-125- SEASON 8 (6)

307 37 8
                                    

..

Saat papah berjalan menuju anak tangga dan diikuti oleh Radi, beliau bertemu dengan Bi Inah

"Bi Inah" panggil papah pada Bi Inah yang kebetulan lewat di depannya

Mendengar sang majikan memanggilnya,
"Eh, i'iya tuan" balas Bi Inah, Bi Inah mendekat ke arah Radi

"Bisa buatkan 2 cangkir kopi hitam"

Bi Inah mengangguk
"Em, Bisa tuan"

"Yasudah, saya sama Radi menantu saya, ada di ruangan atas, saya tunggu di sana ya" pinta papah pada Bi Inah

Bi Inah mengangguk mengerti,
"Baik tuan"

"Permisi A'" ucap Bi Inah yang berjalan melewati Radi

Radi hanya mengangguk senyum,

°°

Di lantai dua,

Setelah papah membuka pintu ruangan tersebut,

Ceklik>

Mereka berdua memasuki ruang tersebut,

Radi melihat salah satu piala yang di situ tertulis nama sang istri

Tak hanya satu sebenarnya, ada banyak sekali piala yang tertulis nama Zahra di sana,
"Pah, Apa piala ini-- milik Zahra?" Tanya Radi pada papah

Papah berjalan ke arah Radi,
Beliau mengangguk senyum,
"Iya"
"Dulu memang, Zahra punya banyak prestasi dan piala-piala ini juga miliknya" balas papah pada Radi

Radi menghela nafas dan tersenyum,
"Ternyata istriku lebih cerdas dariku" ucap Radi pada papah

Papah sedikit tersenyum,
"Papah dulu menginginkan Zahra masuk kuliah di luar negri" ucap papah pada Radi

"Tapi-- Zahra malah ingin kuliah di Indonesia bersama teman-temannya" tambah papah lagi

Hal itu juga di rasakan oleh Zahira, yang menginginkan kuliah satu universitas bersama teman-teman sekolahnya

Radi mengangguk mengerti,
"Radi juga pernah dengar dari Zahra sendiri, kalo dia dulu memang berniat buat kuliah lewat prestasi yang dia punya"
"Saat sebelum Radi dan Zahra terkunci di dalam gudang, sorenya Zahra sedikit bercerita tentang keinginannya masuk kuliah" jelas Radi pada papah

Papah menghela nafas, dan tersenyum, ia mengangguk,
"Anak itu---
"Papah dulu menganggapnya keras kepala, prilakunya agak condong seperti laki-laki"
"Tapi-- sebenarnya itu semua salah papah, papah yang seharusnya memperhatikan Zahra secara lebih"
"Papah terlalu egois untuk itu" jelas papah pada Radi balik

Radi mencoba memahami perasaan papah saat bercerita tentang anak Semata wayangnya, Zahra

"Ah, malah berdiri disini"
"Kita-- duduk saja" pinta papah pada Radi

Radi mengangguk mengerti,

Ada dua kursi yang dipisahkan oleh meja kecil

Radi pun duduk di salah satu kursi tersebut,

Papah membuka tirai dan terlihat pemandangan di luar dari dalam

Setelah itu papah berjalan ke arah kursi di samping Radi,

Beliau menghela nafas,

"Papah senang kalian kesini"
"Papah sangat rindu anak papah, Zahra, dan kamu menantu yang sudah papah anggap sebagai anak sendiri"
"Kedua cucu-cucu papah, Zahira dan juga Rendi" balas papah

Radi sedikit tersenyum,
"Radi sebenarnya merasa Ndak enak sama papah"
"Karena Radi baru kembali kesini setelah sekian lama" ucap Radi pada papah

"Ah, begitu ya"
"Ngga apa-apa Radi"
"Yang terpenting, papah senang hari ini kalian semua datang kembali" ucap papah pada Radi

Suamiku Adalah Adik KelaskuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang