148. Lelah + diam = Marah - kabur = pisah : kerja = berubah.

169 14 10
                                    



08.06.24



‼️ VOTE & KOMENT setelah membaca‼️
‼️TYPO







Ketika kepercayaan sudah di nodai kebohongan, mendengar kejujuran terasa muak.
Ketika kesabaran di anggap remeh, maka kata - kata maaf terdengar menjengkelkan.
Ketika ketulusan tidak lagi di hargai, hilangnya rasa hormat.
Dan ketika rasa sayang di khianati, awal dari datangnya kebencian.

Aleona berpikir.
Mark bisa berubah. Terkadang Aleona menyakini sesuatu yang di luar kendali. Dan, konyolnya dia sendiri yang kini berubah.

Pada akhirnya semua itu mengatarkan Aleona pada rasa...  melihat Mark dengan perasaaan yang  tidak sama lagi.

Hari itu, Aleona menghindari pembicaraan  saat Mark mencoba membahasnya. Bersekeras dan sebanyak apapun Mark membuka suara pembelaan atas dirinya yang berbohong, Aleona  sudah tidak sudi mendengarkan.

Prustasi, panik,  takut, perasaan itu  menelanjangi ketenangan Mark.

Melihat Aleona tanpa pertimbangan mengemasi barang pribadinya membuat Mark tidak dapat berpikir jernih,  memperkeruh mentalnya, bayang - bayang perpisahan di antara mereka seolah hanya tentang waktu.

"Aleona aku mohon dengarkan penjelasanku sekali ini saja..."  Mark putas asa. Mark berkali - kali berusaha menghalangi, Aleona tak diam, balik bersekeras melawan. "Bukankah itu sangat terlambat?" balas Aleona santai  sambil mengemasi keperluan untuk pergi.

"Aleona... aku bisa jelaskan kenapa aku dan Jeno menemui Haelen hari ini."

Aleona mendengus tawa. "Memuakan sekali."

"Orang gila mana yang berpikir menuangkan parfume mampu menghilangkan bau busuk. Aneh, kan?"

Mark terus mencoba. "Aleona..."

"Just cool..." Menarik keseluruhan zipper koper, Aleona menoleh tersenyum tenang pada Mark yang kacau, "don't panic darling." sambungnya sambil mengerlingkan  mata.

Menurunkan koper itu dari atas ranjang, menariknya keluar kamar. Bukan hanya membawa benda itu, Aleona juga membawa dirinya beserta beban perasaan yang berkecampuk meninggalkan rumah itu dan orang yang membuatnya berubah.

Kendaraaan hitam sudah menunggunya di depan. Aleona masuk kedalam mobil dengan yakinan, penuh percaya diri, dan tak membiarkan dirinya menoleh untuk terakhir kalinya melihat sosok Mark di malam ini.

Dan perhitungan Aleona tidak meleset, Mark tidak akan diam saja membiarkan pergi. Gadis itu tidak sendiri dengan rencananya, ada campur tangan Sungchan ikut melancarkan niat kabur Aleona.

Mark mengekori mobil yang membawa Aleona pergi, terus berada di belakang hingga mobil itu masuk wilayah perumahan elit. Di persimpangan Mark kelilangan jejak.

Mobil itu masuk garasi yang Aleona tidak tahu rumah milik siapa.

"Lalu selanjutnya apa?" tanya Sungchan, menoleh ke bangku belakang.

"Kau yakin kan dia tidak melihat kita?"

"Sepertinya tidak."

"Kita tunggu saja sebentar."arah Aleona.

"Lalu?"

"Lalu... antarkan aku ke kediaman Wu."

"Paman Kris?" Sungchan ragu.

"Mh."

"Kau yakin?" Kali ini Sungchan linglung. Apa gunanya kabur dari Mark tapi bersembunyi di rumah kedua orangtuanya. Itu keputusan konyol dan aneh. Kenapa tidak pergi sejauh mungkin. Aleona niat kabur atau main  petak umpet?

SECRET TO SECRET Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang