133

252 13 6
                                    

27.10.22

‼️ VOTE & KOMENT setelah membaca‼️






Pukul 7 pagi. Aleona bersama Mark datang menjemput Leo di rumah utama. Perpisahan seminggu  sepertinya masih aman dari Luhan, itu cukup melegakan sekali sampai saat ini bagi mereka.

Maka dengan percaya diri dihadapan Luhan seolah - olah tidak pernah ada pertengkaran sebelumnya.

"Ayah! Ibuh!" Leo bersemangat di meja makan saat melihat kedatangan kedua orangnya.

Perhatian Luhan dan Kris teralih sebentar menyambut anak dan memantu.

"Jagoan Ayah sedang sarapan?" Mark bertanya antusias. Wajahnya bahagia, karena itu Kris sedikit menaruh perhatian, membantin seorang diri, bahwa kemungkin besar Mark dan Aleona sedang berakting di hadapan mereka, meski sejujurnya berharap keduanya telah berbaikan.

"Um! Cudah celecai!" 

"Kalian sudah sarapan?" tanya Luhan.

"Kami sudah." balas Mark, lalu beralih pada Leo. "Ayo, jagoan. Saatnya berangkat..."

Leo turun dari bangku yang tingginya melebihi tubuh tingginya. Bocah itu  melakukan sedikit loncatan yang membuat Aleona berkedut kaget. Wanita itu menghampari sambil menegur. "Jangan lakukan lagi seperti itu Leo, jika kau terluka bagaimana..." Aleona mengomel namun suaranya tidak lantang.

Kepala Leo mendongak penuh, matanya tenggelam oleh senyuman lebar. "Tidak! io kuat!! Iya, kan. Ayah?!" Yang kemudian bocah itu berlari ke arah Mark dan tingginya hampir serupa dengan orang dewasa karena Mark mengendongnya di depan.

"Iya, jagoan ayah sangat kuat." Mark tertawa riang saat Leo menujukan jempol pada Mark. Anak itu tumbuh lebih cepat dari perkiraan, siapa yang telah mengajarkan caranya memberi pujian dengan kedua jempol. Mark berberpikir itu kelakuan dari Ayahnya.

Kris tersenyum melihat pemadangan interaksi mereka berdua. Begitu juga Luhan, senyumnya sangat manis dan  hangat sampai tidak terduga ketika Luhan mengeluarkan suara  mampu membuat Mark berdesir ngeri.

Keterkejutan Mark dan Aleona tak terelakan di mata Luhan. Kris di antaranya berusahan menyembunyikan senyum menggelitik. Demi apapun reaksi sepasangan muda itu benar - benar seperti orang pencuri yang tertangkap basah. Sangat lucu untuk di tertawakan.

Luhan berdeham lalu menirukan lagi bagaimana Leo saat berbicara masih begitu cadel dalam berkalimat, bercerita polos.  "Nenek, ayah malk tidak pelnah ada di lumah..." mata Luhan melolot pada Mark.

Kris terbatuk. Dia mengeratkan bibir rapat - rapat, menahan tawa.

"io main cendili... tapi ada paman jamin... ta—tapi paman jamin nakal cama io... io tidak cuka paman jamin..."

"Pfthh..."  Aleona tak sengaja kelepasan. Dia sadar tak seharusnya tertawa. Tapi itu sulit di tahan melihat bagaimana Luhan memperagakan Leo.

Mark sudah tercenga dari awal Luhan berdialog, dia menoleh menatapi Leo yang sedang mengumbar senyum polos. Bocah itu menertawakan tingkah sang nenek tanpa tahu bahwa itu tindakan intimidasi  keras.

"Bu ini bukan seperti yang Ibu pikirkan. Aku sangat sibuk, jadi... "Mark gugup. Dia tertangkap basah.

Luhan mengangguk, satu tangannya mengibas santai.
"um... tentu... tanang saja... tenang saja. Jangan khawarir... Aku tahu kau sangat Sibuk..."

Mark mengangguk sambil memasang wajah memelas. Sikap Ibunya masih mengkhawatirkan.

"Aleona..."

Aleona berkesiap begitu namanya di sebutkan.

SECRET TO SECRET Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang