53.Kwetiaw-(Chenle X Renjun NCT)

724 25 20
                                    

Dimaklum aja kalau judulnya aneh - aneh.... ingat, aku udah nulis ratusan judul jadi pusing bikin judul yg sudahterlalu beragam.

Mata sipit Chenle terus mengarah pada satu sosok yang sedari tadi duduk di bawah pohon, di kotak bak pasir yang ada di TK Harapan Cabang China ini. Ia melangkahkan kaki, mendekat pada sosok yang ternyata sedang bermain pasir, membuat bentuk - bentuk aneh. Chenle yang berdiri tegak sembari berkacak pinggang ditambah wajah songongnya menatap tajam kearah si anak laki - laki yang ia perhatikan. 

"Ngapain sih jelek?" tanya si anak laki - laki yang merasa risih karena diperhatikan. 

"Apa kau bilang??? Aku jelek!!!" Chenle yang emosian - mungkin keturunan emaknya - langsung saja menerjang anak laki - laki dihadapannya dan menjambak rambutnya. 

Langsung saja perkelahian terjadi, si anak laki - laki bernama Renjun itu balas menendang, mengigit, menjambak pada Chenle. 

Pertempuran yang sengit di TK Harapan Cabang China karena memperebutkan bak pasir. 

@@@@@

"Ayo berbaikan Chenle, Renjun..." rayu sang guru TK dengan senyuman lebar. 

"Cih... enggak sudi," ucap Chenle yang langsung mendapat cubitan gemas dari ibunya. Chenle menatap kearah sang ibu dengan mata berlinang airmata. 

"Tidak.. tidak akan mempang Chenle, mama tahu kau yang salah duluan jadi minta maaf pada Renjun," ucap Hyunbin dengan sangat tegas pada anak pertamanya ini. 

Chenle menatap pada Renjun yang duduk di kursi kecil berwarna merah, ia mendengus kesal dan mendekat pada Renjun, menyodorkan tangan pada temannya itu, "Maaf."

Renjun menatap kearah Chenle dan akhirnya mau menerima uluran tangan dari Chenle. 

@@@@@

Bertahun - tahun berlalu semenjak perkelahian paling epic dalam sejarah TK Harapan Cabang China, kini Chenle telah menginjak usia 17 tahun dan tanpa di duga nasibnya masih saja terus bersama dengan Renjun. Di dataran China yang begini luas, ternyata Chenle dan Renjun terus menerus bersama satu kelas. Beruntung mereka sudah tidak bertengkar seperti masa - masa TK dulu. Ya, untuk saat ini dan mungkin selamanya tidka mungkin rasanya bagi Chenle berkelahi dan melukai Renjun. 

"Renjun... aku datang!!!" teriak Chenle dengan semena - mena, memasuki sebuah rumah makan sederhana yang menyediakan berbagai masakan khas China. 

"Berisik, ngapain sih teriak - teriak," Renjun keluar dari dapur sembari mendengus kesal. 

"Aku lapar, jadi aku mau pesan makanan. Hmmm... apa ya hari ini, okey.... hmmm.... kwetiaw pedes manis ditambah ayam dan udang," Chenle tersenyum kearah Renjun, "Dan jangan lupa es teh."

"Baik tuan muda Chenle..."

Chenle mengamati Renjun yang melangkah kembali menuju dapur, memberikan pesanannya pada ibu Renjun yang memang menjadi koki di warung makan ini. Chenle menatap ke sekeliling, lagi - lagi hanya dia saja yang makan disini, padahal rasanya enak. 

Setelah menunggu tidak begitu lama, akhirnya pesanan Chenle datang. Tanpa ragu - ragu dan malu - malu, Chenle langsung melahap kwetiaw pesananya ini sementara Renjun duduk dihadapannya sembari menompang dagu dengan dua tangan. 

"Ada apa?" tanya Chenle di sela - sela makannya, "Aku ganteng ya...aku tahu.."

"Bukan, kau ini kenapa masih makan disini?" Renjun menatap sekeliling, "Seharian ini hanya kau yang makan disini."

"Karena enak," kata Chenle, "Masakan ibuku juga enak, tapi masakan ibumu tidak kalah enak, jadinya aku suka makan disini."

"Bukan karena kasihan padaku?" tanya Renjun. 

Chenle menatap pada Renjun dengan dahi sedikit mengkerut. 

"Seperti ketika kita SMP dulu, kau kasihan padaku dan membayarkan biaya piknik sekolahku. Lalu kau juga yang membayar kekurangan SPP ku secara diam - diam. Aku juga tahu kau yang diam - diam mengisi kartu makanku agar aku bisa tetap makan siang di kantin," kata Renjun. 

"Bukankah itu yang dilakukan teman, saling membantu," balas Chenle, "Kita sudah berteman sejak TK lho, masa aku tidak boleh membantumu."

"Aku malu, jika kau membantuku terus menerus. Teman - teman yang lain selalu menghinaku miskin dan pengemis," Renjun menundukkan kepalanya, dia sebenarnya tidak mau menceritakan hal ini pada Chenle. Dia juga menghargai dan sangat tertolong dengan semua bantuan yang diberikan Chenle padanya, tetapi mendengar hinaan - hinaan padanya, belum lagi ibu dan ayahnya juga dihina membuat Renjun sakit hati. Airmata Renjun nyaris menetes ketika ia merasakan dan melihat tangan Chenle memegangi lembut pada tanggannya. 

Kepala Renjun mendongak, menatap pada Chenle yang tersenyum padanya. 

"Sebutkan semua nama orang yang menghinaku, besok akan aku bereskan," kata Chenle dengan tegas. 

Renjun langsung mengurungkan niat untuk menangis, ia memang tidak berharap hal - hal romantis dari Chenle, tetapi ucapan Chenle barusan sangat mengerikan apalagi ketika ia mengingat jika orangtua Chenle adalah mafia. 

"Tidak kok... lupakan saja semuanya," kata Renjun. 

"Tidak bisa, aku harus melindungimu," balas Chenle. 

"Tidak perlu, aku malah yang jadi takut," Renjun menggelengkan kepala dengan cepat. 

"Apa salahnya ketika aku ingin melindungimu?" tanya Chenle. 

"Ya tidak salah sih.. ta.."

Semua ucapan Renjun benar - benar terhenti dengan cepat. Chenle sudah lebih dulu mencium bibirnya, membuat Renjun terkejut setengah hidup dan menyebalkannya Chenle kembali duduk dengan tenang dan melanjutkan makan. 

"Hmm... makin enak lho kwetiaw nya," kata Chenle. 

Renjun kembali menundukkan kepalanya, namun kali ini karena wajah memerahnya. Ia malu karena perlakuan Chenle yang tiba - tiba dan entah kenapa dia tidak jadi mempertanyakan semua sikap baik Chenle. 

Sembair meneruskan makannya, Chenle mencuri - curi pandang pada Renjun yang memang sangat manis. Sebenarnya, peristiwa di TK itu Chenle tertarik dan terpesona dengan wajah manis Renjun, tetapi karena ketika ia mendekat dikatain jelek jadilah dia tubruk saja Renjun demi menjaga harga dirinya. 

Kisah cinta yang dimulai dengan unik bukan, dan tenang saja Chenle akan berjuang untuk mendapatkan cinta Renjun. Kisah cintanya dengan Renjun baru dimulai dan untuk mengisi tenaga, sepertinya Chenle butuh kwetiaw lagi. 

THE END

Yaoi Oneshoot Series - Book 4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang