[Belum revisi]
10/02/22‼️ VOTE & KOMENT setelah membaca‼️
❗️ TYPO ❗️
"Sebenarnya, Ibu pernah datang dan berniat mengujungimu begitu aku mengatakan kau akan menikah dengan Mark."
Pembukaan pertama cerita Irene mengejutkan Aleona, tentu saja. Seharusnya memang Tiffany di datangkan untuk menyaksikan acara sakral pernikahannya. Bukankah sewajarnya begitu. Kedua belah pihak harus di pertemukan meski hanya sekali seumur hidup.
Dulu, waktu pembicaraan tanggal pertunangan Aleona belum terbesit memberitahukan Tifanny. Tapi tidak mungkin tidak, Aleona tidak memberikan kabar dia akan menikah, karena bagaimanapun Tiffany adalah ibu kandungnya yang ia tahu meski fakta sang ibu telah menjual dirinya demi uang pada Kris Wu, yang kala itu sudah berubah kestatusan dari wanita selingkuhan Kris menjadi calon menantu.
Dan ucapan Irene secara sadar, menyadarkan dirinya bahwa ia mulai melupakan keberadaan Tifanny.
Menerima fakta sang Ibu masih menyimpan peduli padanya. Aleona di sambut oleh perasaan sesal, sebelum detik ini berlalu sosok itu benar - benar seakan hilang dari memorinya.
"Apa sekarang Ibu lebih membenciku?" lirihnya. Aleona terlihat sedikit melamun saat mengatakan hal itu.
"Tidak, Aleona. Ibu tidak membencimu. Tapi mungkin seharusnya kau yang pantas membencinya... aku bisa menerima itu."
Sesaat ruang menjadi hening tenggelam oleh pikiran masing - masing. Kemudian Irene kembali bercerita.
"Hari itu..."
Ting tong...
Irene menatap binggung saat Tiffany tiba - tiba menyeratnya masuk kedalam toilet sambil berkata gugup. "Jangan coba - coba keluar apapun itu."
"Ada apa?"
Irene tidak tahu apa yang membuat Ibunya bersikap seperti itu setelah berniat membukakan pintu. Tapi begitu suara selain ibunya terdengar, Irene mengerti mengapa keberadaanya sengaja tak ingin diketahui.
Di balik pintu kamar mandi, Irene menguping dari celah pintu yang diam - diam ia buka.
"Dengan uangku kau pikir bisa melakukan apa yang kau mau, mh?"
"Come on. Aku tidak melakukan apapun. Kenapa kau bersikap seolah - olah aku adalah boom, apa ketika Istrimu melihatku dia akan hancur, tidak, kan?"
"Untuk apa kau datang?"
"Aku hanya rindu dengan anak gadisku, itu saja."
Pria itu tersenyum culas, mendengus, mengejek pengakuan Tiffany.
"Anggap saja aku percaya. Dan sudah cukup kau berada disini."
"Aku baru satu malam berada disini dan kau sudah mengusirku?"
"Aku bahkan belum—"
"Mengeluarkan anakmu sebelum aku pergi, begitu?"
Bibir Tiffany mengatup tak percaya di balik sikap tenangnya. Dia seperti sampul novel yang mudah di tebak seperti apa jalan ceritanya. Atau pria di hadapannya seperti vampire, hanya mengandaalkan sebuah insting bisa begitu cepat mengetahui keberadaan dan menjegal tujuannya datang untuk Aleona.
Menemui gadis itu untuk mengatakan siapa sebenarnya Mark. Tiffany tidak ingin ada garis di dalam keluarganya mengalir darah dari keturunan seorang pembunuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET TO SECRET
FanfictionTidak di sarankan untuk di baca. Serius... GA USAH DI BACA YA GUYS! JELEK BANGET INI.