BAB 97 || ANAK RUMAHAN

24 3 0
                                    

Di hari-hari sekolah aku hampir tidak memiliki banyak waktu untuk bersantai di rumah kecuali akhir pekan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Di hari-hari sekolah aku hampir tidak memiliki banyak waktu untuk bersantai di rumah kecuali akhir pekan. Bahkan di hari Minggu sekalipun terkadang aku masih keluar rumah. Entah itu untuk pertemuan organisasi, berjalan-jalan bersama ketiga sahabatku, sampai berbelanja keperluan sekolah.

Biasanya jika aku memiliki waktu untuk di rumah saja, terkadang aku tetap jarang memasak di pagi hari. Selain karena aku lebih fokus mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyapu, mencuci piring dan pakaian, mamanya selalu satu garis di depanku bersiap di dapur pagi-pagi sekali usai shalat subuh. Sehingga untuk sarapanku sendiri ikut disiapkan di atas meja oleh mama bahkan sebelum aku bangun.

Hari ini memang bukan hari Minggu, melainkan hari Rabu. Tapi, semua anak kelas dua belas diliburkan setelah ujian selesai dan baru akan kembali ke sekolah menjelang pengumuman kelulusan dua Minggu ke depan.

Sudah tiga hari libur dan sudah sebanyak itu pula aku menghabiskan waktu di rumah saja. Setelah kemarin sibuk merapikan kamar dengan mengganti letak kasur, lemari, meja belajar, dan beberapa benda lain, hari ini aku berniat untuk menggantikan mama membuat sarapan. Agar tidak didahului mama, aku sengaja bangun subuh-subuh dan mulai beraksi di dapur.

"Dara, ternyata kamu."

Karena sudah tahu siapa pemilik suara itu, aku tidak mau repot-repot untuk membalikkan badan dan memilih fokus pada telur yang sedang aku goreng di atas teflon.

"Kamu ngapain pagi-pagi begini sudah di dapur, mama sampai pikir tadi itu suara kucing yang lagi cari ikan di panci," ujar mama. Dari suaranya yang terdengar semakin jelas menandakan beliau sedang berjalan mendekat. "Kamu juga tumbenan gak sekolah tapi bangun pagi-pagi."

Aku menoleh sekilas ke arah mama yang sedang berdiri di sampingku untuk membagi cengiran. "Iya, Ma. Dara sengaja bangun pagi-pagi karna mau buat sarapan," jawabku.

"Kamu bikin telur?" tanya mama sambil melirik telfon di atas kompor. "Dan ini, sayuran ini untuk apa?"

"Dara mau buat telur gulung isi sayuran, Ma. Di kulkas kebetulan bahannya ada. Gak pa-pa, kan?" Seharusnya sebelum memasak aku memint izin dulu, tapi apa boleh buat tadi mama masih tidur saat aku bangun.

"Kedengarannya enak. Sekalian aja kita sarapannya pakai telur gulung jadi mama gak usah bikin nasi goreng pagi ini," ujar mama.

"Iya, Ma. Dara juga bikin lebih kok buat kita semua. Emh, kalo mama gak keberatan tolong liatin nasi yang tadi Dara masak yah di rice cooker," pintaku.

Mama tidak lagi bertanya dan segera berjalan menghampiri meja di mana rice cooker berada untuk melihat nasi yang sejak bangun sudah aku masak. Sekarang sudah setengah jam berlalu, kemungkinan nasinya sudah matang sekarang.

Jika biasanya pagi-pagi begini mama selalu membuat nasi goreng, kali ini aku sengaja memasak nasi putih, karena telur gulung isi sayuran yang aku buat cocok dinikmati dengan nasi putih hangat.

Setelah enam lembar telur dadar sudah matang, aku mulai memberi isian sayur yang terdiri dari kacang polong, potongan wortel, irisan daun seledri, dan irisan kembang kol yang sudah dicampur bumbu penyedap lalu mulai menggulungnya.

RASA TAK SAMPAI (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang