Kondisi koridor yang masih ramai oleh siswa-siswi, menandakan bel masuk belum berbunyi. Namun, hanya dalam hitungan beberapa detik, semuanya langsung berlomba-lomba masuk ke dalam kelas seperti kawanan bebek saat memasuki kandang mereka.Hal ini dikarenakan guru BK sering kali berpatroli mengelilingi kelas di pagi hari. Memeriksa apakah ada siswa-siswi yang terlambat datang atau berkeliaran di luar kelas saat bel masuk sudah berbunyi. Jika ada yang kedapatan, mereka akan langsung diberi hukuman.
Aku sedang mengobrol bersama Deva ketika Agatha datang sambil mengaduh kesakitan. "Anjir, kaki gue siapa yang injek tadi," teriaknya.
Beberapa orang menoleh melihat Agatha, tapi tidak ada yang merespon pertanyaannya.
"Pasti yang injek kaki gajah, jari-jari kaki gue sampe remuk rasanya," celotehnya. "Adi, Lo yah yang injek kaki gue tadi?" Teriaknya pada salah seorang anak cowok yang berbadan tambun.
"Astaga Agatha. Masih pagi jangan teriak-teriak," tegur Deva. "Ini kelas bukan hutan."
"Gue cuma mau cari tau siapa yang injek kaki gue tadi. Sumpah ini rasanya sakit banget woi." Agatha mencari pembelaan.
"Makanya jangan suka kelayapan kalo bel masuk udah hampir bunyi," kataku. "Coba aja duduk diam di kursi, pasti gak bakalan desak-desakan pas masuk kelas kayak orang berburu minyak goreng murah."
"Ini bukan berburu minyak goreng murah, tapi kita yang diburu sama Ibu Desi. Dia tadi ada di depan kelas IPS 3," kata Agatha sembari duduk. "Lagian siapa yang bisa betah duduk lama-lama di kursi. Sakit pinggang yang ada," lanjutnya.
Ibarat menuang air di baskom yang bocor, percuma menasehati Agatha karena cewek itu selalu yakin dengan pendapatnya sendiri.
"Gue tau, gimana caranya supaya Lo betah duduk lama-lama," celetuk Melia. "Kasih aja lem di kursi Lo."
Aku dan Deva kompak tertawa. "Ide Lo brilian banget, Mel. Gue setuju," ucap Deva.
Selain mendelik ke arah Melia, Agatha juga menegur kami berdua agar berhenti tertawa. "Meliaku sayang, ide Lo itu emang bagus. Tapi, lebih bagus lagi kalo Lo gak usah ngasih usul kayak gitu."
"Kenapa?" tanya Melia polos. "Kan biar betah duduknya.
Agatha menghela napas lelah. "Karna kalo dipakein lem, bisa-bisa gue gak berdiri sampai bel pulang, paham?" Tidak ingin meladeni Melia lagi, Agatha kembali menunduk untuk membersihkan sepatunya dari kotoran karena terinjak.
Sudah lima menit berlalu sejak bel masuk berbunyi, tapi guru yang mengajar di jam pertama masih belum datang. Hal ini menyebabkan kelas menjadi begitu berisik karena sahutan dari orang-orang yang sedang mengobrol satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
RASA TAK SAMPAI (COMPLETED)
Teen FictionJudul awal "Just Friend" Peran sebagai pengagum rahasia sudah Adara Ulani jalani selama dua tahun. Selama itu Dara merasa sudah cukup hanya dengan memperhatikan sosok Adhyastha Prasaja secara diam-diam. Suatu hari, ketika tersebar kabar bahwa Astha...