Suasana lapangan basket di lokasi gedung apartemen mewah di Gangnam selalu saja ramai ketika sore hari seperti ini. Tentu saja tidak semuanya bermain basket, ada beberapa anak perempuan remaja yang hanya duduk dipinggir lapangan sembari menjerit - jerit tidak jelas melihat para anak laki - laki bermain basket. Dan selalu ada sosok yang muncul dengan sok tampan dan sok ganteng, seperti Sungchan yang tidak ragu untuk melambaikan tangan pada para anak perempuan yang menjerit - jerit histeris itu. Sudah tahu kan sekarang siapa pelaku yangmembuat para anak perempuan itu menjerit - jerit tidak karuan.
Sungchan masih asyik dadah - dadah ganteng ketika tiba - tiba saja ia terhantam bola basket dengan cukup keras.
Kepala Sungchan menoleh, menatap garang kearah Jisung yang tanpa bersalah mengambil bola basket yang baru saja dipakai untuk menghantamnya. Sungchan melangkah cepat, menarik kerah baju Jisung dengan mata melotot.
"Heh... ngapain kau melemparku dengan bola?" tanya Sungchan.
"Mau dilempar pake apa memangnya?" Jisung balik bertanya, "Pisau??"
Sungchan tidak menyangka jika akan ada yang berani melawannya seperti ini. Sepertinya mahluk sipit jelek dihadapannya ini tidak tahu jika dia adalah pemilik penthouse paling mewah di gedung apartemen paling mewah.
"Kau menantangku ya..." kata Sungchan.
"Tidak, aku hanya mau bermain basket," balas Jisung.
"Terus ngapain melemparku?" tanya Sungchan lagi.
"Ya kau ada ditengah lapangan dadah - dadah enggak jelas kayak orang - orangan sawah," Jisung melepaskan pegangan Sungchan dengan kesal.
"Kan bukan salahku kalau aku lahir dengan wajah tampan sehingga membuat para gadis itu menjerit - jerit," kata Sungchan yang lagi - lagi menyombongkan diri.
"Tampan?? ciiih..." Jisung tanpa ragu meludah disamping Sungchan, "Wajah kayak kodok bilang ganteng."
"Kodok!!!" Sungchan meradang marah, "Wajahmu malah seperti babi!!"
"Mana ada babi kurus!! goblok!!!" teriak Jisung yang ikut ngegas.
Perdamaian sudah tidak mungkin lagi jika seperti ini, Sungchan dan Jisung sudah melayangkan pukulan mereka, sampai akhirnya teman - teman mereka datang untuk memisahkan.
@@@@@
Sungchan masih merintih kesakitan meski baku hantamnya dengan Jisung terjadi kemarin sore. Sial memang bagi Sungchan, dia tidak mengira sama sekali jika Jisung yang bertubuh mungil bisa melayangkan pukulan yang cukup keras. Dan lebih sialnya lagi, ayahnya malah menyuruhnya untuk meminta maaf pada Jisung. Proses negosiasi yang agak sulit untuk Sungchan hingga akhirnya dia mau melangkahkan kaki menuju unit apartemen milik keluarga Jisung yang ternyata ada didepan unit penthousenya. Sama - sama anak orang kaya ternyata, jadi Sungchan tidak bisa menyombongkan diri.
Sungchan menghela nafas panjang, dia membalikkan badan dan mau pergi kabur, gampanglah nanti membohongi ayahnya dengan berkata jika dia sudah meminta maaf.. tapi.. ternyata ayahnya berdiri didepan unit penthouse keluarganya dan mendelik tajam kearah Sungchan. Dengan terpaksa, Sungchan membalikkan badannya kembali dan menekan bel pintu penthouse keluarga Jisung.
Sungchan menunggu dengan jantung berdebar - debar, sesekali ia melirik kearah ayahnya yang masih saja ada didepan pintu. Senyuman Sungchan dengan segera tercipta ketika pintu terbuka walaupun langsung menghilang karena terkejut dengan sosok Jisung yang ada dihadapannya.
"Mau apa kau???" Jisung langsung saja menjambak rambut Sungchan.
"Ya!!! Ya!!! Sakit!!!" Sungchan berusaha melepaskan jambakan dari Jisung, beruntung sekali ayah Jisung datang dan membuat Jisung melepaskan jambakannya.
"Jangan kasar begitu Jisung," kata ayah Jisung.
"Sebel aku lihat wajahnya yang sok ganteng!!" kesal Jisung.
"Padahal aku kesini mau minta maaf dan berdamai lho," kata Sungchan.
Jisung melipat tangannya dengan dengusan kesal.
"Sudah sana jalan berdua biar berdamai..." ayah Jisung memberikan beberapa lembar uang.
Dengan cepat Jisung menerima uang dari ayahnya, "Okey... Bisa di bicarakan."
Sungchan rasanya ingin menendang Jisung yang sudah melangkah lebih dulu.
"Sabar ya menghadapi Jisung.... memang seperti itu..."
Sabar sih sabar tapi Sungchan lama - lama tidak sabar juga karena kelakuan Jisung yang benar - benar membuatnya kesal.
Sungchan dan Jisung duduk dipinggir sungai Han sembari memakan corndog mereka. Tidak ada pembicaraan yang terjadi meski mereka sudah duduk bersama lebih dari 20 menit. Tapi kadang - kadang Sungchan menolehkan kepala menatap pada Jisung yang makan dengan belepotan. Tangan Sungchan bergerak dengan sendirinya, mengusap ujung bibir Jisung hingga akhirnya Jisung menolehkan kepala dan keduanya saling bertatapan.
Jisung seharusnya merasa kesal kan pada Sungchan yang megang - megang wajahnya yang imut ini dengan sembarangan tapi dilihat sedekat ini wajah Sungchan tampan juga makanya para anak perempuan itu berteriak - teriak histeris.
"Kau belepotan sekali makannya, seperti anak - anak saja," kata Sungchan.
"Kau sendiri ngapain sok perhatian... aku masih kesal ya," balas Jisung dengan dengusan kesal.
"Sudahlah jangan marah - marah mulu nanti cepat tua," kata Sungchan.
"Masih umur 17 tahun masa iya sudah tua saja," omel Jisung.
"Makanya jangan marah - marah. Nanti umur 17 tapi kelihatannya 48 tahun, kan ngeri..." kata Sungchan yang geli dengan ucapannya sendiri dan akhirnya tertawa cukup keras.
"Ya!!! Jangan ketawa!!!" bentak Jisung.
"Astaga ya Tuhan... galaknya.... cium nih lama - lama kalau masih galak saja," ancam Sungchan.
"Gak akan berani juga kan cium aku..."
"Berani..." balas Sungchan.
Jisung kembali menatap kearah Sungchan sampai kemudian ia merasa cukup berbahaya karena melihat senyuman lebar di wajah Sungchan. Jisung segera bangkit berdiri karena benar - benar merasa bahaya tapi Sungchan segera ikut bangkit berdiri. Jisung memundurkan tubuhnya.
"Jangan macam - macam kau ya..." Jisung terus memundurkan tubuhnya.
"Aku benar - benar akan menciummu..." dengan gerakan cepat Sungchan memeluk tubuh kurus Jisung.
"Lepaskan!!!! Lepaskan aku!!!!" Jisung menggeliatkan tubuhnya dengan gugup, berharap Sungchan segera melepaskan pelukannya tapi malah semakin erat saja.
"Tidak akan aku lepaskan... maafkan aku dulu. Kita berdamai dulu..."
Jisung berhenti berteriak - teriak, kepalanya menoleh menatap kearah Sungchan yang begitu dekat dengannya. Makin tampan saja kalau di jarak sedekat ini.
"Jadi berdamai enggak ini?" tanya Sungchan.
"Aku dapat apa kalau berdamai denganmu?" Jisung balik bertanya.
Sungchan memikirkan jawaban untuk Jisung tanpa melepaskan pelukannya. Ia tersenyum lebar menatap pada Jisung dan dengan semena - mena Sungchan mencium kilat pada bibir Jisung.
"Mendapatkan cintaku..."
Jisung mendorong keras tubuh Sungchan sampai akhirnya terlepas pelukannya dan jatuh tersungkur dengan sangat sukses. Jisung berkacak pinggang kesal kearah Sungchan yang duduk diatas rumput menatap kearahnya.
"Marah lagi aku cium nih..." ancaman Sungchan kembali meluncur.
"Enggak!!!! No!!!!" Jisung berlari menjauh dari Sungchan.
Sungchan segera bangkit berdiri dan menyusul Jisung ternyata menyenangkan juga menggoda Jisung seperti ini. Apalagi ditambah dengan debar - debar aneh tapi menyenangkan, sepertinya Sungchan mulai jatuh cinta pada Jisung dan dia akan benar - benar mengejar Jisung sampai mendapatkannya.
Sungchan akan mulai mengejar cinta Jisung dan bersumpah mengubah Jisung yang tadinya membencinya menjadi jatuh cinta padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yaoi Oneshoot Series - Book 4
FanficBOYSLOVE!!!! GAY STORY!!! DONT LIKE DONT READ COUPLE ANEH YANG MEMBAWA KEBAHAGIAAN UPLOAD 3 HARI SEKALI, KECUALI BANYAK YANG KOMENTAR, BISA SEHARI UPLOAD 2 ATAU LANGSUNG 3 WAKAKAKAK