SEASON 10 ❤️❤️

108 7 0
                                    

..

Pagi nya

Radi menghubungi Alfian karena uang kembalian untuk caffe nya ada di dalam laci, Radi tidak berada di rumah seharian ini karena ia se keluarga berkunjung ke rumah mertuanya

Sesampainya di gerbang rumah mertuanya, penjaga gerbang tersebut pun langsung membukanya karena mereka sudah di beri tahu oleh Welly akan kedatangan menantunya

"Silahkan masuk pak Radi" ucap Salah satu penjagaan Gerba tersebut pada Radi, mempersilahkan

Radi pun mengangguk senyum,
"Baik pak"
"Terimakasih" balas Radi yang kembali menancapkan gas pelan-pelan menuju ke halaman

Selama di halaman rumah, Radi sudah di sambut oleh papah dan mamah, beliau sudah berada teras untuk menyambut Radi, Zahra dan juga kedua cucunya

Setelah keluar dari mobil, Radi sekeluarga pun berjalan ke arah papah dan juga mamah

"Ya Allah, menantu dan cucuku" ucap mamah dan juga papah tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya, ia sangat bahagia akan kedatangan anak menantu dan juga cucu-cucunya

Mamah pun memeluk Zahra, papah memeluk Radi, dan juga bergantian dengan yang lain sampai di mana Zahira memeluk neneknya

"Cantiknya Ira, cucuku"
"Sampai nenek ngga bisa bedain mana cucu mana anak sendiri" ucap mamah pada Cucunya, tersenyum

Nenek memanggil Zahira dengan nama Ira, karena Ara adalah panggilan kesayangan mamah untuk Zahra

Namun saat Zahira berada di rumah sendiri, sapaan Ara adalah panggilan kesayangan Zahra untuk Zahira

Zahira pun tersenyum,
"Terimakasih nek"
"Ira kangen sama nenek" ucap Zahira pada Neneknya

Nenek tersenyum,
"Nenek juga, Ira"
"Nenek kangen sama Ira" balas Nenek pada Zahira

Di sisi lain, papah menepuk bahu Radi,

"Ah, Radi"
"Bagaimana kabar silaturahmi kamu dengan pak Angga? Apa berjalan lancar?" Tanya papah pada

Zahra yang mendengar hal itu pun mengalihkan pandangannya ke arah Radi, suaminya tidak pernah berniat untuk silahturahmi dengan pak Angga, ia hanya memberi tahu pak Angga tentang kelakuan anak dari pak Angga

"Ah, i'iya pah"
"Radi-- belum sempat karena akhir-akhir ini pak Angga sibuk" balas Radi

Zahra menghela nafas, suaminya tidak salah menjawab, ia mencari jawaban yang aman

Papah yang mendengar hal itu pun mengangguk mengerti,
"Hahaha"
"Begitu ya, memang pak Angga akhir-akhir ini agak sibuk Radi, tapi tenang saja kalau kamu memang ingin bersilaturahmi dengan dia, papah bisa membantumu, pak Angga ngga bisa menolak permintaan papah" jelas papah pada Radi

Radi meneguk salivanya,
"Em, sebenarnya ndak perlu pah"
"Radi akan menunggu waktu luang pak Angga agar kamu bisa bersilaturahmi nantinya" balas Radi

Papah mengangguk mengerti,
"Baik kalau begitu"

"Em"
"Silahkan masuk, ayo Radi, Zahra, Zahira, Rendi" pinta papah pada mereka ber-4

Radi pun mengangguk senyum,

Di ruang keluarga,
Zahra bertemu dengan Bi inah, bibi kesayangannya di rumah masa kecilnya ini

"Eh, ada Non Zahra ya" ucap Bi Inah yang juga sudah di anggap keluarga sendiri oleh keluarga Welly

Zahra pun tersenyum dan memeluk Bi Inah,
"Ya Allah, non Zahra"
"Bibi kangen sama non" ucap Bi Inah pada Zahra

Zahra mengangguk senyum,
"Saya juga kangen sama bibi"
"Gimana kabar bibi?"
"Sehat non" balas bi Inah pada Zahra

"Kabar non bagaimana?" Tanya bibi pada Zahra

Zahra mengangguk senyum,
"Alhamdulillah, baik juga bi"

"Oh iya, non"
"Non Zahra mau minum apa? Em, A' Radi juga mau minum apa?" Tanya Bi Inah pada Radi dan juga Zahra

"Teh saja bisa"
"Mas Radi juga teh saja, nanti biar Zahra bantu buatin" ucap Zahra

"Eh, eng'engga perlu non"
"Ini sudah jadi pekerjaan saya disini, non Zahra duduk saja, biar saya yang buatin" pinta Bi Inah pada Zahra

Tak lama bi Inah pun berjalan ke dapur, Zahira membuntuti Bi Inah dari belakang

"Bi inah" panggil Zahira pada Bi Inah

Bu Inah pun memberhentikan langkahnya dan menoleh ke belakang, ternyata adalah Zahira,
"Eh, neng geulis?"
"Iya neng? Ada apa?"
"Ada yang bibi bantu?"

Zahira tersenyum,
"Em, Ikut ke dapur boleh ya bi" pinta Zahra ada bi Inah,

"Eh, apa saya nanti ngga kena marah sama tuan, neng geulis" ucap Bi Inah pada Zahira, yang dimaksud bi Inah adalah Papah Welly

"Kakek ngga mungkin marah Bi, tenang saja"
"Ara cuma bantu kok" balas Zahira pada Bi inah

Mendengar hal itu pun, membuat bibi menghela nafas dan mengangguk senyum,
"Iya boleh non"
"Jangan yang berat-berat ya"
"Biar bibi saja kalau yang berat-berat" balas Bi Inah pada Zahira

"Iya bi"
"Cuma buat teh saja kok Bi, ngga ada yang berat, saya juga sudah biasa buat kopi untuk pelanggan di caffe" jelas Zahira pada Bi Inah

Bi Inah pun Mengangguk mengerti,
"Em, begitu ya"
"Yasudah, silahkan non, ikut bibi saja" balas Bi Inah pada Zahira

Zahira mengangguk mengerti,
"Baik Bi"

Di dapur,
Bibi mencuri pandang ke arah Zahira yang tengah membantu nya,

Anak ini,
Wajahnya mirip sama ibu nya,
Zahra,

Benar-benar mirip,
Geulis pisan,

Gumam Bi Inah

Zahira yang merasa bibi tengah menatapnya sedari tadi pun membuyarkan lamunan bi Inah,

"Bi?"
"Bibi kenapa?" Tanya Zahira pada Bi Inah

Bi Inah mengerjapkan kedua matanya, sadar,
"Eh, eng'ngga kok Neng"
"Engga apa-apa" balas Bi Inah pada Zahira

"Ara tau kok"
"Pasti bibi sedang bingung"
"Kenapa wajah saya mirip sama bunda" ucap Zahira pada Bi Inah

Bi Inah yang mendengar hal itu pun meneguk salivanya,
"Eh, k'kok neng geulis bisa tau?" Tanya Bi Inah terkejut

Zahira sedikit terkekeh,
"Sebenarnya engga tau bi"
"Cuma nebak saja, soalnya banyak yang bilang begitu sama Ara, Terutama ayah, nenek, kakek, dan juga yang lain, termasuk bibi juga" jelas Zahira pada bibi nya

"Em, menurut bibi-- bunda dulu gimana?" Tanya Zahira pada bibinya, tentang sang ibu

Bibi yang mendengar hal itu pun tersenyum, sembari mengaduk teh nya ia menceritakan bagaimana kehidupan Zahra yang dulu,

"Non Zahra dulu orangnya sangat manja"
"Non Zahra dulu juga seperti laki-laki, karena tuan Welly sangat menginginkan anak laki-laki untuk meneruskan perusahaannya"
"Hal itu terdengar di telinga non Zahra, ia sedemikian rupa merubah tingkah lakunya seperti laki-laki karena ucapan tuan Welly" jelas Bi Inah pada Zahira

Zahira yang mendengar hal tersebut pun langsung termenung bagaimana tingkah sang ibu dulu berbanding terbalik dengan sang ibu yang sekarang, mempunyai sifat keibuan yang kuat

"Tuan Welly juga menyesali ucapannya waktu itu hingga sampai terdengar di telinga non Zahra, karena bukan itu yang tuan Welly maksud, bagaimana pun non Zahra tetaplah anak dari tuan Welly, itu sesuatu yang ngga bisa di bantah"

"Di tengah-tengah itu ketika non Zahra duduk di kelas 3 SMA, ada sesuatu yang tejadi diantara tuan Welly dan juga non Zahra, yang membuat Tuan Welly marah besar"
"Sesuatu yang sangat di sayangkan oleh tuan Welly" jelas Bi Inah pada Zahira

Zahira mengerutkan keningnya ke arah Bi Inah, ia penasaran
"S'sesuatu?"
"S'sesuatu apa Bi?" Tanya Zahira pada Bi Inah,

Sesuatu yang dimaksud oleh Bi Inah bukanlah pernikahan paksa antara Radi dan juga Zahra melainkan kejadian di gudang, hal itu yang membuat Zahra dan Radi malah menjadi lakon utama kejadian waktu itu

Semua kesalahan malah condong ke arah Zahra, yang membuat Zahra terpojok, situasi yang sangat sulit untuk bangkit bagi Zahra saat itu, dan juga bagi Radi

Next,

Ada komentar?

Suamiku Adalah Adik KelaskuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang