..
Sepulang dari rumah Firna, Zahra yang tengah mengendarai mobil pun berhenti tepat di supermarket, ia berniat untuk membeli jajanan ringan untuk Rendi dan juga Zahira
Tak di sangka di dalam supermarket tersebut ia bertemu dengan Boy, seseorang yang dulu pernah mencoba untuk melecehkan Zahra
Sontak saja Zahra terkejut, dan meneguk salivanya, bulu kuduk Zahra berdiri saat Boy menatapnya
"K'kamu--
"K'kamu kan?" Pekik Zahra
Boy yang melihat dan mungkin ia membuat Zahra merasa tak nyaman pun meminta maaf
"Em, m'maaf"
"M'maaf"
"B'bukan maksud ku membuat mu tak nyaman, s'saya-- hanya ingin membeli susu untuk anak saya" jelas Boy pada Zahra
Zahra meneguk salivanya,
Dia sudah punya anak?
Gumam Zahra
Dulu Boy dan Zahra adalah kecil yang cukup akrab, pertemanan papah Welly dan juga ayah dari Boy berniat untuk menjodohkan Zahra dengan Boy, namun karena Welly mendengar bahwa Boy adalah laki-laki bejat membuatnya berpikir 2 kali, dan pada akhirnya perjodohan itu tidak terlaksana kan
"Saya--- minta maaf setelah kejadian masa lampau, itu-- kejadian yang sangat
"Berisik!! bisa diam nggak!!"
Ucap Zahra menyela yang membuat Boy sedikit tersentak
Dengan tatapan tajam Zahra ke arah Boy, dengan wajah memendam amarahnya, di tambah Niatan berbesan dengan Firna agak sedikit terkendala, suasana hati Zahra campur aduh kemarahan menjadi satu
"Dasar laki-laki cab*l"
"Saya masih mengingatnya! Kejadian memalukan di gudang waktu itu"
"Kamu! Boy, si laki-laki cab*l melakukan pelecehan terhadap saya tapi tidak dipenjara, sungguh memalukan!!" Ucap Zahra pada Boy, ia seperti membuat Boy terpojok
Boy yang mendengar hal itu pun meneguk salivanya, ia sedikit gemetar dan tertunduk
"M'maaf"
"Sekali lagi m'maafkan saya" ucap Boy pada Zahra
Zahra menatapnya dengan tatapan penuh amarah, kejadian itu membuat nya harus menanggung trauma bertahun tahun, bahkan trauma tersebut belum hilang sampai saat ini, ia hanya bisa menahan agar ketakutannya tidak melebihi batas keberaniannya
"M'Mas?"
"Ada apa ini?" Tanya seorang wanita tiba2 yang tengah menggendong anaknya yang masih kecil
Boy pun menoleh ke sumber suara tersebut, wanita tersebut adalah istri dari Boy
"Emh, A'Anika"
"S'sudah belanjanya?" Tanya Boy kepada wanita yang tengah menggendong Bayi tersebut yang tak lain adalah istri Boy
Istri Boy yang bernama Anika pun mengangguk dengan sedikit senyumnya, namun ia bingung mengapa suaminya agak aneh kali ini
"Itu, siapa mas?" Tanya Istri Boy pada Boy
Tanya Istri Boy pada Boy, yang di maksud adalah Zahra yang masih berdiri tak jauh dari mereka berdua
"Itu--
"Anak dari Bos nya Mas" balas Boy
Anika (istri Boy) pun mengangguk mengerti,
Ia berpikir ada keperluan bisnis
"Ah, Begitu ya"
"Kenalin mbak, saya Anika" ucap Anika memperkenalkan dirinya pada Zahra
Melihat Anika membuat Zahra menghela nafas panjangnya, Anika tak ada sangkut pautnya dengan kejadian dulu,
Zahra pun mengangguk,
"Saya Zahra"
"Salam kenal ya mbak" ucap Anika pada Zahra, ia tersenyum ke arah Zahra
Zahra mengangguk, ia tidak memasang wajah senyumnya
"Iya"
"Maaf, saya Tidak bisa lama-lama, permisi" ucap Zahra pada Anika dan Boy
°°
Di rumah
Radi mengecek seluruh isi rumah bertujuan untuk mencari keberadaan Zahra, mobil juga tidak ada membuat Radi cemas
Telepon sengaja Zahra matikan agar ia tidak bisa berbohong kepada Radi, semua yang Zahra lakukan agar Radi tidak menaruh rasa curiga
Namun hal itu tetap membuat Radi semakin bertanya-tanya ada apa dengan Zahra akhir akhir ini
"Ya Allah"
"Zahraaa, kamu ini kenapa sih, telepon Ndak di angkat, pergi Ndak bilang bilang, bikin mas khawatir begini" ucap Radi, ia bingung mencari keberadaan Zahra kemana lagi
Lagi, Radi menelpon Zahra,
"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif"
Membuat Radi kesal,
Ia menghela nafas panjangnya,
"Ya Allah, sayanggg!!"
"Angkat dong telepon Masss!!"
"Mas khawatir sama kamu!" Sembari mengacak acak rambutnya ia sudah Tidka tau harus bagaimana lagi
Hal itu terdengar oleh Zahira
Dan ia pun menghampiri Radi,
"Ayah kenapa?" Tanya Zahira pada Radi
Raid terkejut, dan menoleh ke sumber suara tersebut ternyata adalah Zahira,
"Z'Zahira?"
"Eh, em, a'ayah-- lagi cari bunda nak" balas Radi
Zahira mengangguk mengerti,
"Oh, bunda"
"Ara juga ngga tau yah bunda kemana" balas Zahira pada Radi
"Bikin ayah khawatir aja bunda kamu ini"
"Sudah 3 jam lebih bunda Ndak pulang pulang, biasanya kalo pergi juga bilang sama ayah dulu" jelas tadi pada Zahira
Tak lama dari itu,
Mobil yang Zahra kendarai terparkir di garansi mobil
"Tuh, bunda yah" ucap Zahira pada Radi
Melihat mobil yang baru saja terparkir,
"Em, y'yaudah ayah samperin bunda dulu ya nak" ucap Radi
Zahira mengangguk
"Iya yah, Ara juga mau ke belakang Ambil minum" balas Zahira
Radi mengangguk mengerti,
"Iya Ara"
Garansi mobil, Zahra baru saja keluar dari mobil,
"Bunda ini lho kemana aja, ayah cariin bunda di seisi rumah Ndak ada, mobil juga Ndak ada, telepon Ndak di angkat, bunda ini kenapa?"
"Bunda Ndak sayang sama ayah?" Tanya Radi pada Zahra
"Ayah ini lho, kok ngomongnya begitu sih"
"Jangan ngomong gitu lagi ah"
"Bunda tadi pergi ke supermarket"
"Beli jajanan ini"
"Em, s'sama-- pergi ke rumah teman" balas Zahra pada Radi sembari memperlihatkan jajanan yang ia beli di supermarket tadi kepada Radi
"Sayang"
"Kok Ndak bilang sama mas kalau mau pergi ke rumah teman? Kok Ndak ijin sama mas kalau mau keluar? Telepon juga di matikan? Ada apa Zahra? Apa Zahra sudah ndak bisa ijin sama mas dulu?" Tanya Radi pada Zahra
Zahra hanya terdiam tertunduk,
Hal itu malah membuat Radi panik, karena ia Tidak bermaksud memarahi Zahra,
"Eh, Z'Zahra?"
"M'Mas Ndak sedang marah kok, m'mas Ndak marah sama Zahra"
Menurut Zahra Radi Tidak salah karena ia memang selalu ijin kepada Radi apabila ingin keluar membeli sesuatu, dari hal hal kecil ia selalu meminta ijin kepada Radi terlebih dahulu
Dalam hati Zahra berat membohongi Radi karena ia baru saja pulang dari rumah Firna, namun ia tak mengatakannya baru kali ini ia mencoba menutupi apa yang seharusnya ia bicarakan dengan Radi
Maaf mas,
Aku ndak mau bohong sama mas, hiks
Zahra meraih tangan Radi,
"Eh"
Pekik Radi
Zahra pun memeluk Radi,
"Hiks"
"Hiks"
"Maaf Mas"
"Maafin Zahra" ucap Zahra pada Radi
Tiba tiba Zahra menangis sesenggukan, nada bicara Radi yang agak sedikit naik membuat Zahra menangis
Radi bingung akan situasinya, ia tak berniat memarahi Zahra, ia balas memeluk Zahra
°°
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku Adalah Adik Kelasku
Teen Fiction" ADA BEBERAPA CHAPTER YANG MENGANDUNG KONTEN DEWASA 18+ 21+ , DAN KATA-KATA TOXIC (KASAR) , HARAP BIJAK DALAM MEMBACA😉 " seorang anak beranama Raditya Khazari sebagai adik kelas 11 yang ditunjuk Pak Yanto (Guru B.Indonesia) untuk mengik...
