BAB 96 || HARI TERAKHIR

29 3 0
                                    

Setelah bulan Maret kemarin dilangsungkan try out dan ujian sekolah, di Minggu kedua bulan April ini giliran ujian nasional yang diselenggarakan secara serentak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah bulan Maret kemarin dilangsungkan try out dan ujian sekolah, di Minggu kedua bulan April ini giliran ujian nasional yang diselenggarakan secara serentak. Karena ada enam mata pelajaran yang diujikan, ujian pun dilaksanakan selama satu minggu dari hari Senin sampai Sabtu.

Hampir tidak ada yang berbeda, sensasinya sama ketika menghadapi try out dan ujian sekolah. Mungkin yang sedikit membedakan hanya karena ujian nasional adalah ujian terakhir sekaligus sebagai penentu apakah nanti akan lulus dari SMA atau harus mengulang lagi tahun depan sehingga rasa tegangnya menjadi dua kali lipat.

Hari ini adalah ujian terakhir dengan mata pelajaran bahasa Inggris yang berakhir tidak begitu lancar bagiku. Tentu saja karena bahasa Inggrisku masih terbatas sehingga ada beberapa soal yang tidak aku pahami maksudnya.

Beberapa menit yang lalu pengawas di ruanganku sudah keluar dari kelas dengan membawa serta lembar jawaban kami. Beberapa teman satu ruanganku sudah meninggalkan kelas bahkan mungkin pulang ke rumah masing-masing. Tapi, ada beberapa juga diantaranya yang masih tinggal sambil berdiskusi.

Aku sendiri sejak tadi belum meninggalkan kursiku sembari menunggu Deva selesai mencocokkan jawaban ujian tadi dan menanti Agatha yang pergi menyusul Melia di ruang sebelah.

"Deva, Dara. Kalian masih di sini? Belum mau pulang?" Teriakan yang berasal dari Agatha menarik perhatian orang-orang yang berkumpul di meja paling depan.

Tidak mendapatkan respon, Agatha berjalan masuk menghampiri perkumpulan di mana Deva berada sementara Melia tetap berdiri di depan pintu. Beberapa saat Agatha terlihat bicara dengan Deva sebelum cewek itu datang menghampiriku.

"Adara Ulani, ujian udah selesai. Lo ngapain betah banget duduk di situ?" tanya Agatha. Ia tidak mau repot-repot duduk dan memilih tetap berdiri. "Lo masih mau di sini atau ikut pulang?"

"Deva aja masih sibuk diskusi," kataku. Rencananya aku baru akan berdiri jika Deva sudah selesai.

"Kalo kalian saling nunggu kapan kita pulangnya." Agatha menarik tangan dan memintaku berdiri. "Ayo."

Aku menurut dan mengikuti Agatha yang menarikku menghampiri Deva yang sejak tadi sedang berdiskusi bersama Citra, Gia, Indira, dan Kiki. Mereka terlihat serius, tapi Agatha seperti tidak peduli dengan tetap mengganggu dengan memanggil Deva.

"Dev, Lo masih lama?" tanya Agatha dengan suara yang tidak bisa dikatakan santai. Padahal hari sudah siang, tapi tenaganya masih penuh dan bisa digunakan berteriak seperti itu.

"Ya ampun suara Lo berisik banget sumpah," ujar Deva.

"Lo baru sadar, Dev? Dari kemarin-kemarin kuping Lo pasti disumpal pake kapas, makanya gak denger suara nih anak." Setelah sejak tadi hanya diam, akhirnya aku bicara.

"Kuping gue jadi panas karna Lo berdua gosipin gue," sahut Agatha.

"Kalian udah mau pulang, yah? Ya udah diskusinya kita sambung kapan-kapan aja. Gue, Gia, sama Kiki kebetulan juga mua pulang sekarang," pamit Citra. "Lo Dir, masih mau di sini?" tanyanya pada Indira.

RASA TAK SAMPAI (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang