Dua bola mata cokelat muda milik Hwang Inyeop menatap lurus kearah Sungai Han yang terlihat begitu tenang di malam hari. Dari atas jembatan seperti ini, Sungai Han terlihat benar - benar tenang. Terlihat seakan -akan sungai paling besar di negaranya ini siap untuk merengkuh tubuh Inyeop dan menelannya dalam kehangatan atau mungkim kedimginan abadi.
Inyeop mendekat pada batas jembatan, tangannya memegangi pagar jembatan. Matanya benar - benar lurus mengamati pada Sungai Han dan seakan semuanya menghitam, Inyeop naik pada jembatan.
"Ya!!!!!! Hentikan!!!"
Suara teriakan yang terdengar begitu keras, dengan cepat membuat Inyeop menolehkan kepala, menatap pada seorang laki - laki muda berbibir tebal yang berlari menuju padanya dan langsung saja menarik tubuh Inyeop hingga menjauh dari pagar jembatan.
"Jangan berpikiran yang bukan - bukan... hidup memang sulit tapi pasti akan bisa dilewati... jangan berfikir untuk mati, pikirkan keluargamu pasti akan sedih..." oceh si laki - laki yang lebih muda.
"Aku sebatang kara," kata Inyeop, "Sejak lahir di panti asuhan. Tidak tahu siapa orangtuaku."
"Kalau begitu, pikirkan teman - temanmu... mereka pasti akan sedih kan..."
"Aku tidak punya teman," kata Inyeop, "Bahkan di tempat kerja aku suka menyendiri."
Inyeop menatap pada laki - laki muda yang masih menatap kearahnya dan bahkan menahan tubuhnya agar tidak pergi dan mungkin takut jika dia akan melompat lagi. Si laki - laki muda sepertinya sedang berusaha mencari jawaban.
"Kalau begitu aku yang akan menjadi keluargamu, sahabatmu, temanmu, saudaramu," kata si laki - laki muda, "Jadi kalau kau melompat... aku akan sedih."
Inyeop terdiam beberapa saat, sampai kemudian ia tersenyum dan tertawa dengan cukup keras. Inyeop berhenti tertawa dan menatap pada si laki - laki muda yang menatap kebingungan padanya.
"Terima kasih..." ucap Inyeop, "Siapa namamu?"
Si laki - laki muda tersenyum lebar, "Songkang... namaku Songkang."
Inyeop kembali tersenyum, menatap pada tangan Songkang yang terjulur padanya. Inyeop menerima uluran tangan dari Songkang dan ternyata tidak perlu jatuh pada pelukan Sungai Han, ia sudah menemukan kehangatan yang ia cari.
@@@@@
Beberapa hari berlalu semenjak pertemuan Songkang dengan seorang laki - laki yang ternyata lebih tua darinya 4 tahun. Semenjak malam itu, Songkang terus menerus menghubungi dan tidak membiarkan dia kehilangan kontak dengan Inyeop. Tapi siang ini, Songkang tidak bisa menghubungi Inyeop, tidak bisa tahu kondisi Inyeop dan dia mulai khawatir.
Dengan keyakinan penuh dan bermodalkan internet, Songkang mendatangi sebuah perusahaan yang di perkirakan adalah tempat kerja Inyeop. Seharusnya sudah masuk jam makan siang, jadi jika Songkang menemukan Inyeop, dia bisa langsung mengajak Inyeop makan siang.
Songkang masuk begitu saja ke dalam kantor yang tidak seberapa besar ini dan ternyata memang Tuhan mempertemukannya dengan Inyeop. Tangan Songkang sudah naik keatas untuk menyapa Inyeop ketika ia malah terdiam karena melihat sesuatu.
"Jangan lupa nanti malam ikut karaoke ya Inyeop..." ucap seorang laki - laki paruh baya yang sepertinya adalah atasan Inyeop.
Songkang menurunkan tangannya, matanya terbelalak lebar melihat si laki - laki paruh baya yang meremas begitu saja pada bongkahan pantat Inyeop. Langkah kaki Songkang melangkah dengan cepat menuju Inyeop, dengan sekali hentakan tangan, Songkang menarik tangan Inyeop hingga kebelakang tubuhnya. Songkang melihat ekspresi si laki - laki paruh baya yang terlihat terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yaoi Oneshoot Series - Book 4
FanfictionBOYSLOVE!!!! GAY STORY!!! DONT LIKE DONT READ COUPLE ANEH YANG MEMBAWA KEBAHAGIAAN UPLOAD 3 HARI SEKALI, KECUALI BANYAK YANG KOMENTAR, BISA SEHARI UPLOAD 2 ATAU LANGSUNG 3 WAKAKAKAK