Tatap mata Chenle mengarah pada Yangyang dan Renjun. Ia terdiam karena terkejut mendengar ucapan dua teman dihadapannya ini.
"Karena itu, maafkan kami..." kata Yangyang, "Kami pikir dia bercanda, jadi kami iyakan saja."
"Ternyata datang beneran ke China..." sahut Renjun.
Chenle menghela nafas panjang, ia duduk menyandar dengan tangan terlipat didepan dadanya.
"Ayolah Chenle... Maafkan kami," kata Renjun, "Kami sudah terlanjur menerima uangnya. Kau juga nanti kami beri kok. Dan dia juga bilang kalau mau memberimu banyak uang kalau mau menemaninya."
"Akan aku temui dan akan aku jelaskan semuanya dengan sejelas - jelasnya," kata Chenle, "Kalau kalian sembarangan lagi menjual fotoku demi menggaet laki - laki, akan kulaporkan."
Chenle menatap kearah Yangyang dan Renjun yang terlihat sangat bersalah. Ia bangkit dari duduknya tanpa berkata apa - apa lagi, pergi meninggalkan dua temannya yang benar - benar membuat jengkel.
@@@@@
Jisung menolehkan kepala kearah kanan dan kiri begitu memasuki sebuah kafe bergaya Eropa modern yang ada di Beijing. Ia menyempatkan diri mengunjungi seorang laki - laki yang menarik perhatiannya hanya dari sebuah foto. Aneh memang dia jatuh cinta hanya dari foto, tapi... begitu ia melihat sosok aslinya dan memang begitu manis, Jisung yakin jika dia benar - benar jatuh cinta.
"Hai..." sapa Jisung dengan senyuman lebar.
"Hello... mau langsung ke hotel, ayo..."
Jisung menatap heran kearah Chenle yang langsung bangkit berdiri. Ia dengan cepat menahan tangan Chenle, "Tidak... tidak... duduklah dulu. Aku ingin mengobrol dulu denganmu. Lagipula di chat aku bilang ingin jalan - jalan seharian denganmu, bukan sex seharian."
Chenle mendengus kesal, ia duduk kembai didepan Jisung, "Yang membalas chatmu itu bukan aku."
"Heh??"
Jisung akhirnya terdiam mendengarkan cerita dari Chenle. Setelah cerita selesai, dia bingung hendak berkomentar apa.
"Jadi bagaimana??? mau lanjut jalan - jalan atau sudahan?" Chenle memang tidak ingin berbasa - basi.
Jisung menatap kearah Chenle, masa dia melewatkan kesempatan manis jalan - jalan dengan mahluk judes imut manis dihadapannya ini.
"Lanjut... kebetulan juga aku memang butuh teman jalan - jalan di Beijing," kata Jisung dengan senyuman lebar, "Tapi kalau kau keberatan ya sudah tidak usah."
"Tidak masalah," balas Chenle, "Aku juga sedang libur kok. Ayo..."
"Ke hotel..."
Chenle menatap tajam kearah laki - laki bermata sipit yang malah senyum - senyum kearahnya.
"Bercanda, bercanda..." Jisung bangkit berdiri dan mengelus lembut pada rambut Chenle, "Kau lucu sekali sih."
Chenle sudah mau protes dan mencaci maki dalam bahasa China ketiak ia memilih diam dan menatap pada wajah Jisung yang ternyata tampan.
"Kenapa?? Aku tampan ya..." kata Jisung dengan senyuman lebar.
Chenle memalingkan wajahnya dan langsung melangkah keluar dari kafe.
Jisung mengikuti langkah kaki Chenle dengan senyuman lebar diwajahnya.
@@@@@
Jisung masih beberapa kali terus menatap kearah Chenle yang duduk disampingnya, duduk tenang menjilati es krim. Tentu saja pikiran Jisung sudah melayang jauh membayangkan penisnya yang dijilat, dikulum dan dihisap - hisap seperti es krim ditangan Chenle. Jujur saja, Jisung memang datang untuk having sex dengan Chenle,dan ia jelas kecewa saat tahu kenyataan bahwa Chenle yang di chat berbeda dengan Chenle disampingnya ini.
"Kenapa melihatku terus?" tanya Chenle dengan nada ketus.
Ditambah dengan sikap dingin dan jutek Chenle, rasanya makin jauh jika rencananya bisa berhasil.
"Mau jalan kemana lagi?" tanya Jisung.
"Pulang saja, aku sudah capek..." balas Chenle.
Jisung terdiam sejenak, ia tidak membalas apapun dan melangkahkan kakinya.
Chenle melihat kekecewaan di mata Jisung. Ia menghela nafas panjang, melangkahkan kakinya dengan lebih cepat dan memeluk tubuh Jisung dari belakang.
Langkah kaki Jisung langsung terhenti begitu merasakan Chenle memeluknya dari belakang.
"Aku tahu kau kecewa... tapi akan lebih mengecewakan jika aku memaksakan diri untukmu," kata Chenle, "Jika kau berkenan, datang lagi saja kesini mungkin perasaanku sudah berubah untukmu."
Jisung melepaskan pelukan Chenle. Lama - lama ia jengah dengan sikap tarik ulur Chenle. Apalagi ditambah dengan Chenle yang bersikap ketus padanya dan dingin. Selama mereka berjalan - jalan, tidak pernah Chenle bersikap hangat dan ramah padanya.
"Untuk apa aku datang menemuimu lagi. Jangan merasa kau berharga," ucap Jisung dengan kesadisan yang tidak ia tahan lagi.
"Aku tidak merasa berharga. Jika ingin menyalahkan orang dan menuntut seseorang melayani hasrat seksualmu lakukan saja dengan Yangyang dan Renjun, mereka berdua yang sudah memakai akunku dan fotoku," kata Chenle.
"Aku bisa mencari pelacur terbaik di kota ini, yang mungkin lebih baik darimu..."
Jisung hanya bisa mengangga lebar ketika Chenle tersenyum lebar.
"Silahkan..."
Jisung benar - benar hanya bisa menatap kearah Chenle yang melangkah pergi tanpa berbasa - basi padanya.
"Chenle!!!" Jisung berteriak memanggil Chenle.
Dan benar - benar tidak ada balasan dari Chenle. Bahkan menoleh pun tidak sama sekali.
Chenle tentu saja sebenarnya mendengar teriakan dari Jisung. Tapi untuk apa ia membalikkan badan dan kembali pada seseorang yang dari awal menganggapnya hanya sebagai pelacur.
Chenle terus melangkahkan kaki, semakin jauh dan semakin jauh dari Jisung.
Pertemuan yang awalnya sudah tidak baik, memang sulit untuk berubah menjadi baik.
Lagipula tidak semua pertemuan berakhir dengan bersama. Jauh lebih banyak pertemuan berakhir dengan perpisahan. Dan Chenle, jauh lebih bersyukur dengan perpisahan yang terjadi saat ini, karena ia belum bertemu terlalu lama dan terlalu dalam. Hingga tidak perlu adanya airmata ketika perpisahan terjadi. Biarlah amarah yang menjadi titik perpisahannya dengan Jisung. Jauh lebih baik, daripada sebuah airmata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yaoi Oneshoot Series - Book 4
FanficBOYSLOVE!!!! GAY STORY!!! DONT LIKE DONT READ COUPLE ANEH YANG MEMBAWA KEBAHAGIAAN UPLOAD 3 HARI SEKALI, KECUALI BANYAK YANG KOMENTAR, BISA SEHARI UPLOAD 2 ATAU LANGSUNG 3 WAKAKAKAK