SEASON 10 ❤️❤️❤️

102 10 2
                                    

..

Zahra kembali ke ruangan Tama,

Radi melihat raut wajah Zahra nampak memerah, ia tahu betul ketika Zahra marah wajahnya akan tampak memerah

"Kenapa dek?" Tanya Radi pada Zahra

Zahra hanya terdiam tak membalas pertanyaan Radi,

Beruntung Radi dengan cepat bisa membaca situasi, setelah Firna keluar dari ruangan Tama tadi Zahra langsung membuntuti Firna, mungkin Zahra sudah tidak bisa menahan emosinya

Tak lama dari itu, Firna pun masuk ke ruangan Tama sembari membawa obat, Firna juga nampak menundukkan wajahnya

Melihat hal itu membuat Radi menghela nafas dan meminta Zahra untuk keluar mengikutinya

Radi meraih lengan Zahra,
"Zahra" panggil Radi pada Zahra

Zahra mengalihkan pandangannya ke arah Radi

"Bisa ikut mas sebentar" Tanya Radi pada Zahra, Zahra yang mendengar hal itu pun mengangguk menyanggupi permintaan Radi

Setelah itu Zahra mengikuti Radi keluar dari ruangan Tama

Tama nampak kebingungan dengan apa yang terjadi antara ibunya dan juga Zahra, nampak jelas ada ketegangan di antara keduanya

Meski begitu Tama tidak mau menyimpulkan apapun terlebih dahulu, karena saat ini kesembuhan Tama adalah yang terpenting

Radi meminta Zahra untuk duduk di kursi terlebih dahulu,
"Adek duduk dulu disini"
"Mas mau ke mobil sebentar, mau ambil sesuatu" pinta Radi pada Zahra

Zahra hanya mengangguk, ia masih mengepalkan tangannya dan sangat tegang

Tak lama dari itu Radi kembali ke tempat dimana Zahra duduk, ia memberikan air mineral kepada Zahra

"Adek minum dulu" pinta Radi pada Zahra

Zahra kembali mengangguk, dan meraih air mineral di tangan Radi,

Setelah Zahra meminumnya Radi pun menghela nafasnya, dan menoleh ke arah Zahra

"Sudah tenang kan dek?" Tanya Radi pada Zahra

Zahra kembali mengangguk,

"Adek masih ndak mau bicara sama mas?" Tanya Radi pada Zahra

Zahra masih saja terdiam membisu, dengan tatapan kosongnya

Radi mengusap-usap lembut pipi Zahra,
"Dek, dengerin mas ya"
"Kunci suatu hubungan itu komunikasi, coba adek bicara, kenapa Adek tadi Sampai emosi seperti itu"
"Mas kan sudah bilang, singkirkan terlebih dahulu ego kita masing-masing, kalau sudah seperti itu kita bisa berpikir jernih" jelas Radi pada Zahra

Zahra menghela nafas panjangnya,
"M'maaf mas"
"Tadi-- adek benar-benar Ndak tahan buat ngomongnya, sudah 20 tahun lebih adek pendam selama ini, kapan adek bisa bertemu dengan orang yang membuat kita terkunci di gudang"
"Sakit rasanya, mau memaafkan Firna juga susah mas" jelas Zahra pada Radi

Radi mengangguk mengerti,

"Adek ndak benci sama Firna mas, adek cuma mikir kenapa ada orang se tega itu" tambah Zahra lagi

"Nanti biar mas saja yang coba bicara sama Firna baik-baik, kalau adek yang bicara sama Firna nanti adek emosi lagi" ucap Radi pada Zahra

Zahra mengangguk mengerti,
"Iya mas"
"Maafin adek juga" balas Zahra pada Radi

Radi pun mengangguk dengan sedikit senyumnya, ia memeluk Zahra

"Jangan emosi lagi ya sayang" ucap Radi ada Zahra

Zahra mengangguk senyum,
"Iya mas" balas Zahra

Setelah Radi menenangkan Zahra, Radi kembali mengajak Zahra masuk ke dalam ruangan Tama, di sana Tama juga sudah bersiap untuk pulang

"Naik mobil saya saja ya"
"Saya antar pulang" ucap Radi pada Tama dan juga Firna

Tama mengangguk mengerti,
"Iya pak Radi"
"Sebelumnya-- terimakasih banyak "

Radi mengangguk senyum,
"Iya sama-sama Tama" balas Radi

Radi memapah Tama menuju mobil Radi, sementara itu Zahra dan Firna berada di belakang Radi, Zahra masih dengan tatapan sinis nya ke arah Firna

Di dalam mobil,

Zahra hanya terdiam sementara Radi fokus menyetir mobilnya, ibu dari Tama mengusap-usap lembut lengan Tama yang nampaknya Tama tertidur pulas di bahu ibunya

Radi yang melihat hal itu pun sedikit tersenyum,

"Tama itu anak yang baik"
"Dia sangat penurut" ucap Radi yang membuat Zahra mengalihkan pandangannya ke arah Radi sementara itu Firna juga nampak hanya tertunduk dan menyimak ucapan Radi

"Firna"
"Kamu ndak gagal merawat Tama seperti ini, kamu sudah berhasil merawat Tama sampai seperti ini" jelas Radi pada Firna

"Saya tau David sudah tiada satu tahun yang lalu, karena Tama juga pernah bercerita tentang ayahnya"
"Aku sempat terkejut kalau Tama adalah anak dari David"

"Maaf"
"Apabila pertanyaan ku seperti Ndak sopan kepadamu, saya hanya bertanya, apa Tama adalah anak dari hasil hubunganmu dengan David waktu di gudang dulu?" Tanya  Radi pada Firna nampaknya percakapan ini sangat serius

Firna menggeleng cepat,
"Sebenarnya--
"Tama bukanlah anak dari hasil hubungan ku dengan mas David waktu itu, Tama adalah anak kedua ku" jelas Firna pada Radi

Radi mengerutkan keningnya,
"A'anak kedua mu?"
"L'lalu-- Di mana anak pertamamu?" Tanya Radi pada Firna

"Ceritanya panjang, sebelumnya mas David menginginkan untuk  membuang jabang bayi yang sudah aku kandung di saat itu, dan itu adalah anak pertama ku, jelas sebagai calon ibu, aku tidak ingin melakukan hal itu" jelas Firna lagi pada Radi

"Tapi-- tuhan berkehendak lain, anak pertama ku sudah tiada sebelum persalinan"
"Saat setelah aku menikah dengan mas David, kami di karuniai anak yang bernama Tama dia adalah anak kedua ku" jelas Firna pada Radi lagi

"M'maafkan aku, Radi, Zahra"
"Aku benar-benar menyesal sudah melakukan hubungan itu"  tambah Firna

"Tapi kenapa kalian malah memfitnah kami Firna? Seakan-akan mas Radi yang sudah melakukannya kepadaku" tanya Zahra pada Firna

"M'maaf"
"Maafkan aku"
"Aku--- ngga ada cara lain, aku menyesal sudah melakukannya, aku juga sempat meminta untuk mengakuinya tapi mas David menolak dan membuat kalian berdua yang terkurung di dalam gudang" tambah Firna lagi

Radi mengusap-usap tangan Zahra,
"Sabar dek"
"Jangan menggebu-gebu seperti itu, Ndak baik dek" pinta Radi pada Zahra

Zahra menghela nafas dan mengangguk,
"Maaf mas, adek kelepasan" Balas Zahra pada Radi

"Firna sudah meminta maaf sama kita berdua, dia juga sudah mengakui kesalahannya, apa sebaiknya di maafkan juga" pinta Radi pada Zahra untuk memaafkan kesalahan Firna di masa lalu

Zahra kembali terdiam,
Ia memejamkan kedua matanya, dan mengangguk

"Adek udah maafin dia"
"Tapi maaf, adek masih ingat apa yang sudah dia perbuat kepada kita" ucap Zahra pada Radi

Firna mendengar hal itu pun mengangguk mengerti,
"S'saya-- mengerti perasaan kamu Zahra"
"Terimakasih sudah memaafkan saya" ucap Firna pada Zahra

°°

Next

Ada komentar?

Suamiku Adalah Adik KelaskuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang