Aku sedang berada di kamar sambil membaca novel untuk mengisi waktu luang. Kegiatanku ini tanpa terasa sudah berlangsung selama lima belas menit.Kipas angin yang berputar menemaniku sejak tadi menandakan betapa panasnya hari meski sudah menginjak sore. Maklum, di rumahku tidak ada pendinginan ruangan sehingga alternatif yang bisa terjangkau hanya kipas angin.
Di tengah membaca, tiba-tiba aku merasa haus dan ingin minum yang segar-segar. Padahal tadi aku sudah menikmati ice chocolat yang kubeli di Coffe Lover. Tapi, rupanya itu saja masih belum cukup.
Aku menutup novel setelah memberi batasan sampai di mana bacaanku. Menyimpannya di atas meja belajar lalu mematikan kipas angin sebelum keluar dari kamar.
Kondisi rumah sangat sepi. Jam empat biasanya papa memang belum kembali dari kebun. Nenek pasti berada di kamarnya. Fattan paling sebentar lagi pulang dari mengaji. Lalu mama, aku mendapatinya di dapur sedang memasak sesuatu.
"Ma, ada es krim gak?" tanyaku menghampirinya.
Mama menoleh sebentar lalu kembali fokus pada panci di atas kompor. "Coba liat di frizer," katanya.
Aku beranjak ke kulkas dan membuka tempat penyimpanan es. Tapi tidak ada apapun di sana selain es batu yang dibungkus menggunakan kantong plastik berbentuk memanjang.
Aku menghela napas sambil menutup kembali pintu kulkas lalu beranjak duduk di kursi yang tersedia di depan meja counter.
Aku sedang memakan kacang telur ketika dari depan terdengar suara Fattan mengucapkan salam sambil berjalan masuk ke rumah.
"Ma, aku pulang," katanya menampakkan diri di dapur.
"Buka baju terus mandi," kata mama tanpa menoleh.
"Iya," jawab Fattan. Saat anak itu ingin keluar menuju kamar, aku memanggilnya.
"Kamu mau makan es krim gak?" Sebenarnya itu hanya pertanyaan basa-basi, karena tanpa bertanya pun aku sudah tahu jawabannya.
"Mana, Kak? Aku emang lagi gerah banget ini," katanya.
"Tapi, beli dulu," kataku. "Soalnya di kulkas habis."
"Yah." Fattan mendesah. "Kirain udah ada yang kebeli."
"Ya belum, lah. Kamu beli dulu sana." Aku tahu Fattan adalah anak yang paling malas ketika disuruh olehku. Tapi, jika ada bayaran biasanya dia mau. "Kamu dapat dua deh. Buat kakak satu aja."
Mata Fattan langsung berbinar, sesuai tebakanku. "Pakai uang Kak Dara, kan?"
"Huum." Aku berdiri lalu keluar dari dapur menuju kamar untuk mengambil uang. Setelah mendapatkan uang pecahan dua puluh ribu, aku kembali keluar menghampiri Fattan yang sudah menunggu di depan pintu.
"Bentar, kakak tanya mama dulu." Aku kembali masuk ke dapur tapi hanya berdiri di depan. "Mama mau es krim juga, gak?"
Terlihat mama sudah tidak memasak lagi. "Tidak. Kalian saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
RASA TAK SAMPAI (COMPLETED)
Roman pour AdolescentsJudul awal "Just Friend" Peran sebagai pengagum rahasia sudah Adara Ulani jalani selama dua tahun. Selama itu Dara merasa sudah cukup hanya dengan memperhatikan sosok Adhyastha Prasaja secara diam-diam. Suatu hari, ketika tersebar kabar bahwa Astha...