BAB 59 || MEMINTA PENDAPAT

13 3 0
                                    

Jika ada hal yang paling mudah untuk aku lakukan mungkin itu adalah tidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jika ada hal yang paling mudah untuk aku lakukan mungkin itu adalah tidur. Setiap kali bertemu bantal, dalam sekejap aku juga pasti akan terlelap.

Seperti tadi, niat awal ingin membaca buku. Siapa sangka aku justru ketiduran dan baru terbangun setelah mendengar suara alarm dari handphoneku. Saat melihat jam rupanya sudah pukul dua belas siang. Tidak terasa aku tidur selama tiga jam lamanya.

Krek … Krek

Aku meringis sambil memegangi perut yang tadi berbunyi. Karena tadi pagi hanya sarapan dengan roti dan kopi susu, rasa lapar langsung menyerang. Aku pun beranjak dari kasur kemudian keluar kamar guna mencuci muka sekaligus mencari makanan untuk mengganjal perut.

Siang-siang begini biasanya mama sudah sibuk di dapur. Tapi, bukannya bertemu mama, orang yang pertama kali aku temui justru Arvin di ruang makan. Sontak saja aku terkejut melihat cowok itu yang ternyata masih belum pulang ke rumahnya.

Rupanya selain menumpang mencuci motor, Arvin juga menumpang makan siang sekaligus mandi di rumahku. Terlihat jelas dari baju yang dipakainya saat ini berbeda dengan pakaiannya tadi pagi.

Saat masih sibuk memperhatikan Arvin yang belum menyadari kehadiranku, mama datang dari arah dapur sambil membawa sepiring ikan goreng.

"Kok orang ini masih ada di sini, Ma?" tanyaku. Saat itulah Arvin menoleh ke tempat di mana aku berdiri sejak tadi.

Meski tanpa menyebutkan nama, mama sudah tahu siapa orang yang aku maksud itu. "Memangnya kenapa? Arvin mau nginap pun mama gak masalah. Malahan mama bakal senang."

"Tau nih Kak Dara. Kak Arvin kan mau ngajarin aku main game online. Biarin aja Kak Arvin sampai malam di sini," sahut Fattan yang sejak tadi memang sudah duduk bersama Arvin.

"Anak kecil belum boleh main game online. Sekolah aja yang bener, nanti pelajarannya terbengkalai gara-gara main game," kataku.

"Kak Arvin aja boleh, padahal dia juga masih sekolah. Masa aku gak boleh." Tentu saja Fattan tidak akan dengan mudahnya mau mendengar apa yang aku katakan.

"Ya kalau kamu mau bodoh kayak dia sih silakan aja," balasku.

"Sudah, tidak usah ribut. Dara cuci muka dulu sebelum makan. Dan kamu Fattan makan, jangan main-main. Nanti nasinya sedih dimainin." Mama melerai.

Aku beranjak menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan keluar setelah beberapa detik kemudian. Setibanya di ruang makan aku menarik kursi yang biasanya ditempati oleh papa, karena kursiku diduduki oleh Arvin. Kebetulan jam segini papa masih belum kembali dari pasar.

"Mama tumben masaknya banyak gini, ada acara apa?" tanyaku saat menyendokkan nasi ke piring. Sementara mama, Fattan, dan Arvin sudah makan lebih dulu.

"Memangnya masak banyak harus ada acara dulu? Tadi tuh mama masak dibantu sama Arvin. Bahkan Ikan goreng ini dia yang buat, coba kamu makan." Mama menawarkan ikan goreng yang dari wanginya sudah tercium sangat lezat. Aku pun mengambil satu potong.

RASA TAK SAMPAI (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang