88. Pay - (Bangchan X Jeongin X Hyunjin Straykids)

393 18 6
                                    

Warning!!!
Jeongin Seme!! 30 tahun!!
Bangchan Uke!! 40 tahun!!
Hyunjin Uke!!! 24 tahun!!!

Warning!!!Jeongin Seme!! 30 tahun!!Bangchan Uke!! 40 tahun!!Hyunjin Uke!!! 24 tahun!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeongin masih belum mau beranjak dari sisi Hyunjin yang masih terlelap tidur. Laki - laki berparas manis yang masih terlelap itu bahkan mengeratkan pelukannya pada Jeongin, seakan mengisyaratkan agar Jeongin tidak pergi dari sisinya.

"Aku harus bekerja Hyunjin, lepaskan pelukanmu," kata Jeongin sembari berusaha menyingkirkan tangan Hyunjin yang melingkar di perutnya.

"Hmmm..." hanya gumaman saja yang terdengar, Hyunjin justru merangsek semakin dekat pada Jeongin, meletakkan kepalanya di dada kekasihnya ini.

Jeongin tersenyum lembut, jari jemari nya memainkan rambut pirang Hyunjin. Ia kemudian mendekatkan wajahnya dan mencium lembut pada pipi dan dahi Hyunjin.

"Aku benar - benar mencintaimu..." Hyunjin membuka mata dan menatap kearah Jeongin dengan dua bola mata berbinar.

"Aku tahu..." balas Jeongin sembari memberikan ciuman lembut di bibir Hyunjin.

Hyunjin memposisikan dirinya lebih nyaman diatas tubuh Jeongin agar lebih leluasa untuk membalas lumatan - lumatan dari bibir kekasihnya ini.

Jeongin yang berniat untuk segera bangun dan berangkat ke tempat kerja, pada akhirnya tertahan dan melanjutkan kegiatan pagi yang begitu menyenangkan.

@@@@@

Tangan Jeongin sibuk bergerak diatas tuts keyboard, menyelesaikan pekerjaan yang sempat terbengkalai beberapa hari ini. Suara dering handphone yang membuat konsentrasinya terpecah akhirnya menggerakkan tangan Jeongin untuk mengambil handphonenya. Matanya menatap pada nama Bangchan yang menari - nari di layar handphone.

"Iya ada apa?" tanya Jeongin.

"Aku datang membawakan makan siang untukmu," jawab Bangchan.

Jeongin bangkit berdiri dari duduknya, "Aku akan menemuimu di kafe depan kantor... tunggu aku."

"Ehh, tapi aku sudah di hall depan kantormu..."

"Jangan kemana - mana... aku akan kesana, tunggu aku..." Jeongin buru - buru bangkit dari kursinya. Tanpa ragu ia berlari keluar untuk segera menemui istrinya.

@@@@@

Hyunjin biasanya tidak suka makan siang dengan Jeongin, tapi kali ini dia tiba - tiba saja ingin mengajak kekasihnya itu untuk makan siang.

Langkah kaki Hyunjin terhenti ketika melihat Jeongin sedang makan siang dengan seorang laki - laki berwajah preman dan bertubuh besar.

"Siapa mahluk jelek itu?" gumaman Hyunjin yang jelas tidak mendapat jawaban dari siapapun.

Dan karena dia memang tidak mendapat jawaban apapun dari gumamannya sendiri, Hyunjin melangkahkan kaki mendekat pada Jeongin yang tidak menyadari kehadirannya. 

Dengan senyuman lebar, Hyunjin duduk di samping Jeongin dan sukses membuat kekasihnya itu terkejut dna juga gugup. Hyunjin kemudian menatap pada laki - laki didepannya dnegan senyuman lebar yang terlihat jelas mengejek laki - laki yang tadi ia sebut jelek. 

"Siapa kau?"

@@@@@

Bangchan menatap heran kearah seorang laki - laki bertubuh kurus dengan rambut pirang yang mendadak duduk di samping suaminya. 

"Siapa kau?" tanya Bangchan. 

"Perkenalkan namaku Hwang Hyunjin...." Hyunjin mengulurkan tangannya pada Bangchan, "Kekasih Jeongin."

"Jangan dengarkan dia hyung..." Jeongin mencengkeram lengan Hyunjin dan berniat membawanya pergi dari hadapan Bangchan yang masih terlihat terkejut. 

"Tidak... aku mau mendengarkan dia," kata Bangchan sembari menatap  tajam pada Jeongin, "Lepaskan peganganmu dari tangannya dan jelaskan semuanya."

Hyunjin tertawa lirih, "Ini menyenangkan sekali... aku pikir kau akan marah, mengamuk dan memaki - makiku dengan semua kata - kata kotor."

"Aku sadar jika perselingkuhan terjadi maka itu salah semua pihak. Salahmu yang menggoda suamiku. Salah suamiku yang tidak tahan iman dan godaan. Salahku yang tidak bisa menjaga rumah tanggaku," kata Bangchan. 

Jeongin menatap bersalah kearah Bangchan, dan sialnya disaat - saat seperti ini dia tidak bisa berbuat apapun. Ia benar - benar seperti orang bodoh yang hanya duduk diam mendengarkan Hyunjin menjelaskan semuanya pada Bangchan. 

@@@@@

Jeongin menatap kearah belakang, menatap pada rumah bertingkat 3 yang pada akhirnya harus ia tinggalkan. 

"Kau kan selingkuh dengan mahluk ini setelah menikah denganku, jadi ya kau lebih mencintai Hyunjin daripada aku," kata Bangchan, "Jadi sana pergi nikahi Hyunjin dan ceraikan aku."

"Tidak hyung... aku mencintaimu... meski aku bersama dengan Hyunj.."

"Aku mungkin salah sampai akhirnya kau selingkuh, tapi... aku tidak mau bersama denganmu lagi," Bangchan membalikkan badan, meninggalkan Jeongin yang akhirnya tidak mampu berkata apa - apa. 

"Kau sepertinya sedih sekali meninggalkan mantan istrimu itu.."

Jeongin menatap kearah Hyunjin yang sudah menunggunya di depan sebuah mobil. 

"Aku tidak mungkin bisa menjadi pendampingmu kalau kau masih begitu mencintai Bangchan," Hyunjin melangkah mendekat pada Jeongin. 

"Aku memang akan selalu mencintai Bangchan hyung, dia memiliki tempat istimewa di hatiku," kata Jeongin. 

"Dan masih saja kau khianati, bagaimana aku yang tidak memiliki tempat istimewa di hatimu ya," ucap Hyunjin yang kemudian menghela nafas panjang, "Sudahlah... selamat tinggal."

Jeongin tidak berkata apapun menatap pada Hyunjin yang melangkah pergi dari hadapannya. Setelah kepergian Bangchan sebagai orang yang paling dia sayangi dan dia cintai, semua kehilangan dan kepergian tidak lagi terasa begitu menyedihkan. 

Jeongin sekali lagi menatap kearah rumah yang ia bangun bersama dengan Bangchan. Dibangun diatas harapan dan mimpi - mimpi indah mengenai rumah tangga yang mereka kira akan langgeng. 

Semua salah Jeongin dan Jeongin harus rela melepaskan semua mimpi indah itu. 

Kaki Jeongin melangkah, semakin menjauh dari rumah dan juga meninggalkan seseorang yang ia ikat janjinya di altar pernikahan. 

Yaoi Oneshoot Series - Book 4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang