Euforia kemenangan kelas IPA 3 dalam pertandingan bola voli masih terasa hingga dua hari kemudian. Apalagi saat memandangi piala kejuaraan kami meski hanya dalam bentuk foto.Aku memang belum sempat melihat bentuk fisik piala itu karena tiba-tiba terserang demam malam harinya. Alhasil kemarin dan hari ini aku kembali harus melewatkan pelajaran di sekolah.
Untung saja kondisiku sudah lebih baik karena kemarin memang fokus untuk penyembuhan dengan memperbanyak istirahat. Aku juga baru mendapatkan handphoneku pagi ini karena sebelumnya disimpan oleh mama.
Siang hari usai makan siang tiba-tiba teman satu kelasku datang ke rumah dengan alasan ingin menjenguk, meski sebelumnya aku sudah melarang karena merasa sudah lebih baik.
"Kita bawain susu coklat sama roti kesukaan Lo. Jangan lupain diminum sama dimakan, yah. Kalo gak nanti gue bawa pulang lagi," ujar Agatha. Ia masuk ke dalam kamar bersama Deva, Citra, dan Mira.
"Kalian harusnya gak perlu repot-repot datang apalagi sampai bawain makanan," kataku. Aku merasa bersalah sudah merepotkan mereka.
"Gak pa-pa kali, Ra. Kan udah tradisi, teman sakit kita jenguk sambil bawain makanan," sahut Mira. "Kita juga malu kali datang jenguk Lo tapi gak bawa apa-apa."
"Thanks yah, Mir, Cit. Sekali lagi maaf udah ngerepotin kalian semua," kataku.
"Sama-sama. Yang penting Lo harus cepat sembuh, yah," ujar Citra.
"Di luar ada siapa aja?" tanyaku. Meski di dalam kamar, keramaian di luar tetap bisa terdengar.
"Banyak. Ada anak cowoknya juga," jawab Deva.
Jantungku langsung berdetak kencang. Pikiranku seketika mengarah pada satu nama saat Deva mengatakan ada anak cowok yang datang.
Aku menyibak selimut yang menutupi setengah tubuhku. "Ya udah kalo gitu kita keluar, yuk."
Aku mencoba berdiri, tapi Agatha menahanku. "Ngapain harus keluar. Mending Lo istirahat aja di sini. Mereka juga pasti paham sama kondisi Lo yang lagi sakit jadi gak bisa keluar," katanya.
"Gue udah jauh lebih baik, Tha. Gak enak juga kalo gue gak temuin mereka. Mereka udah sempetin datang ke sini, setidaknya gue harus ngucapin terima kasih secara langsung." Jika Agatha bisa melarang, maka aku pun juga bisa memaksa untuk tetap keluar.
"Gue iyain bukan karna gak sanggup berdebat sama Lo yah, tapi gue cuma gak mau ngelawan orang sakit. Takut kualat." Setelah tadi menahan, kini Agatha membantuku berdiri.
Mira dan Citra sudah keluar lebih dulu. Sementara Deva dan Agatha membantuku untuk merapikan penampilanku yang sedikit berantakan. Aku juga memastikan badanku tidak berbau karena belum mandi selama dua hari dengan menyemprotkan parfum.
"Sebelum keluar gue mau berpesan, Lo jangan sampai kaget pas tiba di ruang tamu," kata Agatha saat menuntunku keluar kamar.
Awalnya aku berpikir perkataan Agatha hanya sebuah gurauan, tapi saat tiba di ruang tamu barulah aku mengerti arti dari ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RASA TAK SAMPAI (COMPLETED)
Novela JuvenilJudul awal "Just Friend" Peran sebagai pengagum rahasia sudah Adara Ulani jalani selama dua tahun. Selama itu Dara merasa sudah cukup hanya dengan memperhatikan sosok Adhyastha Prasaja secara diam-diam. Suatu hari, ketika tersebar kabar bahwa Astha...