Aku bukanlah tipe orang yang mudah membagikan kisah hidupku kepada orang lain, terlebih ketika sedang mendapatkan sebuah masalah. Jikapun sudah tidak bisa memendamnya sendiri, biasanya aku hanya bercerita kepada orang-orang terdekat saja. Seperti orangtua, sahabat, dan sepupu.Tapi, tidak semua sepupuku cocok untuk tempat berbagi. Selama ini aku hanya nyaman bercerita kepada Arvin. Mungkin karena dia cowok. Selama bercerita ia benar-benar hanya mendengarkan tanpa berniat untuk menghakimi.
Seperti kali ini ketika sekali lagi kesabaranku diuji dengan fitnahan, aku membagikan kesedihanku kepada Arvin.
Semua aku ceritakan kepada Arvin, mulai dari tidak sengaja mendengar pembicaraan Lisa, Syifa, dan Mega di kantin, aksi Gia yang melabrakku, keputusanku membolos, sampai permintaan maaf Gia karena sudah salah paham.
Setidaknya aku butuh waktu tiga puluh menit untuk bercerita sambil makan siang di luar sebelum pulang ke rumah bersama Arvin.
"Assalamu'alaikum."
Usai mengucap salam Arvin langsung masuk ke dalam rumah meski tanpa dipersilahkan. Ia juga tidak berhenti di ruang tamu melainkan langsung menuju dapur.
Usai menyimpan tas di kamar, aku ikut menyusul kemudian mendapati mama sedang membuat kue yang wanginya sudah memenuhi penciumanku.
"Kamu itu dari mana saja, Vin? Tumben baru datang." Arvin memang baru datang lagi ke rumah setelah dua Minggu lamanya.
"Ada kok, Tan. Cuma lagi sibuk aja sama tugas-tugas sekolah," jawab Arvin.
Saat mama dan Arvin mengobrol, aku memutuskan membuat sirup sebagai pelengkap kue yang dibuat mama jika sudah matang nanti.
"Dia sibuk keluyuran, Ma. Bukan sibuk kerjain tugas sekolah." Setelah membuat tiga gelas sirup, aku membawanya ke meja counter di mana Arvin berada.
"Kamu itu sudah kelas dua belas, kurang-kurangin keluyuran. Lebih baik belajar di rumah," pesan mama. "Kasian juga nenekmu kalo ditinggal sendiri."
"Iya, Tante," ucap Arvin pasrah meskipun ia tahu aku sengaja mengerjainya.
Sebenarnya aku dan Arvin beda kakek dan nenek. Jadi, hubungan persepupuan kami kami berasal dari hubungan persaudaraan kakekku dan kakeknya Arvin yang merupakan adik kakak.
Menurut cerita mama, Arvin yang awalnya lahir di kota ini mendadak harus pindah ke luar kota setelah kedua orangtuanya bercerai. Di luar kota barulah mama Arvin menikah lagi dengan pria yang merupakan saudara jauhnya.
Saat kelas empat SD, Arvin kembali pindah ke sini. Di pertemuan pertama kami, barulah aku tahu kalau Arvin sepupuku. Satu tahun kemudian kedua orangtua Arvin harus kembali ke luar kota dan ia terpaksa tinggal di rumah neneknya, Ibu dari papa tirinya.
"Karna kamu sudah lama tidak datang ke rumah, tunggu sampai kue tante matang, yah. Kita makan sama-sama," kata Mama.
"Mana sempat Arvin cobain kue Mama. Dia udah mau pulang buat kerjain tugas." Lagi-lagi aku mengusili Arvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
RASA TAK SAMPAI (COMPLETED)
Teen FictionJudul awal "Just Friend" Peran sebagai pengagum rahasia sudah Adara Ulani jalani selama dua tahun. Selama itu Dara merasa sudah cukup hanya dengan memperhatikan sosok Adhyastha Prasaja secara diam-diam. Suatu hari, ketika tersebar kabar bahwa Astha...