BAB 94 || BELAJAR BERSAMA

22 4 0
                                    

Bulan Februari sudah satu Minggu berlalu artinya bimbingan belajar pun telah berjalan selama itu juga yang dilaksanakan mulai dari siang sampai sore hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bulan Februari sudah satu Minggu berlalu artinya bimbingan belajar pun telah berjalan selama itu juga yang dilaksanakan mulai dari siang sampai sore hari. Bisa dikatakan waktu belajar kami bertambah dua kali lipat karena dilakukan di pagi dan juga siang hari dari Senin sampai Sabtu.

Jadwal belajar yang sangat padat menjadikanku tidak punya waktu bersantai. Sebab di hari Minggu pun di mana seharusnya aku bisa beristirahat kadang kala masih harus belajar.

Seperti yang terjadi pada hari Mingguku kali ini. Kemarin aku dan ketiga sahabatku merencanakan untuk belajar bersama di rumah Indira. Cewek itu sendiri yang menawarkan diri sehingga kami hanya bisa setuju.

Rumah Indira tidak begitu jauh dari sekolah, hanya memerlukan waktu lima belas sampai dua puluh menit perjalanan. Karena kami berempat akan berangkat bersama-sama, motor yang digunakan hanya dua yakni motor Melia dan Deva. Seperti biasa aku akan berboncengan dengan Melia sementara Deva satu motor dengan Agatha.

Tadi sebelum berangkat Indira sudah mengirim lokasi rumahnya kepada Deva. Kami pun menggunakan google map sebagai acuan untuk menemukan rumah cewek itu.

"Titik merahnya udah deket," ujar Deva. Ia memang menjadi penunjuk jalan sejak tadi.

Memasuki area kompleks, laju motor kami memelan. Terlebih ketika Deva mengatakan bahwa kami hampir sampai di rumah Indira.

Beberapa meter dari gerbang masuk, motor Deva yang dikendarai oleh Agatha berhenti di depan sebuah rumah berpagar hitam. "Ini kali yah rumahnya. Titik merahnya berakhir di sini," ujar Deva.

Melia ikut mematikan mesin motornya. "Alamatnya coba cocokin," ujar cewek itu.

"Bener kok ini," ujar Deva kemudian turun dari motor.

Dari luar kami bisa melihat adanya beberapa motor dan satu mobil yang terparkir di halaman. Tapi, kondisi pintu depan yang tertutup membuat kondisi rumah itu terlihat sepi.

"Ini kita mau langsung masuk atau gimana?" tanya Agatha.

"Bentar dulu, biar gue telfon Indira buat mastiin apa dia ada di rumah atau lagi keluar," ujar Deva kemudian langsung melakukan panggilan.

Aku dan Melia yang sama-sama masih duduk di atas motor menunggu sambil mendengarkan pembicaraan Deva bersama Indira lewat telepon.

"Halo, Dir. Lo ada di mana? Kita udah sampai nih di rumah Lo, lagi nunggu di depan."

"Gerbangnya ketutup. Gimana kalo Lo keluar buat jemput kita. Kita juga gak enak main masuk."

"Iya gue di sini bareng Agatha, Dara, sama Melia."

"Oke deh. Kita tunggu. Tapi, jangan lama-lama."

Setelah melewati perbincangan yang cukup panjang, panggilan itu pun berakhir.

"Gimana?" tanya Agatha.

"Indira ada di dalam. Gue minta dia buat keluar sekalian bukain gerbang," jawab Deva.

RASA TAK SAMPAI (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang