"Kalian denger gak sih, ada berita baru, ternyata Ghio naksir Gia.""Ha? Seriusan Lo? Denger dari mana?"
"Kok bisa? Gia kan terkenal introvert."
"Biarin aja sih, toh Ghio yang suka sama Gia. Kalo sekelas Ihsan, Dafa, atau Hafiz yang cogannya IPA 3, baru kaget."
Percakapan itu dilakukan oleh tiga orang yang merupakan teman satu kelasku. Aku tidak sengaja mendengarnya saat sedang membeli pulpen di kantin.
Aku menghampiri mereka bukan untuk ikut bergosip, tapi hanya sekedar menyapa. "Kalian di sini? Lagi pada sarapan yah?"
Salah satu dari mereka yang bernama Syifa menjawab. "Eh, Dara. Lagi nongkrong aja sambil nunggu bel masuk."
"Lo cuma sendiri. Di mana Deva, Agatha, sama Melia. Kalian gak bareng?" tanya Mega.
Aku menunjukkan sebuah pulpen kepada mereka. "Di kelas. Gue ke sini cuma mau beli pulpen."
"Coba deh tanya Dara kali aja dia tau." Lisa memang berbisik, tapi suaranya masih terdengar jelas olehku.
"Ada apa?" tanyaku.
"Ini, Ra. Lo tau gak soal Ghio yang suka sama Gia?" Pertanyaan itu diajukan oleh Mega.
Aku menggeleng. "Enggak. Emang kalian tau hal itu dari mana?"
"Dengar-dengar doang sih," jawab Lisa. "Menurut Lo gimana, Ra?"
"Gimana apanya? Itu hak Ghio mau suka sama siapapun. Termasuk Gia." Jika mereka meminta pendapat, maka itulah yang aku pikirkan.
"Tapi, menurut Lo mereka cocok gak sih? Secara, kita semua tau kepribadian mereka berdua." Diantara ketiganya, Lisalah yang paling semangat mengajukan pertanyaan.
"Untuk masalah cocok atau enggaknya, itu tergantung dari orang yang jalanin. Kan, mereka yang rasain," kataku lagi.
Lisa terlihat ingin bertanya lagi, tapi aku buru-buru memotong. "Udah yah gue mau balik ke kelas dulu."
Aku sudah membalikkan badan, tapi kembali menoleh untuk menitipkan sebuah pesan kepada ketiganya. "Jujur gue baru dengar kabar ini dari kalian. Meskipun penasaran tentang kebenarannya, tapi kayaknya bukan sesuatu yang baik kalo kita gosipin teman sendiri." Setelah mengatakan itu, aku pamit dan benar-benar keluar dari kantin sehingga tidak tahu apalagi yang mereka bicarakan di belakangku.
Dengan pikiran kalut, aku mencoba untuk mengingat kembali detail kejadian di kantin tadi pagi. Berusaha mencari letak kesalahan dalam ucapanku yang berakhir membuat Gia marah. Memastikan apakah tuduhan itu memang layak untuk aku terima.
Bukannya ingin membela diri, tapi memang bukan aku yang menyebarkan gosip itu. Aku hanya tidak sengaja mendengar pembicaraan Lisa, Syifa, dan Mega. Mereka meminta pendapatku, lalu aku menjawab. Aku bahkan memberi nasehat agar ketiganya berhenti membicarakan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RASA TAK SAMPAI (COMPLETED)
Teen FictionJudul awal "Just Friend" Peran sebagai pengagum rahasia sudah Adara Ulani jalani selama dua tahun. Selama itu Dara merasa sudah cukup hanya dengan memperhatikan sosok Adhyastha Prasaja secara diam-diam. Suatu hari, ketika tersebar kabar bahwa Astha...