LIMA BELAS

151 9 0
                                    

Sea memisahkan diri dari rombongannya dan mencari toilet. Dengan rasa percaya diri ia melangkah melalui lorong yang lain. Ia bahkan berani membuka beberapa pintu untuk mencari apa ada toilet di ruangan itu.

Sudah setengah jam berlalu dan ia belum menemukan toilet. Ia menengok ke penjuru ruangan untuk memastikan apa ada orang lain. Dan ia mendapati hanya dirinya seorang. Perlahan ia membuka hells nya lalu memegangnya dengan kedua tangannya. Ia berjalan dengan kaki telanjang. Betisnya sangat pegal menggunakan hells dari tadi.

Ia bahkan tak tahu sekarang ia ada di bagian mana. Ia mencoba mencari pintu keluar. Setidaknya ia ingin ada di halaman luar kastil agar mudah bertemu seseorang atau seorang pelayan akan menemukannya jadi ia bisa bertanya.

Ia menarik napas lega saat membuka sebuah pintu. Hamparan rumput hijau dan beraneka tanaman pinus menjulang di hadapannya. Tapi bukan itu yang mencuri perhatiannya.

Melainkan sebuah gerbang putih yang ditumbuhi tanaman rambat melengkung mengikuti bagan pintu. Ia mendekat dan mendorong gerbang tersebut.

Sea takjub dengan pemandangan di hadapannya. Jalan berbatu yang ditata dengan rapi. Kiri kanan dihiasi dengan tanaman mawar hitam yang berbaris seperti pagar. Ia terus menyusuri setapak itu hingga berakhir di sebuah danau buatan dengan sungai kecil yang mengalir di sisinya.

Ia mengulurkan tangan untuk menyentuh airnya. Begitu hangat dan segar. Beberapa kupu-kupu terbang di atas kepalanya. Sea sangat kagum. Entah sudah berapa lama ia tak merasakan perasaan bebas dan damai seperti ini. Ia benar-benar merasakan surga.

Ia melihat sebuah gazebo di bawah pohon. Kakinya melangkah ke sana. Ia duduk dan menjulurkan kedua kakinya. Angin segar menerpa wajahnya yang cantik, ia memejamkan mata dan perlahan membaringkan tubuhnya. Ia hanya ingin merasakan perasaan damai dihatinya saat ini.

Tanpa terasa waktu menjelang sore. Sea membuka matanya perlahan. Ia terkejut saat menatap langit, hari sudah  sore. Ternyata ia ketiduran  dan melewatkan jam makan siang. Dengan setengah berlari ia menyusuri jalan yang ia lalui tadi. Ia takut akan berbuat kesalahan lagi. Ini adalah malam acara inti.

Begitu keluar dari gerbang yang menghubungkan kastil utama dan taman rahasia tadi napas Sea tersengal-sengal. Keringat membasahi keningnya. Ia melirik sebentar untuk memastikan tidak ada yang melihatnya lalu bergegas ke kamarnya.

Tanpa disadarinya Duke Roxeburghe melihatnya. Ada rasa geram karena seseorang menyelinap ke taman pribadinya. Kau akan membayarnya Lady Edinburgh.

Sea tiba di kamarnya. Lucia telah menunggunya.
"Kau membuatku cemas Nona".
" Maafkan aku Lucy".
"Aku pikir kau tersesat. Kau darimana?
" Aku akan menjawabmu nanti, tapi bisakah kau membawakan aku sesuatu? Aku sangat lapar. Aku melewatkan makan siangku".
"Baiklah. Aku akan kembali" Lucia berlalu dengan senyum tersungging di bibirnya. Ia merasa Sea sangat konyol.

Saat akan kembali ke kamar Sea, ia bertemu dengan Duke.
"Bukankah makan malam sebentar lagi?".
" Maafkan aku Tuan. Tapi Nona Seanna memintaku untuk mengambilkan ini".
"Kau boleh pergi sekarang" Ucap Duke lalu meninggalkan Lucia.

Setelah makan, Lucia membantu Sea bersiap. Karena ini adalah malam acara puncak maka Sea memakai gaun terbaiknya yang disiapkan oleh ibunya Sky. Gaun hitam panjang yang sedikit berkilau dan hells juga clucthbag senada. Rambut pirangnya dibiarkan tergerai. Sepasang anting panjang menghiasi telinganya. Sempurna.

Lucia menemaninya dan mengantarnya ke aula besar yang terpisah dari kastil utama. Suasana tampak meriah. Dekorasinya berbeda dengan yang kemarin. Dekorasi ruangan malam ini mencerminkan pemilik acara ini.

Mewah. Elegan. Berkelas. Sempurna.
Semua tamu undangan duduk di meja masing-masing sesuai nama yang tertera di atas meja. Sea dengan mudah menemukan Earl Rosebery yang mendapat tempat tepat di hadapan panggung kecil.

Sea menghampiri suami istri itu dan mencium pipi mereka.
"Kapan kalian kembali uncle?"tanya Sea.
" Satu jam yang lalu"jawab Marry.
"Bagaimana harimu ini sayang?"tanya Earl Rosebery.
" Aku menyukainya. Sangat menyenangkan uncle"jawab Sea berbinar.

Suara ucapan selamat datang dari pembawa acara menghentikan percakapan mereka. Setelah itu tampak Duke naik ke panggung dan berbicara. Sesekali ia memandang Sea yang duduk tepat dihadapannya. Sea tampak kikuk dan berusaha tak memandang pada Duke.

"Dan untuk membuat malam ini semakin sempurna maka Lady Edinburgh akan mempersembahkan sebuah lagu untukku, untuk kita semua" Duke mengakhiri pembicaraannya sambil menatap Seanna.

Semua mata tertuju pada Sea. Sea sangat terkejut lalu ia memandang Earl dan istrinya yang sama terkejut. Earl mengangguk. Sea menarik napas dan berdiri. Ia melangkah ke panggung. Di sana ada sebuah grand piano putih.

Ia membungkuk hormat pada Duke lalu membungkuk pada semua undangan di hadapannya. Ia duduk di hadapan piano  menatap Duke sebentar lalu mengakkan punggungnya. Jari-jarinya mulai menekan tuts hitam putih itu. Ia memainkan lagu "Never Enough"....

Ia begitu menjiwai lagu ini. Memorinya membawanya pada kenangan bersama Sky. Entah seperti apa kau sekarang Sky. Entah apa yang kau lakukan saat ini. Aku disini dengan cintaku. Aku merindukanmu.. Selalu setiap waktu. Cepatlah pulang Sky.. .

Perasaan rindu dan getir menyatu dalam suaranya. Ia bahkan hampir lupa ia disaksikan banyak orang. Perlahan ia menguasai hatinya dan mengakhiri penampilannya. Suasana hening. Ia berdiri dan membungkuk hormat lalu berjalan ke tempat duduknya semula. Suara tepuk tangan dari semua orang mengiringi langkahnya.

"Kau luar biasa sayang" Marry mencium keningnya"..
"Aku akan ke toilet sebentar aunty"...
Sea berlalu dengan cepat..
******

BLUE ( Sky & Sea ) /COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang