BAB 87 || PERDEBATAN PANAS

23 3 0
                                    

Ting

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ting

Ting

Ting

Bel penanda istirahat telah berbunyi, waktu untuk mengerjakan soal ulangan pun otomatis berakhir. Ibu Mariam sebagai pemberi ulangan sudah memberi perintah agar kami mengumpulkan lembar jawaban di atas meja guru.

Sebelum berdiri, terlebih dahulu aku memeriksa kelengkapan jawabanku dari nomor satu sampai nomor lima belas. Mengantisipasi adanya soal yang belum sempat aku kerjakan.

"Udah, gak usah dipandang terus. Gak bakal berubah jadi benar semua juga jawabannya." Agatha sempat menegur sebelum berjalan menuju meja guru.

"Ayo anak-anak, waktunya sudah habis. Silakan dikumpulkan jawabannya." Karena Ibu Mariam sudah memanggil untuk kedua kalinya, aku pun terpaksa harus mengumpulkan lembar jawaban ulanganku dan pasrah dengan apapun hasilnya nanti.

Setelah lembar jawabku diterima oleh Ibu Mariam, aku langsung keluar dari kelas dan bertemu dengan Deva, Melia, serta Agatha di depan pintu.

"Gimana sama jawaban kalian, yakin benar semua?" tanya Deva saat aku bergabung dengan mereka.

Aku menggeleng lemah. "Ada beberapa soal yang rumusnya gue lupa. Entah jawaban yang gue pilih secara asal tadi bakal benar atau enggak."

"Gak usah tanya gue. Pastinya gue jawab asal aja tadi," sahut Melia. "Alamat remedial sih ini."

"Hadeh, ini orang bertiga malah galauin ulangan. Galau itu kalo perut lapar, tapi belum bisa makan karna masih pada di sini." Agatha benar-benar manusia tanpa beban. "Ayo dong, kita ke kantin."

"Ibu Mariam bahkan belum keluar dari kelas, tapi Lo malah buru-buru mau ke kantin," ujar Deva.

Agatha mengedikkan bahu. "Tapi kan bel istirahat udah bunyi. Jadi, gak masalah dong kalo kita ke kantin, emang udah waktunya."

"Iyain aja, Dev. Agatha berisik banget dari tadi soalnya. Kali aja pas ketemu makanan bisa lebih jinak." Aku berjalan lebih dulu meninggalkan kelas menuju kantin.

Agatha sempat berdecak, tapi tak lama kemudian ikut menyusulku. Sesampainya di kantin, kami sepakat memesan bakso. Bedanya aku dan Deva tidak menggunakan mie, sedangkan Agatha dan Melia tidak akan merasa kenyang jika hanya makan baksonya saja.

Beberapa menit berlalu dengan keheningan karena kami sama-sama fokus makan tanpa bicara. Saat kami berempat sedang masih makan, Indira tiba-tiba datang menghampiri meja kami sambil membawa semangkuk mie ayam.

"Wah, selain telat datang ternyata gue juga salah menu." Indira terkekeh. "Cuma gue yang makan mie ayam, sedangkan kalian semua makan bakso."

Karena meja yang kami tempati hanya memiliki empat kursi, saat bergabung maka Indira selalu menarik kursi dari meja di samping tempat kami duduk.

"Begitulah kalo jadi pengkhianat, suka beda sendiri," celetuk Agatha.

Disaat kami tercengang mendengar perkataannya, Agatha justru terlihat tenang sambil terus menyuapkan makanan ke dalam mulut.

RASA TAK SAMPAI (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang