BAB 39 || RENTENIR KELAS

19 3 0
                                    

Jam istirahat di hari berikutnya, aku tidak ke kantin karena Deva yang diberi tugas untuk menagih uang kepada anak-anak memintaku menemaninya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jam istirahat di hari berikutnya, aku tidak ke kantin karena Deva yang diberi tugas untuk menagih uang kepada anak-anak memintaku menemaninya.

Semalam, kami sudah berdiskusi melalui grup chat untuk menentukan berapa uang yang harus dibayarkan setiap orang. Dan sesuai kesepakatan bersama, kami harus membayar uang sebanyak dua puluh lima ribu.

"Ini daftar nama anak-anak. Nanti kalo ada yang bayar lunas tinggal Lo ceklis aja supaya gak kelupaan." Deva menyerahkan sebuah map berisi daftar nama anak kelas IPA 3 yang diambilnya dari Citra.

"Oke." Setelah menerima map itu aku mengambil pulpen sebagai alat untuk menulis.

Agar cepat selesai kami langsung bergerak dan mulai meminta uang kepada anak-anak yang masih berada di dalam kelas.

"Permisi, gue mau nagih uang patungan buat acara ultah Ibu Jenny, kalian ada yang mau kumpul sekarang?" tanya Deva. Kami memulai dengan beberapa orang yang terkenal pendiam di kelas dan jarang bergaul dengan yang lain.

Keempat siswi itu langsung mengeluarkan uang dari saku seragam masing-masing yang diterima Deva dengan ucapan terima kasih. Aku langsung memberi ceklis di belakang nama keempat siswi itu. Selanjutnya kami berjalan ke meja paling depan di mana Anna berada.

"An, Lo mau kumpul uang buat acara pesta ultah Ibu Jenny, gak?" tanya Deva.

Cewek berlesung pipi itu langsung mengeluarkan uang dari saku seragamnya. "Jelas mau dong. Nih, uang gue. Dua puluh lima ribu, kan?" kata Anna sambil menyodorkan uang pas.

"Iya, benar," ujar Deva. "Thanks, yah."

"Sama-sama. Eh, itu nama gue langsung ceklis, entar dikira belum kumpul lagi," kata Anna lagi.

Aku yang bertugas memberi tanda bagi yang sudah mengumpulkan uang bersuara. "Aman, ini gue udah ceklis, kok." Agar Anna percaya aku pun menunjukkan map itu kepadanya.

"Oke deh. Kalo gitu gue mau ke kantin dulu, bye." Anna melambaikan tangan sambil berlalu.

"Ada aja sih tingkahnya." Aku dan Deva sama-sama terkekeh.

Setelah Anna, kami berpindah ke anak-anak yang lain. Kurang lebih sudah sepuluh orang yang menyetorkan uang. Saat ingin mencari keberadaan teman satu kelas kami yang lain di luar kelas, Deva tiba-tiba berhenti melangkah setelah mendengar bunyi dari handphonenya.

"Ra, kalo Lo sendiri aja minta uang ke anak-anak bisa, gak?" tanyanya.

"B-bisa aja sih. Tapi, emang Lo mau ke mana?" tanyaku.

Wajah Deva nampak panik. "Ini, gue diminta ke aula sama anak OSIS sekarang," jelasnya. "Tapi, kalo gak bisa gak pa-pa tunggu gue balik aja."

"Oh, gak pa-pa. Lo ke aula aja. Biar gue sendiri," kataku.

Dengan senyum sungkan Deva menyerahkan dompet tempat ia menyimpan uang kepadaku. "Ya udah, Lo ambil ini. Terus lanjutin minta uang ke anak-anak cowoknya."

RASA TAK SAMPAI (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang