Untuk memenuhi permintaan Agatha yang tidak ingin langsung pulang ke rumah setelah menghabiskan cukup banyak waktu di kafe, tempat kedua yang kami pilih untuk mengisi waktu libur adalah taman kota.Setelah lelah berkeliling, tepat pukul setengah empat sore saat matahari sudah tidak setinggi siang tadi, kami berhenti dan memutuskan beristirahat di pinggir sebuah danau yang masih dalam kawasan taman.
Di sekitar danau ada beberapa kursi yang disediakan pihak pengelolah taman, tapi kami berempat lebih memilih duduk dia atas tanah berumput sambil berselonjor kaki.
Sesekali kami akan melempar kerikil ke tengah danau. Setelah itu kondisi air yang awalnya tenang akan menciptakan sebuah bergelombang setiap kali kerikil itu dilemparkan.
"Kenapa waktu kita rencanain buat piknik di rumah Dara, danau ini gak kepikiran, yah. Padahal di sini suasananya tenang dan udaranya pun sejuk pas sore-sore gini." Di tengah keheningan, Deva membuka kembali obrolan yang sempat terhenti karena kami sama-sama diam.
"Namanya juga rencana dadakan, mana sempat mikirin tempat ini," ujar Agatha. "Tapi, bolehlah nanti kita piknik lagi di sini."
"Emang boleh piknik di sini?" tanya Melia.
"Kayaknya boleh kalo cuma sekedar bawa makanan ringan. Gue sempet liat ada orang yang posting foto mereka lagi piknik ala-ala pake latar danau ini," kataku.
"Terus kenapa Lo gak pernah bilang Dara?" tanya Agatha.
Aku memasang cengiran. "Lupa. Gak kepikiran juga kalo kita bakal piknik dadakan di rumah gue waktu itu."
"Udah, gak usah dipermasalahin lagi. Next time kita atur buat piknik di sini." Deva bersuara membuat kami bertiga kembali diam.
Di sekitaran danau tidak hanya ada kami berempat, tapi di sisi kanan dan kiri juga ada kumpulan orang-orang yang sedang mengambil foto.
Melihat itu, aku ikut mengeluarkan handphone dan mereka video dengan latar pemandangan danau. Kapan-kapan aku akan menjadikan video itu sebagai status di sosial media setelah diedit.
"Dara foto yuk, pake hp Lo aja." Agatha yang melihat aku memainkan handphone tiba-tiba minta untuk foto bersama.
"Sekali aja yah. Muka gue udah kusam banget gara-gara minyak." Karena posisiku di pinggir, maka aku yang memegang handphone. Padahal pada posisi ini wajahku menjadi terlihat dua kali lebih lebar.
"Lagi dong, Ra," teriak Melia yang duduk di bagian ujung lainnya.
"Kalian aja yang foto, gue gak perlu ikut," kataku menolak untuk berfoto lagi.
"Berempat dong. Biar kita punya foto kenangan-kenangan yang banyak," ujar Agatha tetap memaksa.
Akhirnya aku kembali harus ikut mengambil foto bersama mereka, tapi kali ini menggunakan handphone Agatha dan kameranya juga dipegang oleh Melia.
KAMU SEDANG MEMBACA
RASA TAK SAMPAI (COMPLETED)
Ficção AdolescenteJudul awal "Just Friend" Peran sebagai pengagum rahasia sudah Adara Ulani jalani selama dua tahun. Selama itu Dara merasa sudah cukup hanya dengan memperhatikan sosok Adhyastha Prasaja secara diam-diam. Suatu hari, ketika tersebar kabar bahwa Astha...