BAB 26 || MEMBUAT KUE

21 3 0
                                    

Tepat jam dua siang aku sampai di rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tepat jam dua siang aku sampai di rumah. Ketika masuk, aku perpapasan dengan mama yang baru keluar dari kamarnya dengan rapi.

"Mama mau ke mana dengan pakaian rapi kayak gini?" tanyaku sambil menyalaminya.

"Mama mau ke hajatan tetangga. Kebetulan kamu sudah pulang, sekalian jaga rumah sebentar," katanya.

Saat mama sudah pergi, aku bergegas menutup dan mengunci pintu lalu berjalan memasuki dapur untuk mengambil segelas air dingin.

Rencananya aku sudah akan kembali ke kamar tapi kemunculan Fattan yang tiba-tiba berhasil membuatku terkejut dan bertahan di depan kulkas.

"Kok kamu udah di rumah? Biasanya jam segini masih ngaji." Untung saja aku tidak punya riwayat jantungan, sehingga masih hidup sampai sekarang.

"Guru ngajinya lagi ada urusan, makanya kita dipulangin cepet," jawab Fattan masih terkekeh..

Aku ber-oh ria lalu kembali membuka kulkas untuk mengambil buah apel. Saat berjalan untuk keluar dapur, Fattan mengikut di belakang.

"Ngapain? Kalo mau buah ambil sendiri di kulkas," kataku. Biasanya anak itu selalu menginginkan apapun yang sedang aku makan.

"Gak mau buah, maunya jus buah. Kak Dara tolong buatin dong." Fattan tiba-tiba bersikap manis.

"Kamu udah gede, kan? Bikin sendiri!" Aku mengabaikan permintaan Fattan kemudian berjalan meninggalkannya.

"Tapi aku maunya dibikinin Kak Dara. Kalo Kak Dara gak mau nanti aku aduin sama mama." Fattan mulai mengancam.

"Dasar bocah tukang ngadu." Aku mendengus keras. "Tunggu bentar kakak mau ganti baju dulu." Bukan takut pada ancaman Fattan makanya aku menurut, tapi hanya malas ribut dengan anak kecil.

"Tapi, aku hausnya sekarang," ucap Fattan.

Aku berubah kesal. "Jangan ngelunjak, yah. Kalo baju sekolah kakak nanti kotor gara-gara bikinin jus buah, emang kamu mau cuciin? Enggak, kan?"

Akhirnya kali ini Fattan mau mengalah. "Iya udah, tapi buruan ganti bajunya."

"Bawel banget sih." Akhirnya aku benar-benar keluar dari dapur setelah tadi selalu ditahan oleh Fattan.

Sesampainya di kamar, aku tidak langsung mengganti pakaian melainkan duduk diam di atas kasur sambil memikirkan kembali perkataan Indira di sekolah tadi.

Setelah berpikir ulang beberapa kali, akhirnya aku pun sudah memutuskan. Buru-buru aku mencari handphone di dalam tas lalu mengirim pesan untuk Deva.

Adara Ulani:
Dev, Lo di mana?

Sembari menunggu balasan dari Deva, aku menyempatkan diri untuk mengambil pakaian di lemari. Belum sempat semua kancing seragamku terlepas, handphoneku kembali berbunyi yang ternyata balasa pesan dari Deva.

RASA TAK SAMPAI (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang