SUAMIKU ADIK KELASKU, TERBARU

97 4 0
                                        

..

Momen dimana Zahra bertemu dengan ibu dari Tama, ia pergi tanpa berpamitan dengan Radi terlebih dahulu, karena memang ia tak ingin berbohong, Radi akan melarangnya karena Zahra pasti akan emosi ketika melihat wajah Firna

Tepat di depan pintu rumah Firna

Tok tok tok!
Bunyi pintu setelah Zahra mengetuknya

"Assalamualaikum" salam dari Zahra tepat di depan pintu rumah Firna

Tak ada jawaban,
Sama sekali tak ada jawaban,

"Assalamualaikum" salam dari Zahra lagi berharap seseorang yang membukakan pintu adalah Firna

"Waalaikumsalam" balas salam seorang dari dalam rumah

Ceklik!
"Eh, Z'Zahra?" Ucap Firna sembari membelalakkan kedua matanya, ia terkejut, kali ini ia di datangi langsung oleh Zahra

Zahra mengghela nafas,
"Iya, ini aku" ia nampak masih agak kesal dengan Firna

"Em, M'masuk lah"
"S'saya buatin minuman" pinta Firna pada Zahra

Zahra mengangguk mengerti,

"Aku-- buatin minuman dulu"
"S'silahkan duduk, Zahra" pinta Firna lagi, zahra kembali mengangguk, dan Firna juga nampak terkejut dengan kehadiran Zahra secara tiba-tiba

Setelah dari dapur sembari membawakan satu gelas teh hangat untuk Zahra

Firna pun duduk tak jauh dari Zahra,
"Em, ah, a'ada apa?"
"A'apa anak ku Tama membuat masalah di tempat kerjanya?" Tanya Firna pada Zahra

Zahra menggeleng,
"Bukan itu"
"Aku kesini hanya untuk membicarakan sesuatu hal yang penting" ucap Zahra pada Firna

Firna agak mengerutkan keningnya, ia bingung dengan ucapan Zahra kali ini,
"S'sesuatu yang penting? Maksud nya yang seperti apa?" Tanya Firna pada Zahra

"Aku ingin kita berbesan!" balas Zahra

Suasana hening sepersekian detik, Firna menatap Zahra sembari mengerutkan keningnya
"A'apa??" Pekik Firna terkejut dengan pernyataan Zahra kali ini

Zahra mengalihkan pandanganya ke arah Firna,
"Apa masih kurang jelas? Aku mengatakan bahwa aku ini ingin berbesan dengan mu" jelas Zahra pada Firna

Firna meneguk salivanya, ia bingung harus menjawab apa kali ini,
"Em, s'sudah jelas"
"T'tapi-- apa bisa kita berbesan? Apa kamu dan suamimu Radi tidak malu mempunyai besan sepertiku?"
"Dan juga aku--- bukan lah orang terpandang, dan juga a'aku--, aku-- adalah orang yang pernah menjadi biang keladi dari pernikahan dini kalian di masa lalu"
"Apa aku pantas mendapatkan itu Zahra, coba-- pikirkan kembali" pinta Firna pada Zahra untuk memikirkan kembali permintaan untuk berbesan

Zahra menghela nafas,
"Tolong, hentikan Firna"
"Aku bukan ingin membicarakan hal itu"
"Kita bukanlah anak kecil lagi, bersikaplah selayaknya orang tua"
"Masa lalu, itu adalah masa lalu"
"Yang terpenting sekarang adalah kebahagiaan anak anak kita terlepas apa yang terjadi di masa lalu"
"Walaupun aku masih membencimu, tapi-- kebahagiaan putriku Zahira hanya bersama dengan putramu Tama" jelas Zahra lagi pada Firna

Firna meneguk salivanya,
"M'maaf"
"Aku menolak nya"
"Zahra, pahamilah kondisiku sekarang"
"Aku ini hidup miskin seperti ini, bagaimana bisa aku berbesan dengan keluarga berada seperti mu Zahra"
"Bukan aku bersifat seperti sombong, tapi aku lebih ke sadar diri akan keadaan ini, Zahra tolong pahamilah" ucap Firna pada Zahra

Zahra menghela nafas,
"Firna"
"Aku dan mas Radi memulai pernikahan dari nol, tanpa campur tangan kedua orang tuaku, hentikan ucapanmu yang mengatakan bahwa aku adalah orang yang kaya raya, aku hanya ingin hidup dengan normal selayaknya orang-orang pada umumnya"

"Bisnis yang aku jalankan saat ini, adalah dari jerih payah suamiku bahkan tanpa campur tangan kedua orang tua ku, dan aku bukanlah orang berada, aku juga sama seperti dirimu, dan tolong pahamilah juga Firna bahwa aku bukanlah Zahra yang dulu" tegas Zahra pada Firna

"Kita sama sama seorang ibu, bukan anak SMA lagi Firna" dengan penuh detail Zahra menjelaskan semuanya kepada Firna

Firna pun terdiam seketika,

"Aku---
"Aku tidak bisa memberikan jawaban saat ini, aku belum bisa menerima putrimu, aku memerlukan waktu untuk kembali berpikir tentang kebahagiaan anak ku Tama"

Zahra mengangguk mengerti,
"Baik, tolong pertimbangkan hal ini"
"Sebelum batas waktu nya"
"Aku sangat memerlukan jawaban mu"
"Tidak ada yang memaksa dirimu, karena ini juga demi kebahagiaan Tama"
"Pikirkanlah secara matang, jangan mengambil keputusan yang beresiko tinggi, karena itu akan merenggut semua masa depan putramu" kembali Zahra menjelaskan agar Firna mempertimbangkan secara baik baik

Firna pun mengangguk mengerti,
"Iya, sama-sama"

°°

-Bar caffe

Zahira yang tengah duduk termangu dengan tatapan kosongnya, membuat Tama berjalan ke arah nya setelah ia selesai mengantarkan pesanan ke pelanggan

"Jangan bengong"
"Kesambet setan nanti kamu" ucap Tama pada Zahira

Hal itu membuat Zahira membuyarkan lamunannya,

Ia mengalihkan pandanganya ke arah Tama,
"Apaan sih kak, aku ngantuk tauk" balas Zahira

Tama meletakkan nampan yang ia bawa dia atas meja di dekatnya
"Kamu tidur saja"

Zahira menghela nafas,
"Hm, iya-iya"
"Nanti aja, caffe masih ramai"
"Niatnya sih, biar bisa bantu bantu dikit"

Tama mengambil 1 kilo tepung roti yang di bungkus plastik, dan membukanya

"Mau buat roti ya kak?" Tanya Zahira pada Tama

"Iya nih, Jaga jaga aja"
"Karena stok roti yang aku panggang tadi pagi tinggal 3" jelas Tama

Zahira mengangguk,

"Kak, Americano sama Mochacino berapa kak?" Tanya salah satu pelanggan yang hendak membayar langsung

Zahira mengalihkan pandanganya ke arah pelanggan tersebut, pemuda tampan dengan baju casual, bahkan ketampanan pemuda tersebut hampir sama dengan Tama

Melihat Zahira yang seperti menatap sepersekian detik ke arah pelanggan tersebut,

"Kak?"tanya pelanggan tersebut kepada Zahira yang kembali sadar dari tatapan matanya ke arah pelanggan tersebut

Zahira mengerjapkan kedua matanya,
Ia sudah salah tingkah,
"Em, A'Americano-- 15 ribu, Mocha 21 ribu kak, t'totalnya-- 36 kak"

Pelanggan tersebut mengangguk senyum ke arah Zahira, setelah itu ia mengeluarkan kartu ATM yang ia punya
"Kalau pakai kartu bisa kak?"
"Soalnya ngga bawa cash" pinta pelanggan tersebut

Zahira balik mengangguk,
"Bisa kak" balas Zahira

Zahira menerima kartu ATM milk pelanggan, dan langsung memprosesnya,

Zahira memberikan struk pembayaran kepada pelanggan tersebut

Pelanggan tersebut pun mengangguk senyum manis,
"Terimakasih kak"

Zahira tersenyum,
"Sama-sama" balas Zahira

Tama juga melihat gelagat Zahira agak aneh, membuat nya agak cemburu, Tama sedikit melirik ke arah Zahira saat pelanggan tadi pergi

"Ekhem!"

Membuat Zahira meneguk salivanya, dan menoleh ke arah Tama,
"Em, k'kenapa kak?"

Tama menggeleng cepat,
"Ngga apa-apa" balas Tama sok cuek

Tama sebenarnya menyukai Zahira, namun perbedaan dirinya dan Zahira bagai bumi dan langit

Zahira pun mengangguk mengerti,
Ia mengulum senyumnya,
"Cemburu ya? Hehe"

Tama mengerutkan keningnya,
"Memangnya kenapa?"
"Siapa yang cemburu?" Tanya Tama pada Zahira

Zahira pun sedikit terkekeh,
"Ngga tau" balas Zahira

"Udah, ngga usah nanya-nanya, kalau cuma bikin kesal" balas Tama pada Zahira

"Iya deh iya"
"Ya maaf" balas Zahira ia kembali duduk sembari membaca notif di ponselnya

°°

Suamiku Adalah Adik KelaskuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang