Bel masuk sudah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu. Tapi, belum ada tanda-tanda Pak Aksa selaku guru yang mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia memasuki kelas.Belakangan ini beliau memang lebih sering absen mengajar. Menurut kabar yang beredar di kalangan guru-guru yang entah bagaimana caranya bisa sampai di telinga siswa-siswi, istri Pak Aksa sedang hamil besar. Mungkin karena baru anak pertama, Pak Aksa tidak ingin kehilangan kesempatan melihat bayinya lahir, sehingga lebih banyak menghabiskan waktu di samping istri.
Di saat semua orang di kelas sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing, Adnan datang membawa sebuah pengumuman. "Pak Aksa hari ini tidak datang. Beliau hanya menitipkan tugas yang harus dikerjakan. Saat bel pulang juga harus dikumpul," kata Adnan. "Silakan kerjakan tugas di LKS halaman tujuh belas sampai dua puluh. Pilihan ganda nomor satu sampai dua puluh," lanjutnya.
LKS bahasa Indonesia yang memang sejak tadi sudah keluar dari tas, langsung aku buka kemudian mencari halaman sesuai arahan Adnan.
Aku sedang membaca soal pertama saat Indira datang menghampiriku. "Ra, boleh ngomong sesuatu?" tanyanya.
"Apa?"
"Ikut gue bentar, yuk."
Aku segera berdiri dan berjalan ke belakang kelas mengikuti Indira. "Ada apa, Dir?" Aku kembali mengulang pertanyaan.
"Kenapa gak baca pesan yang gue kirim semalam?" tanyanya.
Semalam Indira memang mengirimkan beberapa pesan yang baru sempat aku lihat tadi pagi. "Gue udah baca tadi pagi," kataku.
"Jadi gimana? Setuju kan?" tanyanya lagi.
Kesempatan untuk menolak tentu saja ada, tapi entah karasukan apa sampai aku menyetujui usulan tersebut. Selain karena memang ingin nmeminta maaf atas insiden bola basket kemarin, ada hal lain yang membuatku akhirnya tertarik dengan tawaran Indira.
Selama ini aku selalu penasaran tentang apa yang dipikirkan Astha jika melihat seorang cewek berada di dekatnya. Apakah dia memang risih sehingga tidak ingin didekati atau justru karena ia sama sekali tidak memiliki ketertarikan dengan lawan jenis. Karena seingatku, selama ini Astha tidak pernah terlihat dekat dengan cewek manapun.
Jangankan di luar, di dalam kelas saja hanya Indira yang berani duduk satu meja dengan cowok itu. Itupun kebetulan karena mereka berdua adalah saudara sepupu.
Dan menurutku ini adalah tantangan yang cukup menarik. "Apa yang harus gue lakuin?"
Indira semakin merapat ke arahku. "Langkah pertama adalah samperin Astra di perpustakaan sekarang. Kebetulan tadi dia bilang mau kerjain tugas di sana."
Aku merasa aneh dengan perintah Indira ini. "Kenapa gue harus samperin dia?" tanyaku heran.
Indira menghela napas dan menampilkan raut wajah lelah. "Katanya Lo mau coba buat deketin Astha. Karna gak mungkin Lo deketin dia di depan banyak orang, mumpung dia lagi sendiri di perpustakaan, jadi menurut gue ini adalah kesempatan yang langka. Buat seakan-akan Lo gak sengaja ketemu dia di sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
RASA TAK SAMPAI (COMPLETED)
Teen FictionJudul awal "Just Friend" Peran sebagai pengagum rahasia sudah Adara Ulani jalani selama dua tahun. Selama itu Dara merasa sudah cukup hanya dengan memperhatikan sosok Adhyastha Prasaja secara diam-diam. Suatu hari, ketika tersebar kabar bahwa Astha...