-126- SEASON 8 (7)

293 31 3
                                    

..

"Teh"

"Iya"

"Papah nya teteh kan sudah hampir pensiun"
"Dan Ais rasa A' Radi itu cocok buat gantiin Papah nya teteh" ucap Ais pada Zahra

"Em, Itu--- sudah pernah dibahas waktu papah sama mamah ke rumah teteh waktu itu"
"Ada mas Radi juga, karena papah yang memintanya langsung" jelas Zahra pada Ais

"Beberapa kali papah meminta dan membujuk mas Radi buat gantiin Papah sebagai pemilik perusahaan yang papah kelola" tambah Zahra lagi

"Lalu-- apa jawaban A' Radi"
"A' Radi pasti mau nerima kan? Dia bakal jadi bos besar nantinya" tanya Ais pada Zahra Mengenai jawaban Radi

Zahra menghela nafas,
Ia menggeleng cepat,

Ais mengerutkan keningnya,
"Eh, A'apa?"
"A' Radi-- nolak?" Tanya Ais terkejut

Zahra mengangguk,
"Iya"
"Dia menolak" balas Zahra

"Apa yang ada dipikiran A' Radi? K'kenapa A' Radi malah menolak kesempatan emas yang sudah ada di depan mata?" Tanya Ais pada Zahra lagi

Ais tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan oleh Radi, entah apa yang ada di pikiran Radi saat itu

Kesempatan tersebut tidak datang dua kali, namun saat itu papah menawarkan kesempatan itu berkali kali

Jawaban Radi memang 'tidak' dan Radi sudah memikirkannya matang-matang

"Kata mas Radi, Mas Radi Ndak punya darah keturunan papah, karena mas Radi adalah menantu"
"Yang seharusnya bisa menggantikan papah adalah Teteh, Zahira ataupun Rendi" jelas Zahra pada Ais

"Seharusnya teteh senang, karena mas Radi menepati janjinya waktu itu"
"Dia akan lebih mengutamakan keluarganya"

"Tapi teteh sedih, karena yang buat mas berkata seperti itu adalah teteh sendiri, teteh mengatakan bahwa mas Radi akan merebut semua warisan dari papah"
"Mungkin kalo saja teteh Ndak berkata seperti itu, mas Radi bakal mempertimbangkan untuk bergabung dan menjadi pemimpin di perusahaan papah"

"Tapi--- menurut teteh sendiri mas Radi tetaplah mas Radi, dia bukan laki-laki yang gila harta seperti milyaran uang, rumah mewah atau perhiasan lainnya"
"Tetapi harta lain yang disebut dengan keluarga, keluarga adalah harta terbesar bagi mas Radi" jelas Zahra pada Ais

Ais meneguk salivanya,
Ia baru mendengar pernyataan ini dari Zahra sendiri,
"J'jadi-- A'Radi sengaja menolak kesempatan itu, karena itu bukan hak dia? Begitu kan?" Tanya Ais pada Zahra

Zahra mengangguk dengan sedikit senyumnya,
"Iya"
"Kurang lebihnya begitu" balas Zahra

Ais pun menghela nafas,
"Jadi A'Radi sulit juga ya"
"Posisinya sebenarnya menguntungkan, tapi-- A'Radi bukan tipe orang yang selalu mengambil keuntungan itu" ucap Ais pada Zahra

Zahra hanya tersenyum,
Ia tau betul sifat dari Radi,

"Jadi itu ya yang buat papahnya teteh belum memutuskan siapa yang jadi penggantinya" ucap Ais pada Zahra

"Iya, Teteh Ndak mungkin gantiin papah, karena teteh harus merawat Rendi"
"Opsi terbaik adalah Zahira, karena dia masih muda"
"Disisi lain, papah harus menunggu Zahira hingga lulus kuliah dulu, masih cukup lama" jelas Zahra pada Ais

"Tapi itupun kalo Zahira mau gantiin kakeknya, kalo dia Ndak mau, papah harus menunggu Rendi"

"Teteh Ndak bisa maksa Zahira ataupun Rendi juga" tambah Zahra

Ais menghela nafas,
"Sulit juga ya, situasi seperti itu" balas Ais

Zahra mengangguk,
"Ais, kalo misalnya diantara Zahira dan Rendi Ndak ada yang mau menggantikan sosok papah di kantor"
"Teteh minta, kamu yang gantikan papah"
"Tapi-- kalo misalnya salah satu dari Rendi ataupun Zahira ada yang mau gantikan papah, teteh berterimakasih sama kamu, karena selama ini kamu menemani papah dalam berkerja" jelas Zahra ada Ais

Suamiku Adalah Adik KelaskuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang