19

1.2K 92 4
                                    

[Belum Revisi]

*D - 20/05/02

‼️ VOTE & KOMENT setelah membaca‼️
‼️TYPO‼️







SECRET TO SECRET



Sepertinya ucapan Jeno berlebihan mengenai ketakutannya soal Lucas meminta nomer telfon Aleona. Dan sialnya, Mark termakan akan cerita Jeno yang terkesan menekan dirinya dengan acaman-acaman kecil, bisa di bilang sekedar dugaan. Dan Mark termakan oleh isi kepalanya dimana  Jeno mengatakan Ibunya tiba-tiba meminta alamat Aleona melaluinya, kalimat Jeno tidak menekan mengenai Ibunya, tapi entah bagaimana isi kepalanya memproses menjadi sebuah ketakutan sendiri.

Mark heran mengapa Ibunya tidak meminta darinya saja.

Pertanyaan itulah yang menimbulnya pikiran buruk. Sampai-sampai ia menjadi tolol karena itu. Berlarian panik dan ketakutan.

Harusnya Mark mendengar berpikiran lainnya. Ibunya menghampiri Aleona karena Luhan memang menginginkan gadis itu jadi anak mantunya jadi wajar saja ingin saling mengenal satu sama lain. Bukan untuk melabrak Aleona.

"Bu, lain kali kalau Ibu ingin menemui Aleona katakan saja padaku, aku siap temani Ibu."

"Ish, anak Ibu posesif sekali." goda Luhan. "Ini urusan wanita tidak mungkin Ibu melibatkanmu" 

"Atau bibi bisa mengajak ku" ucap  Haelen menawarkan diri, menoleh ke belakang. "Aku banyak memiliki waktu luang"

Luhan tersenyum pada Haelen. "Iya, boleh"

Haelen membalas senyum Luhan, lalu ia kembali mengarahkan wajahnya lurus ke depan. Sebentar Haelen melirik Mark yang menyetir sebelum beralih mengusap-usap punggung Bongsik yang terlelap tidur.

Mark mengantarkan Haelen kerumahnya dan Bongsik tetap bersama Mark, gadis itu meletakan kucing kesayang Jeno di tempat Haelen duduki.

"Kau harus tegas Mark. Ibu tidak permasalahkan siapa yang menjadi pilihanmu. Tapi untuk saat ini biarkan Ibu mengenal Aleona lebih jauh. Kalau memang kau tidak menyukai dan kau punya pilihan sendiri, Ibu merestui pilihanmu."

Mark mendengarkan Luhan bicara.

"Ibu tidak tahu hubungan kalian seperti apa? Antara kau, Aleona dan Haelen. Tapi bisa kan kau memposisikan diri mana yang perlu kau jaga perasaan seorang wanita"

"Ibu heran denganmu. Sebenarnya apa arti Aleona bagimu? Dan Haelen?"

"Mark, kalian sudah bukan anak remaja lagi. Waktu bisa merubah segalanya. Begitupun perasaan seseorang yang tak mungkin bergeser dari tempatnya. Ibu pikir kau dan Haelen menjalin hubungan tapi saat ia pergi kau bersikap biasa, tak sekalipun Ibu melihat seperti orang yang kehilangan orang terdekatnya meskipun kalian sejak kecil bersama."

"Kau seperti bukan ayahmu... " Final Luhan terlarut kedalam perasaan emosional sehingga pada kalutnya berbicara,   ia tercengah.  Luhan  mengeratkan bibirnya ke dalam. Memejam kerena sesak napas. Perasaannya berubah sensitif atas ucapan terakhir.

Mark menarik napas panjang lalu membuangnya pelan. Dia berusaha tenang menghadapi sikap Ibunya yang mulai terlalu mencapuri urusan pribadinya.

Mark bukan tidak suka sepenuhnya, hanya saja  ia menjadi tidak nyaman. Begitu juga terhadap Jeno. 

Luhan masih diam, ada rasa cemas menyerangnya. Lalu Luhan mencoba menasehati Mark lagi,  agar anak laki-lakinya berfokus dan tidak terkontaminasi hal lain.

"Kau tidak buta kan. Lucas jelas-jelas menyukai Aleona. Itu artinya kau tidak berhak lagi saat Lucas dan Aleona menjalin hubungan"

SECRET TO SECRET Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang