BAB 85 || KABAR MENYESAKKAN

24 3 0
                                    

Mendekati waktu ujian untuk kelulusan, aku pikir sudah tidak akan mendapatkan banyak tugas, tidak akan ada ulangan, atau hal apapun yang akan memicu pecahnya kepala karena terlalu lama digunakan mengingat pelajaran yang pernah diterima sebelumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mendekati waktu ujian untuk kelulusan, aku pikir sudah tidak akan mendapatkan banyak tugas, tidak akan ada ulangan, atau hal apapun yang akan memicu pecahnya kepala karena terlalu lama digunakan mengingat pelajaran yang pernah diterima sebelumnya. Nyatanya, semakin waktu sudah mendekati ujian kelulusan, tugas juga semakin menumpuk, dan ulangan hampir diadakan setiap hari.

Hari ini di jam delapan usai makan malam, aku sudah mulai berkutat dengan buku-buku pelajaran. Besok akan ada ulangan harian dan aku harus belajar jika tidak ingin mendapatkan nilai rendah atau remedial karena tidak bisa menjawab satu pun soal.

Tiga puluh menit kemudian berlalu tanpa hasil. Perasaanku yang sedang tidak dalam kondisi baik singkron dengan otakku yang malas berpikir keras. Sekalipun harus memaksakan diri kemungkinan besar semua yang sudah aku pelajari akan kembali hilang ketika terbangun besok pagi.

Akhirnya aku menyerah dan memilih mengehentikan kegiatan belajarku. Dari meja belajar, aku kemudian berpindah ke kasur. Aku meraih handphone di atas nakas terlebih dahulu sebelum membaringkan badan. Mungkin dengan bermain handphone sebentar akan membuat pikiranku jauh lebih tenang dan moodku bisa kembali baik.

Aku memilih membuka room chat grup bersama ketiga sahabatku yang kini bertambah satu personil setelah Indira ikut bergabung.

Pesan terakhir yang masuk adalah tadi siang dari Agatha yang meminta untuk dikirimkan materi apa saja yang harus dipelajari untuk ulang besok. Setelah itu grup tersebut menjadi sunyi kembali ditinggal penghuninya entah ke mana. Karena malas mengetik, aku langsung melakukan panggilan video.

Aku memanggil seluruh penghuni grup dan yang pertama bergabung adalah Agatha. "Apaan Lo vc malam-malam, tumben banget," kata Agatha saat wajahnya juga terpampang di hadapan kamera.

Selanjutnya yang bergabung adalah Deva. Berbeda dengan Agatha yang terlihat suntuk, Deva justru masih terlihat segar. "Ada apa nih, tumbenan vc." Pertanyaannya tidak jauh berbeda dengan Agatha.

Panggilan pertama Indira dan Melia belum menjawab, sehingga aku kembali melakukan panggilan dan baru terjawab oleh Melia dipanggilan kedua dan Indira pada panggilan ketiga.

"Iya, ada apa?" tanya Indira dengan suara serak khas orang yang baru saja bangun tidur.

Tiba-tiba saja aku berpikir untuk mengusili Indira. "Astaga Indira, bangun. Ini udah pagi loh," kataku.

Deva, Agatha, dan Melia sempat bingung. Tapi, aku sigap memberikan kode kepada mereka melalui gerakan mata untuk mengerjai Indira.

"Iya, Dir. Lo emangnya gak mau ke sekolah? Kita aja udah siap dari tadi." Agatha pun ikut-ikutan mengusili Indira.

"Ha? Demi apa? Ya ampun, gue ketiduran." Indira yang tadi berbaring buru-buru bangun. Mungkin sekarang cewek itu sudah berlari keluar kamar dan meninggalkan handphonenya begitu saja. Karena yang terlihat saat ini kameranya mengarah ke langit-langit kamar yang berwarna putih.

RASA TAK SAMPAI (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang