Jika ada rasa sakit yang bertubi - tubi itu adalah rasa yang saat ini dirasakan oleh Jongin. Rasa sakit yang sama seperti sebulan lalu. Rasa sakit seperti dua bulan lalu. Rasa sakit yang sama seperti tiga bulan lalu. Jongin berusaha bertahan dan tidka tahu hingga kapan dia akan mampu bertahan.
"Aku tidak bisa... sudah kukatakan berkali - kali padamu Jongin... aku tidak bisa jika harus menceraikan istriku Yeri dan menikah denganmu... tidak bisa..."
Lagi, kekasih Jongin - Oh Sehun - mengucapkan hal yang sama. Berulang - ulang dan tetap dengan rasa sakit yang sama. Rasa sakit yang mampu membuat Jongin merasakan sesak di dada dan terdiam membeku seperti orang bodoh. Jongin memang seharusnya tidak berharap tetapi...
"Kau yang berjanji akan menikahiku," ucap Jongin lirih.
"Memangnya tidak cukup apa yang aku berikan padamu?" tanya Sehun dengan nada mulai meninggi.
"Jangan angkuh Oh Sehun... aku sudah memiliki banyak harta ketika kau datang menawarkan cinta. Aku tidak meminta emas, berlian padamu sama sekali. Kau yang datang dan menyodorkan segalanya padaku.. menyodorkan cinta yang aku pikir akan abadi tapi nyatanya sama fananya dengan semua emas berlian yang kau berikan padaku..."
Sepertinya malam ini Jongin tidak akan menahan semuanya. Sepertinya malam ini adalah titik batas dari kata 'bertahan' yang selama ini Jongin pegang.
"Dan bodohnya... bodohnya kau Oh Sehun... kau juga tidak mau melepasku... kau manusia egois..."
Jongin memincingkan mata menatap pada Sehun yang bersimpuh dihadapannya.
"Aku memang bodoh tapi itu karena aku mencintai Kim Jongin... aku sangat - sangat mencintaimu..." ucap Sehun yang kali ini dengan nada memelas.
"Buktikan dengan ceraikan Yeri..."
"Bagaimana dengan anakku? Aku sanggup berpisah dari Yeri tapi aku tidak sanggup dibenci oleh anak - anakku sendiri..."
Jongin menghela nafas panjang dan menghembuskannya kesal, "Kalau begitu bersiaplah aku benci."
Jongin bangkit berdiri untuk melangkah pergi, tetapi Sehun memeluk erat pada kakinya. Laki - laki tampan dengan segala kesempurnaan ditubuhnya ini bahkan mencium ujung kaki Jongin.
"Tidak... jangan tinggalkan aku Jongin... aku tidak bisa hidup tanpamu..."
"Tapi aku bisa hidup tanpamu. Aku bisa hidup tanpa laki - laki pengecut yang tidak bisa berdiri di satu hati saja..." kata Jongin.
Sehun bangkit berdiri, tangannya memegang pada bahu Jongin seakan memastikan jika Jongin tidak boleh pergi dari hadapannya, "Berikan aku waktu... memutuskan untuk bercerai atau tidak itu bukan perkara yang mudah. Aku mohon berikan aku waktu..."
"Satu minggu."
"Tap.."
"Satu minggu atau tidak sama sekali..." Jongin melepaskan pegangan Sehun dan kali ini benar - benar melangkah pergi dari hadapan kekasih yang sudah menjadi miliknya selama 10 tahun ini.
Jongin terus tersenyum dengan mata menatap lurus kearah Yeri yang duduk dihadapannya dengan Sehun yang terlihat beberapa kali kikuk. Jongin menunggu jawaban selama satu minggu dan Sehun tidak muncul meski waktu telah berlalu 3 bulan dan ternyata ini jawabannya.
"Bagaimana anakku dok?? Apakah sehat?" tanya Yeri dengan antusias tinggi.
"Sangat sehat," balas Jongin, "Bibit unggul yang mendapat tempat sesuai. Coba kalau masuk ke tubuhku, tidak akan jadi seorang anak... iya kan Tuan Oh Sehun."
Tentu saja Sehun tidak bisa menjawab atau sekedar merespon singkat.
"Dokter bisa saja bercandanya..." Yeri yang sok akrab dan membuat Jongin nyaris kehilangan senyum 'aktingnya', malah menggenggam tangan Jongin dengan lembut, "Dokter kan masih muda, tampan juga... pasti akan ada laki - laki yang tulus mencintai dokter."
Jongin tersenyum semakin lebar, "Semoga saja ya..."
Jongin menarik nafas dan menghembuskannya perlahan. Matanya menatap penuh rasa kesedihan, kekecewaan pada box bayi yang baru saja lahir. Anak ke - 3 Sehun dan Yeri. Seorang anak perempuan, berparas manis seperti ibunya.
"Maafkan aku Jongin..."
Jongin tidak perlu menolehkan kepala, dia sudah sangat hapal suara siapa yang terdengar. Selama 10 tahun dia mendengar suara ini dalam berbagai jarak dan bahkan tanpa jarak. Jongin tersenyum lebar meski dengan rasa sakit yang masih sama. Seperti sebulan lalu, seperti tiga bulan lalu dan bahkan seperti 10 tahun lalu.
"Orang - orang sering berkata jika ada dua takdir Tuhan yang tidak bisa diubah... kematian dan kelahiran," ucap Jongin, "Tapi bagiku ada tiga..."
Jongin membalikkan badan dan menatap pada Sehun, masih dengan senyuman lebar.
"Cinta... seberapa kerasnya aku menolak rasa cinta yang jatuh padamu ternyata tetap tidak bisa. Aku terus dan terus mencintaimu meski tahu tidak akan bisa memilikimu seutuhnya dan sepenuhnya..."
"Mungkin di kehidupan berikut...."
"Tidak..." Jongin dengan cepat memotong ucapan Sehun, "Jangan berani - berani Oh Sehun. Di kehidupan ini saja kau sudah merusak hatiku. Menghancurkan hidupku... tidak berhasil menepati janjimu... jangan berani - berani berjanji untuk kehidupan berikutnya..."
Jongin melangkahkan kakinya mendekat pada Sehun.
"Di kehidupan berikutnya... jika kita ditakdirkan untuk bertemu. Kita cukup menjadi teman saja... tidak dengan perasaan cinta menyakitkan ini..."
Jongin menarik nafas begitu dalam. Perasaan sakit yang perlahan menghilang seiring dengan tetes airmatanya mungkin adalah pertanda baik jika dia akan segera bisa melupakan perasaannya pada Sehun.
Jongin hanya perlu untuk terus melangkah.
Melanjutkan hidup tanpa kekasihnya.
Melanjutkan hidup tanpa cintanya untuk Oh Sehun.
Melanjutkan hidup untuk mencari tempat berlabuh yang lain dan berharap bisa berlayar bersama. Bukan sekedar janji menyesakkan dada.
Jongin melangkahkan kaki pergi, diiringi suara tangisan yang terdengar dari box anak ketiga Oh Sehun dan Kim Yeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yaoi Oneshoot Series - Book 4
FanficBOYSLOVE!!!! GAY STORY!!! DONT LIKE DONT READ COUPLE ANEH YANG MEMBAWA KEBAHAGIAAN UPLOAD 3 HARI SEKALI, KECUALI BANYAK YANG KOMENTAR, BISA SEHARI UPLOAD 2 ATAU LANGSUNG 3 WAKAKAKAK