150. Lost & Found

104 11 2
                                    


28.08.24



‼️ VOTE & KOMENT setelah membaca‼️
‼️TYPO


"Mama..."

"Mommy..."

Aleona membuka mata, pandangan yang tertangkap di pengelihatannya terasa asing. Selama proses pemulihan kesadaran itu pendengarannya pun menangkap seruan anak kecil memangil  ibunya dengan panggilan berbeda   samar - samar terdengar.

Mereka ada di depan wajahnya, memadang kesal serta keributan bibir mereka yang tidak henti - hentinya.

Jujur itu membungungkan Aleona, mereka menyerukan panggilan itu padanya.

"MOMMY!"

"MAMA BANGUN!"

"CEPAT BANGUN! DADDY BERDARAH!"

"MAMA! AYO BANGUN!"

Satu anak dari mereka menarik tangan Aleona, disusul satu anak yang lain. Bocah itu laki - laki dan perempuan, sangat tampan dan cantik.

"CEPAT BANGUN NANTI PAPAH MATI!

Tubuh Aleona tertarik paksa dari ranjang. Masih dalam ketidakmengertian Aleona di paksa jalan mengikuti langkah dua bocah itu.

"DADDY!"

"PAPAH! BERTAHANLAH JANGAN MATI DULU!"

Terperanjat Aleona bergegas menghampiri suaminya dengan cucuran darah di tangan kirinya.

"Mark?"

Tersadar Aleona segera mencari kotak obat di lemari dapur. Di tengah pencarian dan menemukan Aleona terdiam, menyadari sesuatu yang lagi - lagi membingungkan, dia menoleh mengedarkan pandangan, rumah yang rasanya Aleona tidak pernah tinggali sebelumnya. Aleona bertanya- tanya pada dirinya sendiri kenapa dia tahu dimana letak kotak P3k itu.

"MAMA!"

Teriakan gadis itu nyadarkan Aleona kembali. Dia lantas mengambil dan membawanya kepada Mark.

Aleona tidak berbicara apapun saat mengobati Mark yang terluka.

"Sayang, kau sakit, ya?" tanya Mark heran sikap berbeda Aleona yang biasanya wanita itu pasti mengomel.

"Hah?— ah, tidak. Aku baik - baik saja." katanya sambil memberi pengobatan pada luka jemari Mark. Goresan luka yang bisa Aleona tebak, — pisau yang tidak sengaja mengiris kulit.

"Mama, maaf'in papah, ya. Jangan marahin papah." Aleona menoleh pada gadis yang berbicara.

"Iya! Mommy jangan marah. Mommy ga boleh marahin Daddy!" Satu anak laki- laki ikut bersuara, Aleona beralih menatapnya. Pandangannya belum berubah, heran yang kebingungan, siapa dua anak itu. Kenapa mereka memanggilanya seakan dirinya adalah Ibu mereka?

"Sayang. Maafkan, aku. Aku hanya sedikit ingin memasak sesuatu selagi kau masih tertidur pulas"

Lalu Aleona beralih menatap Mark, terdiam cukup lama, kedua matanya terasa memberat saat bersamaan Mark melihat air mata Aleona mengembang.

"Sayang, kau kenapa?" Mark sedikit khawatir dan binggung tiba - tiba saja Aleona menangis tanpa sebab.

"Mark kau baik - baik saja?"

"Y–ya. Aku baik - baik saja. Luka ini tidak seserius itu. Jangan khawatir, ya."

"Mama marah, ya... sama papah?"

Aleona menoleh menatap kembali gadis yang berbicara. "Tidak, sayang."

"Mommy jangan marah, ya. Daddy seperti itu karena ingin membuat Mommy senang."

SECRET TO SECRET Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang