BAB 32 || KEBETULAN BERTEMU

19 4 0
                                    

"Pengumuman untuk semua siswa-siswi SMA HARAPAN BANGSA, bahwa setelah jam istirahat berakhir akan diadakan rapat oleh pihak guru hingga beberapa jam ke depan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Pengumuman untuk semua siswa-siswi SMA HARAPAN BANGSA, bahwa setelah jam istirahat berakhir akan diadakan rapat oleh pihak guru hingga beberapa jam ke depan. Tapi, sekali lagi tidak ada perintah untuk meninggalkan sekolah sebelum bel pulang berbunyi, terima kasih."

Tak berselang lama setelah bel istirahat berbunyi, pengumuman tersebut juga berkumandang dengan nyaringnya memenuhi seluruh penjuru sekolah. Pengumuman yang isinya membuat semua siswa-siswi Harsa, termasuk aku bersorak gembira.

Penghuni kelas IPA 3 langsung berhamburan keluar seperti kawanan bebek yang meninggalkan kandang setelah dikurung seharian.

"Huaaaaa." Tiba-tiba saja Agatha berteriak.

Aku dan Deva saling pandang, sementara Melia menoleh ke arah kami. Untung saja di dalam kelas kini hanya tersisa kami berempat. Sehingga tidak ada lagi yang mendengar teriakan Agatha dengan suara cempreng khasnya itu.

"Kenapa sih, Tha? Bikin kaget aja," tanya Deva ingin mengetahui apa yang terjadi dengan cewek itu.

Agatha membalikkan badan menghadap kebelakang sehingga aku bisa melihat raut wajahnya yang terlihat sedih. "Gue bingung, harus ngerasa sedih atau seneng," katanya.

Jika tadi Deva yang bertanya, kini giliranku. "Emang Lo kenapa?"

Agatha memiringkan sedikit kepalanya untuk melihatku. "Guru-guru kan mau rapat habis istirahat. Itu artinya kita gak jadi ulangan mtk. Padahal gue udah belajar semalam suntuk. Sia-sia dong usaha gue."

"Bener juga. Berarti kita gak jadi ulangan, yey." Melia bersorak.

"Kalo itu sih gue yakin dalam benak Lo sembilan puluh sembilan persen seneng, satu persennya sedih," ujar Deva yang ternyata sepemikiran denganku.

"Gue setuju sama Deva," sahutku.

Ekspresi sedih di wajah Agatha tadi sudah hilang dan berganti dengan cengiran. "Setelah gue pikir-pikir, sepertinya gue emang seneng, haha."

"Udah kebaca sih," kata Deva.

"Gak usah bahas itu lagi. Lebih baik kita ke kantin. Kita makan sepuasnya sampai bel pulang kalo perlu." Agatha menaruh asal buku-bukunya ke dalam laci lalu berdiri menunggu kami bertiga bangkit dari kursi.

"Kali ini gue gak ikut yah," kataku.

Deva yang masih sibuk merapikan beberapa bukunya menoleh dengan dahi mengkerut. "Loh kenapa? Emangnya Lo mens lagi? Perasaan baru aja kemarin selesai."

"Eh, Lo double datang bulannya?" tanya Melia.

"Kenapa pikiran kalian larinya ke hal aneh-aneh sih." Aku benar-benar tidak habis pikir.

"Terus kenapa? Biasanya kan kita makan berempat. Kalo bertiga entar Melia janda gak ada pasangannya," celetuk Agatha sambil cekikikan. Sepertinya mood cewek itu sedang bagus hari ini.

"Soalnya gue masih kenyang habis sarapan banyak tadi di rumah. Kali ini kalian bertiga aja dulu yah," ujarku meminta pengertian.

"Ya udah kalo Lo gak mau. Terus mau nitip apa, nanti kita beliin pas balik." Deva sudah berdiri, tapi belum beranjak.

RASA TAK SAMPAI (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang