135. (Jeno X Jaemin NCT)

508 19 7
                                    

"Jeno sayang.... ayo cari alien..."

Jeno terdiam, menatap pada kekasihnya - Jisung yang tiba - tiba datang dengan pemikiran uniknya.

"Mana ada alien," celetuk Jaemin yang muncul sambil membawa nampan berisi minuman dan camilan.

"Ada... ayo coba kita cari untuk membuktikan," kata Jisung yang duduk disebelah Jeno dan mulai menggelendot manja.

Jaemin melanjutkan makannya sambil masih beberapa kali mencibir pada Jisung. Ia memang selalu memilih untuk memperlihatkan rasa tidak sukanya pada sosok aneh yang dipacari oleh Jeno ini. Sebagai sahabat Jaemin sudah berulang kali mengatakan jika Jisung terlalu aneh untuk dipacari, tetapi Jeno lagi - lagi menolak semua analisisnya dan membuatnya harus melihat adegan roamntis yang membuatnya muak.

"Ayo pergi hyung, nanti keburu main filmnya," ucap Jisung.

Kepala Jaemin dengan cepat menatap kearah Jeno, "Eeeh tunggu."

Tangan Jaemin menahan dengan cepat pada tangan Jeno yang sudah mau pergi dari hadapannya.

"Jangan ikut hyung, kami mau kencan," ucap Jisung dengan tatapan yang benar - benar sengaja mengejek Jaemin.

"Jen.. kau sudah janji mau mengantarku membeli alat melukis sejak minggu kemarin lho," kata Jaemin.

"Maaf ya.. hari ini pemutaran perdana film kesukaannya Jisung. Lain kali lagi aku antar beli alat melukisnya ya," kata Jeno yang melepaskan pegangan tangan Jaemin.

"Mau kapan?" tanya Jaemin dengan nada yang mulai meninggi, "Janjimu itu sudah sejak sebulan yang lalu.. tapi kau membatalkannya begitu saja hanya karena pacarmu ini."

"Kan bisa beli sendiri, kenapa manja sekali sama pacar orang," sahut Jisung, "Jangan - jangan kau suka sama Jeno hyung ya."

"Jisung jangan bicara begitu. Jaemin itu sahabatku sejak lama jadi dia tidak mungkin mencintaiku," Jeno menatap pada Jaemin yang memalingkan muka darinya. Ada yang aneh, ditolak oleh Jaemin seperti ini, rasanya sangat menyakitkan.

"Aku memang bisa beli sendiri.. tapi janji yang dilanggar terus menerus membuatku benci pada sahabatku sendiri," Jaemin bangkit berdiri, ia menatap tajam kearah Jeno, "Silahkan ditonton filmnya... dan jangan pernah ganggu hidupku lagi."

"Jaemin..." Jeno yang menyadari jika dia telah melakukan kesalahan, segera mengejar Jaemin yang keluar dari gudang yang ada dibelakang sekolah. Tempat persembunyian mereka berdua yang bahkan kini sudah bukan milik mereka berdua lagi.

Jaemin sebenarnya malas dengan pertengkaran seperti ini, tapi ia tetap berhenti dan ingin mendengar apa penjelasan atau mungkin mendengar pembelaan.

"Jangan seperti ini, kita kan sudah bersahabat lama masa hanya gara - ga.."

"Yang membuat gara - gara siapa?" tanya Jaemin, "Kau kan... kalau memang aku sudah tidak seberharga itu untukmu, tinggalkan saja aku, tidak usah pedulikan aku dan pedulikan saja Jisung - mu itu. Dari awal kan aku juga sudah bilang kalau bocah itu..."

"Apa?" Jisung mendadak muncul dan langsung berdiri di depan Jaemin dengan mata melotot, "Kau mau bilang apa tentangku?"

"Jisung sudah..." Jeno menahan Jisung agar tidak maju semakin dekat pada Jaemin.

"Mengaku saja kau memang mencintai Jeno hyung kan makanya kau bersikap seperti ini," Jisung mendorong pada bahu Jaemin.

Jaemin yang sudah mau maju membalas dorongan dari Jisung terhalang tubuh Jeno yang menghadap padanya dan menggelengkan kepala. Jaemin menarik nafas dalam - dalam dan menghembuskannya kesal. Ia membalikkan badan dan melangkah pergi. Jaemin melangkah pergi dengan begitu cepat, ia kemudian berlari, berharap luka di hatinya juga menghilang dengan langkah larinya yang semakin cepat. Tetapi... semakin jauh ia berlari yang ada hatinya semakin sakit dan nafasnya semakin sesak. Jaemin berhenti di depan gerbang sekolahnya, berusaha menahan apapun yang membuatnya sakit dan memaksanya untuk meneteskan airmata. Jaemin benci keadaan ini... Jaemin benci. Ia memang mencintai Jeno, sejak dulu. Jaemin menyadari jika Jeno takkan pernah bisa ia dapatkan dan takkan pernah mencintainya, karena itu ia memilih untuk bersahabat dengan Jeno. Walau tidak bisa bersama sebagai kekasih, Jaemin sudah sangat bahagia bisa bersama dengan Jeno sebagai sahabat. Memiliki tempat rahasia berdua. Memiliki waktu berdua. Hingga semuanya mulai menjadi kacau karena kemunculan Jisung. Park Jisung brengsek yang membuat kacau hidupnya.

"Aku bisa membantumu..."
Jaemin mendonggakkan kepala, menatap pada sesosok laki - laki berambut merah dengan senyuman lebar yang begitu mencurigakan.

"Aku bisa membantumu mendapatkan Lee Jeno. Aku bisa membantumu menyingkirkan Park Jisung. Apapun yang kau inginkan.. aku bisa membantumu.."

Jaemin semakin merasa aneh pada sosok dihadapannya ini, karena seharusnya masalah ini tidak ada yang tahu selain dirinya.

@@@@@
Jaemin menatap pada surat kontrak yang ada di hadapannya. Apakah sepadan?? Ia memang akan mendapatkan Jeno, tapi apa yang diberikannya pada sosok bernama Moon Taeil ini terlalu besar. Ia bahkan tidak yakin jika Taeil adalah manusia, dari apa yang menjadi permintaan. Dan dari pengetahuan Taeil yang terlalu mengetahui banyak hal.

"Kalau ragu, tidak usah dilanjutkan tidak apa - apa," kata Taeil yang menarik surat kontrak dari depan tangan Jaemin.

"Tidak... tunggu..." Jaemin menahan tangan Taeil, "Aku mau... akan aku ambil."

Jika Jaemin beberapa kali menganggap Jeno bodoh karena terlalu mencintai Jisung, ternyata dia juga sama saja. Mengorbankan hal sebesar ini hanya untuk bisa bersama dengan Jeno. Tapi... Jaemin kembali menatap pada surat kontrak yang ada dihadapannya. Sepadan. Apa yang ia dapatkan dan apa yang ia korbankan, sepadan.

@@@@@

Jaemin bermain game PC dengan perasaan tidak tenang. Sudah lewat dari 3 hari dan tidak ada perkembangan apapun dari Taeil. Ia juga tidak bisa menghubungi laki - laki berambut merah itu sama sekali. Jangan - jangan dia ditipu. Tapi... Taeil tidak mendapatkan keuntungan apapun dari penipuan kali ini. Lalu apa?? Apa yang sebenarnya tengah terjadi ini?
Jaemin menolehkan kepala, menatap pada pintu kamarnya yang diketuk dari luar.

"Jaemin..."

Suara ibunya - Eunhyuk.

"Ada Jeno mencarimu nak, ibu suruh masuk ya.."

"Iya eomma..." Jaemin bangkit dari tempat duduknya, ia melangkah menuju pintu kamarnya dan begitu ia buka pintu kamar, sosok Jeno yang sudah beberapa hari sengaja tidak ia temui ada di hadapannya dengan wajah yang memperlihatkan semburat kesedihan.

Jaemin belum berkata apapun ketika kemudian Jeno melangkahkan kaki dan memeluk tubuhnya dengan cukup erat. Jaemin heran dan tentu penasaran apa yang sebenarnya terjadi. Telinga Jaemin mendengar suara isak tangis Jeno, sepertinya memang ada masalah besar yang terjadi. Jaemin menggerakkan tangan mengelus lembut pada punggung Jeno. Senyuman Jaemin tercipta begitu lebar. Ia menang. Ucapan si orang aneh bernama Taeil terbukti.

@@@@@

Jaemin tengah mendengarkan keluh kesah dari Jeno mengenai Jisung. Ia dengarkan dengan baik, tidak menyalahkan atau menyudutkan Jeno. Semua keluh kesah yang dikeluarkan oleh Jeno, Jaemin dengarkan dengan baik. Sampai kemudian cerita Jeno selesai dan membuat Jaemin mengulurkan tangan mengenggam lembut pada tangan Jeno.

"Tenangkan dirimu dulu...aku akan menemanimu," kata Jaemin, "Aku ambilkan minum lagi ya."

Ketika Jaemin beranjak dari duduknya, ia dikagetkan dengan tangan Jeno yang mendadak memeluk erat pada tubuh Jaemin.

"Jangan tinggalkan aku... tetap disini bersamaku," kata Jeno.

Jaemin kembaki tersenyum, tangannya mengelus lembut pada rambut Jeno. Kepalanya kemudian mendongak, ia cukup terkejut ketika melihat Taeil mendadak muncul di dalam kamarnya, beruntung ia masih bisa mengendalikan keterkejutannya. Jaemin melihat Taeil menunjuk pada cermin yang tepat di hadapannya. Dan dari pantulan cermin ia bisa melihat diatas kepalanya terdapat hitungan mundur yang masih sekitar 50 tahun lagi. Hitungan mundur yang menandakan jika Jaemin masih memiliki kesempatan hidup hingga 50 tahun mendatang. Dan hitungan diatas kepalanya itu mendadak berubah, terpotong separo menjadi 25 tahun lagi. Jaemin tersenyum, ia balas memeluk tubuh Jeno.

Sepadan. Ya... apa yang Jaemin korbankan sudah sangat sepadan.

THE END

Bagus nih ide iblis yang memberikan penawaran untuk mewujudkan keinginan manusia dengan bayaran setengah nyawa nya... tapi iblis seharusnya gak bisa punya kuasa seperti itu ya....

#merenung-sama-taeil
#peluk-taeil

Yaoi Oneshoot Series - Book 4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang