu .

Sea baru saja mengikuti upacara kelulusannya. Bersama keempat sahabatnya mereka tidak merayakannya dengan spesial.

Sebagai salah satu lulusan terbaik di Universitas St. Andrews Sea mendapat tawaran kerja di almamaternya. Ia bahkan akan mendapat beasiswa untuk pendidikan S2.

Kini ia memilih tinggal di kawasan apartemen menengah. Rencananya ia akan mengikuti acara amal dan berangkat ke Haiti untuk melihat langsung kegiatan itu. Sebagai perwakilan dari kampusnya.

Hari itu tiba saat Sea dan rombongan peduli kemanusiaan itu berangkat ke Haiti. Perjalanan yang jauh dan melelahkan, tapi bagi Sea ini adalah perjalanan yang penuh dengan tantangan. Ada hal baru yang menantinya di sana.

Jika selama ini ia hanya membaca dan mendapatkan informasi secara tidak langsung mengenai masalah sosial di Haiti, maka kini ia akan benar-benar terjun dan menginjakan kakinya.

Tiba di Port au Prince rombongan mereka disambut oleh perdana Menteri dan langsung di bawa ke penginapan yang telah disediakan.

Penginapan ini adalah penginapan biasa. Hal ini adalah permintaan ketua rombongan karena mereka akan langsung berhubungan dengan masyarakat yang terdampak bencana badai beberapa bulan lalu.

Pagi harinya rombongan ini dibagi dalam 3 tim yang akan meninjau lokasi berbeda di kamp-kamp pengungsian.

Sea termasuk dalam tim 2 yang akan berada di kota Les Cayes. Rombongan Sea berangkat dengan bus yang disediakan oleh dinas sosial Haiti.

Sepanjang perjalanan, mata Sea menangkap berbagai jenis pemandangan.

Beberapa orang yang berkulit hitam berjalan di sepanjang trotoar tanpa alas kaki. Juga anak-anak kecil tak berbaju dengan perawakan kurus terlihat dari penampakan tulang rusuk mereka yang berjejer rapi di dada.

Sea terenyuh melihat itu. Rasanya ingin menangis. Sungguh ada pemandangan nyata seperti ini di belahan dunia lain.

Tak lama kemudian mereka tiba di kamp. Banyak anak kecil berlari ke arah bus. Mereka tampak kotor dan dekil. Entah sejak kapan mereka mandi. Sea menatap nanar pada mereka.

Seorang pria mengambil bungkusan plastik dan turun diikuti yang lain. Seorang tour guide berbicara dengan bahasa lokal pada pengungsi yang mulai keluar dari tenda.

Seorang bocah perempuan mendekat dan mengelus sepatu boot yang dipakai Sea. Refleks ia menarik kakinya. Bocah itu memandangnya dan tersenyum.

"Sepatu yang cantik" katanya pada Sea. Sea hanya tersenyum. Entah mengapa tatapan itu begitu menyayat hatinya.

"Hai" sapa Sea pelan. Ia merogoh saku mantelnya dan menemukan sebungkus coklat lalu disodorkan pada gadis kecil itu.

Gadis itu langsung berlari ke belakang tenda pengungsian.

"Kita akan melakukan beberapa hal. Pemeriksaan kesehatan, tutorial hidup bersih dan permainan edukasi untuk anak-anak. Setelah itu istirahat makan siang" Ketua Tim memberi pengarahan singkat.

Tim Kesehatan mulai melakukan tugasnya. Sea membantu seadanya. Seperti mengangkat beberapa boks obat dan masker lalu menatanya di meja. Karena ini adalah pengalaman pertamanya, ia lebih banyak diam dan memperhatikan.

Sesekali ia mengambil minuman kemasan dan menyodorkannya pada para pengungsi yang sedang antri. Peluh membasahi keningnya. Udara disini sangat panas.

Semua sesi berlangsung dengan lancar. Bahkan Sea tersenyum puas ketika membantu merapikan peralatan yang dipakai tadi.

Tiba-tiba punggungnya disentuh seseorang. Sea yang sementara berjongkok mengikat tali sepatunya menoleh. Ternyata gadis kecil tadi. Entah ia baru datang darimana tapi tubuhnya masih tetap kotor seperti pagi tadi saat pertama bertemu.

Sea memintanya mendekat dan menunjuk keran tempat mencuci tangan yang masih berdiri kokoh setelah dipakai tutorial tadi, lengkap dengan sabun dan antiseptic.

Gadis kecil itu mengangguk lalu mengikuti Sea mendekati tong air. Sea menggulung lengan kemejanya dan menyampirkan name tag nya ke belakang.

Dengan lembut diraihnya kedua tangan mungil itu dan mulai membersihkannya perlahan. Ia menggosok sabun berulang kali hingga tangan  itu bersih. Kemudian kakinya dan terakhir wajah gadis itu. Setelah selesai ia mengeringkan semuanya dengan handuk kecil dan menunjuk bangku kosong di dekat tenda.

Sekali lagi gadis kecil itu menurut dan duduk disana. Sea mengeluarkan gunting kuku kecil dari sakunya dan mulai menggunting kukunya. Ia melakukannya dengan telaten hingga kuku jari kakinya juga.

Ia mengambil permen dan menyodorkannya sebagai ucapan terima kasih.

"Kau harus menjaga kebersihan tubuhmu supaya tidak sakit. Lalu cuci tanganmu sebelum makan. Cuci kakimu sebelum tidur. Ingat apa yang kuajarkan tadi". Sea berbicara pelan dengan bahasa Inggris juga bahasa isyarat agar gadis itu mengerti. Gadis itu tersenyum padanya.

" Give me five little girl" Sea menyodorkan telapak tangan dan gadis itu menyambutnya dengan tos.

"Kau boleh bermain lagi. Jika ada temanmu bawa kesini" ucap Sea lagi dibarengi bahasa isyarat.

Gadis itu tersenyum sambil memberikan jempolnya pada Sea sebelum berlari menghilang lagi.

Sea mengibaskan tangannya dan tersenyum puas lalu berjalan menuju tenda terbuka untuk mengambil makan siangnya.

"Lama tak berjumpa Lady Edinburgh". Suara berat dan dalam menyapa Sea yang baru saja menyuap sendok makanan pertamanya. Ia hampir menyemburkan makanan itu keluar.

Lalu ia mendongak untuk menatap pemilik suara yang sudah familiar di telinganya.
" Yang Mulia... ".

"Teruskan saja makan. Aku hanya mampir untuk memastikan itu benar  dirimu setelah membaca namamu di daftar relawan".

Wajah Sea bersemu merah. Ia bahkan tidak tahu harus menelan makanan di mulutnya atau menjawab ucapan Duke.

" Aku senang kau menyukai hal-hal seperti ini. Tidak banyak Lady yang mau melakukannya. Mereka lebih suka hidup glamour dan hedonis".Lanjut Duke.

Sea memalingkan wajahnya untuk menelan makanannya cepat.
"Bisakah kita melupakan status bangsawan disini Walter?".

Duke tertawa kecil dan memainkan kerikil di ujung sepatunya.

" Baiklah. Sampai jumpa Lady Edinburgh".

Pria itu berbalik pergi dengan wajah sumringah. Kedua tangannya dimasukan ke dalam saku celananya.

Dunia ini begitu sempit...

Gumam Sea sambil menatap kotak makanan di tangannya. Selera makannya sudah hilang, tapi perutnya masih lapar. Dengan kesal ia segera melanjutkan suapan ke mulutnya.

***

BLUE ( Sky & Sea ) /COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang