DELAPAN PULUH SATU

152 11 0
                                    

Denting lift berhenti menandakan Duke dan Sea tiba di lantai tujuan mereka. Duke berjalan lebih dahulu tanpa menoleh pada Sea.

Sedangkan Sea mengikutinya dengan kepala tertunduk. Ketakutan melandanya. Ia tahu betul sifat Duke. Ia menggigit kedua bibirnya kuat- kuat untuk menentramkan irama jantungnya.

Tiba di dalam kamar, Duke langsung menuju kamar mandi. Paper  bag berisi sosis panggang teronggok di meja begitu saja. Sea langsung menuju wastafel dan mencuci tangannya. Ia berniat akan mengganti pakaian dengan piyama.

Tepat saat ia selesai, Duke muncul dengan piyama dan rambut yang masih basah. Sea mengambil handuk kecil di laci dan berniat mengeringkan rambut Duke.

"Tidak usah. Istirahatlah Seana".

Tolak Duke datar. Sea menelan ludah yang terasa sesak di tenggorokannya.

" Tapi ini akan membuatmu sakit Walter. Ini sudah malam".

Duke tak menggubris ucapan Sea. Ia menuang segelas wine dan pergi ke balkon. Sea terdiam di tempatnya dan berusaha berpikir untuk menjelaskan segalanya.

Ini hanya salah paham Walter!

Ia mengambil mantelnya dan menghampiri Duke di balkon. Ia berdiri tiga langkah dari tempat Duke.

"Semuanya tidak seperti yang kau lihat Walter".

Sea membuka percakapan. Suasana tampak hening. Duke sama sekali tak menoleh padanya. Ia malah menyesap wine dari gelasnya.

" Aku benar- benar tidak tahu Sky ada di sana. Dia mendekatiku dan menyapaku. Aku sudah mengusirnya dengan kasar tapi ia bersikeras ada di situ".

Duke menoleh dan tersenyum kecut.

"Benarkah? Bahkan wajah kalian sebegitu dekat seperti orang yang akan berciuman. Lalu, apa aku harus percaya padamu? ".

Duke kembali memalingkan wajahnya dan membuang pandangannya sejauh mungkin.

" Aku tidak memintamu bahkan memaksamu untuk percaya padaku. Tapi satu hal yang ingin ku tegaskan, bahwa apa yang kau lihat dan  kau pikirkan sangat keliru Walter".

Selesai bicara Sea langsung masuk kembali ke kamar. Rongga dadanya begitu sesak dan matanya sudah berkaca- kaca. Ia mematikan lampu utama dan langsung naik ke ranjang lalu menarik selimut hingga lehernya.

Ia menggigit ujung selimut kuat- kuat dan membiarkan buliran air mata berlomba untuk turun di pipi mulusnya.

Sebelah tangannya di selipkan ke perut buncitnya dan mengelusnya lembut.

Bagaimana bisa ia mempertanyakan kesetiaanku, sedangkan benihnya tumbuh di dalam sini.
Seharusnya ia melihat hatiku,
Seharusnya ia percaya padaku...

Sea memejamkan matanya. Membiarkan air matanya mengalir hingga perasaannya lega. Ia meyakinkan dirinya jika semua akan baik- baik saja. Dan ia berjanji pada dirinya untuk menghindari Sky sebisa mungkin.

Ia mendekap dadanya dan tertidur.

Duke yang masih berdiri di balkon memikirkan kata- kata Sea berulang - ulang. Rasa kesal masih bercokol kuat di hatinya.

Apa aku cemburu buta?

Tanyanya dalam hati. Ia menoleh dan mendapati ruangan kamar mereka sudah remang- remang. Ia yakin Sea mungkin sudah tidur.

Setelah masuk dan menutup pintu, Duke menghampiri ranjang. Ia berdiri dan memandang wajah Sea yang sudah terpejam dengan napas yang teratur.

Apa aku baru saja menyakiti hatimu?

BLUE ( Sky & Sea ) /COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang