BAB 52 || MEMBAWA TITIPAN

17 4 0
                                    

Pak Darma selalu mengatakan di setiap pertemuan bahwa sebelum melakukan olahraga berat, maka lakukan pemanasan dengan benar untuk menghindari cedera

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pak Darma selalu mengatakan di setiap pertemuan bahwa sebelum melakukan olahraga berat, maka lakukan pemanasan dengan benar untuk menghindari cedera.

Sebelumnya aku menganggap bahwa Pak Darma sengaja menakut-nakuti kami agar mau serius saat melakukan pemanasan. Tapi, kini aku mengerti bahwa peringatan itu merupakan kebenaran.

Hari Selasa kali ini kelasku sudah memasuki materi lompat jauh. Seperti biasa sebelum pengambilan nilai, Pak Darma selalu memberikan waktu untuk kami belajar dengan cara latihan mempraktekkannya secara langsung.

Meski materi lompat jauh sudah pernah ditemui saat SMP, Pak Darma tetap menjelaskan ulang serta turun tangan untuk memberikan contoh. Setelah itu barulah beliau meminta kami mempraktekkan apa yang sudah dijelaskannya.

Kesempatan pertama diberikan kepada anak-anak cowok yang kemudian dilanjutkan anak-anak ceweknya. Setiap orang memiliki kesempatan dua kali melompat sebelum bergantian dengan orang berikutnya.

Saat tiba giliranku, lompatan pertama berjalan dengan mulus. Hal tersebut membuatku bersorak senang dalam hati. Tapi, mungkin karena terlalu pongah, pada percobaan kedua kakiku tiba-tiba terkilir membuat pendaratanku tidak berjalan baik.

Pak Darma mengatakan hal itu biasa terjadi jika tidak melakukan pemanasan dengan baik, dan diam-diam aku membenarkan ucapannya tersebut. Untung saja hari ini baru latihan, karena jika sudah pengambilan nilai, aku pasti terancam remedial.

Pak Darma memintaku untuk beristirahat di pinggir lapangan karena orang lain akan melakukan lompatan.

Akibat kakiku yang terkilir, aku tidak bisa lagi latihan dan berakhir menjadi penonton hingga akhir pelajaran.

Saat jam istirahat berbunyi yang mengakhiri pelajaran olahraga, aku kembali ke kelas dibantu Agatha dan Melia. Mereka memapahku seperti orang yang patah tulang, padahal aku masih bisa berjalan sendiri meski sedikit pincang.

Sebelum kembali ke kelas, Pak Darma sempat menyarankan agar aku dibawa ke UKS, tapi aku menolak dan hanya meminta tolong kepada Deva untuk mengambilkan salep.

Setelah membantu memberikan salep pada pergelangan kakiku yang terkilir, ketiganya pun pamit ke kantin. Untuk kali ini aku terpaksa tidak ikut dengan mereka karena kesusahan berjalan.

Awalnya Agatha dan Melia menawarkan diri untuk memapah seperti yang mereka lakukan tadi saat kembali ke kelas usai dari lapangan olahraga, tapi aku menolak karena tidak ingin merepotkan keduanya.

Sepeninggal Deva, Agatha, dan Melia, aku hanya diam di dalam kelas sambil sesekali mengurut kaki kiriku yang mulai membengkak. Perubahannya terlihat jelas karena sejak tadi aku terus memperhatikannya.

Berdiam diri tanpa melakukan apapun lama-kelamaan membuatku haus, ditambah tadi sempat melakukan olahraga menjadikan cairan tubuhku banyak terkuras. Tapi, bodohnya aku lupa meminta tolong kepada ketiga sahabatku untuk membelikan air minum.

RASA TAK SAMPAI (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang