BAB 19 || CALON YOUTUBERS

1.2K 59 4
                                    

Aku dan Deva kembali menghampiri Agatha dan Melia di luar setelah mengambil gelas di dalam rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku dan Deva kembali menghampiri Agatha dan Melia di luar setelah mengambil gelas di dalam rumah. Karena minuman yang mereka beli berkemasan botol tiga liter kami memerlukan gelas untuk meminumnya.

Aku pikir saat ditinggal masuk Agatha dan Melia sudah mulai makan lebih dulu. Ternyata keduanya justru sedang asyik berfoto. Di mana Agatha sebagai model, dan Melia sebagai fotografernya.

"Wah, kamera siapa tuh?" Aku pikir membawa kamera juga termasuk ke dalam rencana mereka, ternyata Deva sendiri tidak tahu akan keberadaan kamera di dalam genggaman Melia saat ini.

"Oh, ini kamera kakak gue. Semalam dia pulang bawa ini. Jadi gue pinjam, deh," jawab Melia menghentikan kegiatannya memotret Agatha.

"Coba, Mel. Gue mau liat hasil fotonya." Agatha berdiri lalu menghampiri Melia. Begitu juga dengan aku dan Deva yang sama penasarannya ingin melihat hasil jepretan Melia.

Melia menyerahkan kameranya kepada Agatha, lalu mengambil satu gelas dari tanganku kemudian pergi untuk menuangkan minuman berwarna pink ke gelas itu.

Disaat Agatha masih sibuk melihat foto-fotonya, aku dan Deva ikut bergabung dengan Melia. Deva bertugas menuang minuman ke dalam gelas dan aku memilih membuka bungkusan camilan.

Kacang telur menjadi pilihan pertama yang ingin aku makan. Sedangkan Deva meminta untuk dibukakan kripik kentang.

"Asli ini keren banget." Agatha datang menghampiri kami lalu menunjukkan fotonya. "Tapi, gue bingung. Antara Melia yang pintar motoin atau emang karna gue cantik jadi mau model apapun pasti bagus."

Selain suka bicara ceplas-ceplos, Agatha juga kadang suka melebih-lebihkan. Maka dari itu, untuk mengetahui sendiri kebenarannya kadang kami memilih memastikan sendiri.

"Iya yah, padahal latar pohon doang. Tapi estetik gitu hasilnya." Untung saja kali ini Agatha berkata jujur. "Kalo gitu gue juga mau dong difoto kayak Agatha."

"Kalo kayak gini gue juga mau." Tentu Deva tidak mau ketinggalan.

"Gue punya ide." Melia berdiri setelah tadi duduk dengan posisi ternyamannya. "Gimana kalo kita bikin mini vlog dengan tema piknik?"

"Yah, kalo mau bikin vlog piknik harusnya cari tempat yang estetik. Masa iya di halaman rumah kayak gini," ujarku.

"Gak pa-pa, Ra. Nanti kita ambil background pohon sama temboknya. Gak bakal terlalu jelas keliatan kalo sebenernya ini di halaman rumah," kata Deva.

"Gue setuju. Cus lah, kita cobain." Agatha kembali berdiri.

Karena ketiganya sudah setuju, aku menjadi tidak punya alasan untuk menolak. Tapi, sebelum itu aku pamit untuk mengganti pakaian yang lebih layak ditampilkan di depan kamera. Tidak mungkin mereka bertiga berpakaian rapi, aku sendiri memakai pakaian santai.

Setelah lima menit memilih pakaian yang cocok untuk nuansa piknik, aku kembali ke halaman dengan mereka yang sudah mulai mengambil gambar.

"Kita foto dulu sebelum bikin video," kata Agatha saat aku sampai di dekatnya. Sementara yang sedang mengambil gambar adalah Deva.

RASA TAK SAMPAI (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang