Keesokan harinya aku sempat terkejut karena terbangun di tempat yang asing sebelum menertawakan diri sendiri saat menyadari bahwa aku sedang berada di kamar tamu rumah Ibu Jenny.Aku memperhatikan sekeliling ruangan. Di atas kasur ada Mira, Anggi, dan Kiki yang masih dalam kondisi tertidur. Sedangkan aku tidur di lantai beralaskan karpet bulu bersama Deva, Melia, dan Agatha karena tidak muat di atas kasur.
Dengan kondisi kamar yang temaram karena semua lampu dimatikan, aku mencari keberadaan handphoneku dengan cara meraba-raba dan berhasil menemukan benda itu di bawah bantal.
Jam baru menunjukkan pukul lima pagi. Tapi, dibandingkan berbaring lalu melanjutkan tidur, aku memilih untuk keluar kamar.
Semalam aku sempat bertanya-tanya di mana anak-anak cowok akan tidur, karena rumah Ibu Jenny ini hanya memiliki dua kamar. Satu kamar utama milik Ibu Jenny sendiri, dan satu kamar tamu tempat anak-anak cewek tidur. Lalu pertanyaanku terjawab saat mendapati mereka menggelar tikar di ruang tengah dan tidur di sana.
Dengan langkah yang hati-hati aku berjalan melewati mereka menuju toilet untuk mencuci muka agar kantukku bisa hilang.
Dinginnya air yang mengalir dari keran sempat membuatku menggigil. Untung saja aku menggunakan sweater yang berhasil menghalau hawa dingin meski tidak seberapa.
Usai dari toilet aku berjalan menuju dapur karena tidak sengaja mendengar percakapan. Di meja makan aku mendapati Adnan dan Astha sedang menikmati kopi yang tercium jelas dari aromanya.
Dengan kondisi baru bangun tidur aku merasa bukan saat yang tepat untuk bertemu mereka. Aku baru saja ingin kembali ke kamar, tapi rupanya mereka sudah lebih dulu melihat keberadaanku.
"Dara, Lo udah bangun?" Dari suaranya pertanyaan itu berasal dari Adnan.
Aku menoleh kemudian berjalan menghampiri mereka karena merasa tidak sopan jika harus mengobrol dengan jarak yang dibatasi lemari.
"I-iya. Kalian juga, bangunnya kok pagi banget?" Aku tidak tahu bagaimana kondisi wajahku saat ini karena baru saja bangun tidur. Sehingga menunduk adalah pilihan terbaik agar mereka tidak perlu melihat wajahku.
"Kita berdua kesulitan tidur, jadi mutusin buat ngopi. Lo mau?" Adnan menawarkan.
Aku menggeleng canggung. "Masih pagi banget, nanti biar gue bikin sendiri aja kalo pengen," jawabku.
Adnan tidak memaksa. Sebelum kembali bicara terlebih dahulu ia menyeruput kopinya. "Lo sendiri bangun pagi, kenapa? Sulit tidur juga?" tanyanya.
"Gue kebelet mau buang air kecil tadi. Tapi, kayaknya habis ini bakal sulit buat tidur lagi," jawabku.
Sejak tadi yang mengobrol hanya aku dan Adnan. Sedangkan Astha tetap diam sambil sesekali memperhatikan handphonenya. Meski badanku tidak menghadap ke arah Astha, tapi mataku tetap meliriknya sesekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
RASA TAK SAMPAI (COMPLETED)
Ficção AdolescenteJudul awal "Just Friend" Peran sebagai pengagum rahasia sudah Adara Ulani jalani selama dua tahun. Selama itu Dara merasa sudah cukup hanya dengan memperhatikan sosok Adhyastha Prasaja secara diam-diam. Suatu hari, ketika tersebar kabar bahwa Astha...