Hujan tiba-tiba turun bertepatan dengan aku yang baru saja keluar dari toko buku. Air yang jatuh begitu derasnya menjebak aku, Astha, dan beberapa pengunjung lain di teras toko.Karena tidak ada satu pun kursi yang tersedia di sana, kami semua terpaksa harus berdiri merapat ke dinding agar terhindar dari percikan air hujan.
Untung saja aku menggunakan jaket untuk menutupi kaosku, dan sekarang jaket itu berguna untuk melindungiku dari hawa dingin.
Aku mengeluarkan selembar kertas berbentuk persegi panjang dari saku jaket yang merupakan voucher diskon buku untuk menyerahkannya kepada Astha.
"Astha." Panggilanku membuat cowok itu menoleh. "Nih, tadi Lo buru-buru banget sampai lupa ngambilnya." Bukannya segera menerima, Astha justru memandang ke arah voucher itu dengan tatapan heran. "Sebenarnya gue gak terlalu sering beli buku. Jadi, voucher ini Lo ambil aja. Mungkin bakal jauh lebih berguna buat Lo nantinya," kataku.
"Gak usah." Astha menyisihkan tanganku ke samping sebagai bentuk penolakan.
Karena sudah menolak sekali, aku yakin Astha tidak mungkin akan menerima voucher itu lagi sampai kapanpun. Aku juga tidak mungkin menyimpannya karena percuma saja akan tetap berakhir hangus.
Saat Astha sibuk memandangi rintik hujan, aku diam-diam memasukkan voucher itu ke dalam paper bagnya. Tapi, rupanya cowok itu cukup peka sampai sadar dengan perbuatanku. Astha tidak mengatakan apapun, tapi tatapannya jelas penuh tanya. "Udah masuk, gak boleh dikeluarin lagi," kataku.
Di dalam otakku sempat terlintas bahwa mungkin Astha akan mengambil voucher itu keluar lalu menyerahkannya lagi padaku. Kemudian aku kembali memberikan benda itu kepadanya sampai kami lelah melakukan hal itu secara berulang. Tapi, yang terjadi Astha sama sekali tidak bereaksi. Dibandingkan menegur, cowok itu justru hanya diam membuatku gemas untuk terus merecokinya sampai ia mau memperdengarkan suaranya.
Toko buku di mana aku terjebak hujan saat ini terletak di pinggir jalan raya. Terasnya yang luas cukup untuk menampung banyak orang sehingga selalu saja ada pengendara yang meminggirkan kendaraan motor mereka untuk berteduh.
Begitu juga dengan dua orang cowok yang baru saja turun dari motor, keduanya langsung berlari ke teras toko untuk menghindari hujan membasahi seluruh badan mereka.
Awalnya kedua cowok itu berdiri di depanku sebelum mundur dan berpindah ke samping kananku yang sebenarnya cukup sempit karena terhalang oleh pot bunga besar.
Jarak antara aku dan salah satu cowok yang berdiri paling dekat denganku awalnya sekitar satu jengkal. Tapi, lama-kelamaan entah bagaimana caranya jarak itu terkikis hingga bahu kami berhasil bersentuhan.
Aku yang terkejut spontan bergeser ke kiri. Tapi, lagi-lagi cowok di samping kananku itu menyentuh lenganku saat tangannya terangkat untuk menguyar rambut ke belakang.
"Maaf." Meski sudah meminta maaf, rasanya aku tetap tidak nyaman dengan gerakan-gerakan kecil yang dilakukan cowok itu.
"Rusuh banget sih," batinku.
KAMU SEDANG MEMBACA
RASA TAK SAMPAI (COMPLETED)
Teen FictionJudul awal "Just Friend" Peran sebagai pengagum rahasia sudah Adara Ulani jalani selama dua tahun. Selama itu Dara merasa sudah cukup hanya dengan memperhatikan sosok Adhyastha Prasaja secara diam-diam. Suatu hari, ketika tersebar kabar bahwa Astha...